Berdasarkan keluhan keluhan semacam ini seyogyanya para guru juga harus memperhatikan kondisi anak didiknya, baik dari segi ekonomi, letak geografisnya hingga materi tugas yang diberikan.
Sehingga proses home learning ini bisa berjalan dengan menyenangkan dan bermakna buat semua, bukan jadi beban yang justru tidak berpihak pada anak, bahkan bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya.
Banyaknya tugas yang diberikan anak akan membuat mereka cemas dan terbebani, hal ini bisa berpengaruh pada melemahnya sistem imun, yang berdampak pada mudahnya serangan virus. Namun semoga saja tidak terjadi hal yang demikian.
Untuk masalah home learning atau belajar secara online barangkali bisa dimanfaatkan tenaga pengajar sebagai kesempatan menumbuhkan rasa ingin tahu anak, memotivasi, mempererat hubungan dan membuat suasana menyenangkan seperti harapan dan impian mereka di awal..
Dalam kondisi covid-19 saat ini, kompetensi akademik untuk sementara waktu bukanlah menjadi prioritas.
Namun yang lebih penting dari itu ialah kompetensi untuk bertahan hidup dan saling mengingatkan agar selalu menjaga kebersihan diri serta lingkungan dan kesehatan lahir bathin.
Ketentuan Home Learning dan Online Learning yang ditetapkan diusahakan yang bisa mewujudkan komunikasi maupun mentransformasikan interaksi di sekolah ke rumah.
Artinya apa?, yaitu para guru setidaknya bisa melakukan interaksi dengan siswa seperti lazimnya ketika di kelas sekolah.
Tidak hanya sekedar memberi tugas-tugas online. Bukan itu yang diharapkan siswa dan orang tua.
Para guru harus membuang jauh jauh paradigma bahwa tugas ke siswa sama dengan memberi soal, banyak kreativitas lain yang justru menimbulkan semangat dan mengasah rasa ingin tahu anak-anak.