Mohon tunggu...
Bayu Akbar Pratama
Bayu Akbar Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jangan menyerah, tetaplah berjuang. Karena menjadi besar berawal dari hal kecil.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Konsisten Itu Seperti Apa Sih?

28 Mei 2020   09:56 Diperbarui: 31 Mei 2020   21:32 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsisten harus memerlukan kedua elemen ini, tidak bisa dihilangkan salah satunya, tetapi bisa di balik di antara kedua elemen tersebut.

Ada 2 versi orang dalam menjalankan elemen ini,  ada yang kualitas dulu baru kuantitas dan ada yang kuantitas dulu baru kualitas.

Keduanya sama-sama baik, ketika seseorang tersebut mendahulukan kuantitas, maka orang tersebut rajin menggapai tujuannya tersebut sembari mengevaluasi dan meningkatkan kualitas konsistennya.

Kemudian, ketika seseorang tersebut mendahulukan kualitas. Maka sebelum orang tersebut terjun ke konsistennya.

Ia akan belajar terlebih dahulu, menjalankan konsistennya perlahan dan barulah jika sudah dirasa siap, maka kuantitas akan memainkan perannya.

Apa yang akan terjadi ketika dua elemen ini salah satunya dihilangkan? Pastinya akan menimbulkan efek dalam konsisten kita.

Jika hanya kuantitas yang dikerjakan, sedangkan kualitas tidak dimasukkan. Akan terjadi hasil yang sama terus-menerus, karena orang tersebut hanya mementingkan jumlah sehingga kualitas pun dihiraukan.

Kita contohkan seorang YouTuber, jika hanya memperhatikan kuantitas dengan mengupload video setiap hari tanpa memperhatikan segi kualitas video dari waktu ke waktu. Maka penonton akan merasa bosan dan bahkan tidak ada yang menonton dan viewersnya sedikit.

Sebaliknya jika hanya kualitas saja yang dikerjakan, sedangkan kuantitas tidak. Maka akan terjadi kemalasan karena sudah yakin bahwa tidak perlu dilakukan secara terus menerus dikarenakan sekali mencoba saja sudah cukup untuk menghasilkan kualitas yang terbaik.

Kita contohkan saja seorang blogger, ketika blogger tersebut mempublishkan artikelnya. Maka dibenak pikirannya itu kualitas artikelnya sudah bagus, pasti banyak yang membaca, kemudian tidak menulis lagi.

Akibatnya kita tidak bisa belajar dari pengalaman, bagi kita bagus belum tentu bagi pembaca. Maka dari itu perlunya kuantitas (jumlah) agar kita bisa meningkatkan kualitas agar lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun