Baca juga : Ketika Seorang Filsuf Bermain Media Sosial
Dalam hegemonial kata, maknanya hanya berputar pada sensasi di permukaan yang membuat aprehensi atau kesan yang menyilaukan, yang justru menutup dari makna yang sebenarnya. Kesilauan-nya itu tidak memberi terang, justru menggelapkan yang sesungguhnya.Â
Hanya saja, dewasa ini, di masa yang disebut sebagai pasca-kebenaran, nilai filosofis tidak lagi menjadi acuan utama. Sensasional kata mengalahkan kesungguhan makna. Manusia disilaukan oleh kata-kata yang retorik, yang kehilangan referensinya pada makna sesungguhnya: kebijaksanaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H