Menulis merupakan aksi ungkapan sebuah gagasan, pikiran, angan angan yang dituangkan dalam wujud catatan melalui aksara, serta kalimat secara sistematis untuk dibaca dan dipahami oleh orang lain. Atau dengan kata lain bahwa menulis merupakan kegiatan berbahasa non lisan yang harus dipelajari agar orang lain memahami dan mengerti apa yang diinginkan penulis.
Menulis sebagai aktivitas komplek seseorang, kenapa demikian? Karena hal ini melibatkan beberapa komponen yang mencakup gerakan jari, tangan, lengan dan mata secara terintegrasi. Sehingga menulis bisa dikatakan sebagai keterampilan serta kemampuan motorik. Oleh karenanya dapat dikembangkan dengan bermacam kegiatan lain untuk menunjang keberhasilan dalam menulis. Namun, tak sedikit pula ketika menulis tidak mau terganggu oleh hal apapun.
Kadang saat menulis kita butuh suasana yang tenang, tapi kadang pula kita butuh suasana yang syahdu, meriah dan sedikit ramai. Ramai oleh suara musik di sekitar kita. Tergantung suasana hati. Kapan harus menulis dengan suasana tenang dan di saat seperti apa kita bisa mendengarkan musik sambil menulis.
Jika Anda memiliki kesenangan menulis dan juga mempunyai kesenangan mendengarkan musik, mengapa kita tidak menggabungkan dua kesenangan tersebut dalam satu kegiatan elaborasi, siapa tahu tulisanmu bisa spektakuler dan diminati banyak pembaca.
Seperti kita tahu bahwa musik adalah bahasa universal. Kebanyakan dari kita pasti sering mendengarkannya. Terlepas dari haram, makruh serta subhatnya. Tentu Kita juga menyukainya, bukan?.
Disadari maupun tidak, dalam kegiatan apapun ketika mendengar alunan musik, sontak membuat anggota tubuh kita bergerak secara reflek. Yang paling sering kita lihat di berbagai kesempatan dan dalam acara tertentu, ketika ada suara musik pastilah tangan secara sepontan akan mengetuk-ngetuk benda di dekatnya, atau menepuk nepuk bagian kaki.
Bahkan, tak jarang pula yang menggerakkan kaki atau sekadar mengangguk angguk kepala dan sebagainya.
Itulah, barangkali juga sering dilakukan bagi siapapun yang mempunyai hobi menulis, tak ada salahnya kita gunakan musik sebagai rangsangan gagasan kita dalam menulis, soal jenisnya tergantung kesukaan kita masing masing.Â
Dengan musik, otak kanan dan otak kiri kita bersinergi, iramanya pun memacu jemari kita untuk terus menekan tombol tombol berhuruf di depan kita yang dapat menghasilkan kata serta kalimat bermakna.
Seperti apa yang dilakukan seorang psikolog sekaligus pendidik yang sangat menguasai musik. Dia adalah Stephanie Merrit dalam karyanya, Simfoni Otak (melalui Hernowo, 2003b: 165-176) mengatakan bahwa pikiran yang sangat dalam dan gagasan yang istimewa sering muncul saat kita menulis tentang suatu masalah dengan iringan musik.
Musik mampu mengalirkan energi kreatif yang membuat pendengarnya terhipnotis dan larut dalam alunannya seiring dengan mengalirnya jalan pikiran untuk menemukan sebuah ide serta gagasan dalam menulis.
Musik yang kita pilih untuk meningkatkan imajinasi, musik yang bisa merangsang dan mendorong kita, mungkin tidak memberikan dampak yang sama pada orang lain.
Inilah tantangan yang harus kita hadapi kalau kita ingin belajar berkembang dengan bantuan media musik.
Menulis sambil mendengarkan musik memang asyik. Kalau tidak percaya silahkan dicoba sekarang juga. Sebab musik mampu mengaktifkan sel sel pada otak serta mempertajam pikiran, sehingga ide akan selalu mengalir ketika menulis.
Terserah Anda memilih jenis musik apa yang Anda suka, judulnya atau bahkan penyanyinya. Atau mungkin Anda sudah mencobanya, tetapi Anda tidak menyadarinya. Bagaimana asyik, bukan?
Asyik itu bagi yang suka menulis sembari mendengarkan musik. Bagi yang tidak suka? Tentu ada cara tersendiri selain mendengarkan musik saat menulis.
Cuma barangkali bagi yang tidak suka sembari mendengarkan musik akan merasa cepat bosan mungkin, atau cepat kehilangan ide, atau cepat merasa ngantuk?Â
Kalau demikian yang terjadi mungkin Anda bisa berhenti sejenak, berdiri, lalu menghela nafas panjang, atau bikin minuman mungkin, memandang jendela yang terbuka untuk menstimulasikan kembali bagian organ tubuh kita untuk bisa lebih fresh dan segar kembali jika akan menulis lagi.
Setiap hari, kita menulis untuk menyampaikan perasaan kita, ide serta gagasan kita. Dengan menulis, kita memperoleh ruang untuk mengekspresikan pemikiran kita, termasuk di dalamnya harapan dan ketakutan di dalam hidup kita.
Menulis berarti menciptakan ruang, tempat di mana kita bisa menjadi diri kita sendiri, tanpa halangan dari pihak manapun.
Di dalam ruang tersebut, kita berhadapan dengan luka dan kekecewaan di dalam hidup kita. Menulis itu seperti menatap langsung segala derita dan kealpaan yang pernah kita alami di dalam hidup. Ia mempunyai dampak menyembuhkan.
Dengan menulis, kita menciptakan jarak dan semua perasaan maupun emosi kita. Jarak inilah yang kemudian menyembuhkan.
Setelah itu, batin kita pun berubah. Ada perasaan lega yang muncul, ketika kita menulis dengan jujur, apa yang menjadi harapan dan kekecewaan kita. Ada semacam kesadaran, bahwa perasaan dan pikiran, yang selama ini menganggu kita pun kosong belaka. Ia tidak memiliki inti, dan segera akan pergi. Bagaikan tamu yang numpang minum, setelah itu kemudian pergi tanpa meninggalkan kesan apapun.
Intinya, segala perasaan yang berkecamuk dalam benak kita, bawalah untuk menulis, kemudian tuangkan dalam tulisan maka hilanglah segala resah dan gundah, berubah keadaan menjadi lebih baik dan membuat perasaan lebih tenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H