Bayangkan, bila ada batang sengon yang masuk dalam kategori super sebanyak 500 pohon dari 1000 pohon yang ditanam, secara tidak langsung petani tersebut, setidaknya sudah mendapatkan keuntungan bersih di atas dari 300 juta rupiah dalam waktu 5-7 tahun.
Tentu jelas, petani tanaman sengon ketika mendapati dampak-dampak daripada fenomena El Nino terhadap tanamannya, tentu mengalami kerugian yang cukup besar dan menurunkan peluang kesempatan memperoleh hasil panen yang tinggi.
Memang benar faktor alam, sulit kita kendalikan dalam sektor pertanian maupun perkebunan, karena kita sendiri, sebagai petani tidak memiliki kuasa dalam mengatur hal tersebut. Namun, kita tentu terus berupaya mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan oleh faktor alam tersebut dapat diminimalisir sehingga kerugian yang terjadi sangat minim.
Tak hanya kerugian material, petani tentu mengalami kerugian secara finansial, seperti biaya perawatan tidak sebanding dengan besar pendapatan ketika panen. Kerugian secara jasmani dan rohani pun tidak diperhitungkan dan karena memang tidak dapat dinilai berdasarkan nominal mata uang.
Jelas perekonomian kita tersiksa, sebagai petani yang menghadapi situasi kondisi daripada fenomena El Nino terhadap tanaman yang sedang dibudidayakan.
Kerugian finansial dan material yang diperoleh oleh petani bilamana di sektor pertanian dan perkebunan, kerugian produksi dan kuantitas produksi daripada industri yang bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan.
Secara langsung dan nyata, dampak daripada fenomena El Nino tidak serta merta berdampak langsung terhadap tanaman atau lingkungan semata, namun memiliki korelasi yang luas terhadap perekonomian masyarakat.
Bayu Samudra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya