Cara memainkan angklung cukup digoyangkan atau digerakan ke kanan dan ke kiri (sederhananya begitu), dan gamelan cukup dipukul dengan palu atau benda lain yang sejenis. Atas dasar kemudahan penggunaan itulah saya membuat judul tulisan dan bahasan demikian.
Tak hanya itu, angklung dan gamelan adalah alat musik Nusantara, alat musik daerah Jawa, dan ukurannya dapat diperkecil (alat musik mini) sehingga mudah digunakan oleh anak kecil. Terlebih pula komposisi pembuatannya asli layaknya angklung dan gamelan sebenarnya, terbuat dari bambu dan besi baja papan kayu.
Lain hal dengan gitar, ukulele, gendang, dan seruling yang cara untuk memainkanya harus dipetik, ditabuh, dan ditiup.Â
Anak belum terlalu mahir menggerakkan jari-jemarinya, telapak tangannya masih lemah dan tidak mampu menabuh dengan keras, dan alat musik tiup memiliki kontak dengan anggota tubuh vital (mulut) yang dikhawatirkan mengontaminasi mulut anak (bakteri atau kuman penyakit).Â
Tak hanya itu, alat musik tersebut dapat dibuat dengan bahan sintetik, terbuat dari plastik, sehingga tidak mencerminkan keaslian suatu alat musik daerah, ke-Indonesian-nya hilang.
Dengan dampak tersebut, saya tidak merekomendasikan alat musik petik, tabuh, dan tiup diberikan kepada anak usia dini sebagai media belajar seni musik sebagai usaha mengaja kesehatan anak. Sekaligus upaya menunjukkan sesungguhnya alat musik Nusantara dengan sebaik-baiknya kepada anak, biar tidak salah paham.
Tulisan ini tidak melarang para orangtua membolehkan anak bermain alat musik petik, tabuh, dan tiup (gitar, ukulele, gendang, dan seruling), tetapi hanya menghimbau orangtua untuk senantiasa memperhatikan tumbuh kembang anak terutama segi kesehatan anak.
Kita sendiri paham, anak ketika sakit sangat susah diberikan obat, apalagi anak usia dini, rewelnya minta ampun. Ndak mentolo, tidak tega bila anak harus dipaksa minum obat. Ujung-ujungnya nangis.
Oleh karena itu, peningkatan tumbuh kembang anak, terutama bakat dan minat anak (pengenalan seni musik) menjadi hal penting dan substansial dalam perkembangan anak di masa mendatang. Sebab pada hakikatnya, kita tidak dapat mengendalikan (memaksakan) keinginan anak untuk cinta pada suatu hal yang tidak dicintai olehnya.
Akan tetapi, kita dapat mengarahkan anak untuk mencintai suatu hal yang ia cintai dengan tetap mendukung (support system) terhadap kemajuan anak di masa depan.
Maka dari itu, saya mengajak para orantua untuk mengajarkan anak kepada alat musik angklung dan gamelan sebagai media belajar seni musik pada anak usia dini dengan berbagai pertimbangan yang telah diuraikan tersebut.Â