Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar yang disingkat PSBB dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 telah menyatakan bahwa PSBB dilakukan salah satunya dengan meliburkan tempat kerja. Namun dunia kerja tidak mungkin selamanya dilakukan pembatasan.
Kenapa demikian? Karena kehidupan harus berjalan, roda ekonomi pun harus tetap berputar.
Agar roda ekonomi tetap berputar maka diperlukan suatu inovasi dan kreatifitas untuk menyesuaikan dengan keadaan serta memecahkan persoalan yang semakin menghimpit.
Kita tidak boleh berdiam diri menyikapi situasi genting ini. Tetap semangat dan bangkit adalah suatu keharusan untuk menyetabilkan kondisi ekonomi yang melemah akibat lesunya pasar bagi ukm yang disebabkan oleh wabah covid 19.
Pandemi ini melanda semua sendi kehidupan, termasuk di dalamnya juga melanda UKM. Kemudian apa solusinya agar UKM tetap jalan dan bisa maju?
Seperti kita tahu dengan adanya pandemi menyebabkan ukm banyak menemui kendala. Mereka telah membuat beberapa produk kreatif untuk menjawab tantangan pasar-konsumen, yang biasanya menjelang pertengahan tahun sekmen pasarnya meluas dan marketnyapun prospektif. Yang terjadi kemudian ketika covid 19 melanda dunia impian itu sirna.Â
Inilah masalah terbesar yang dihadapi ukm, karena produknya tidak terjual lantaran tidak adanya pembeli. Kalau tidak ada pembeli otomatis tidak ada pemasukan. Kalau tidak ada pemasukan otomatis tidak bisa produksi, tidak bisa membayar gaji karyawan dan sebagainya. Walaupun sebenarnya orderan ada tapi terkendala beaya produksi.
Jadi semua itu saling berkaitan sesuai pos masing-masing. Sentra UKM ditutup, mall ditutup, hotel ditutup. Bagi mereka yang punya display produk di sana tentu mengalami dampak yang signifikan.
Dari dampak yang ada kemudian perlu dilakukan adanya suatu alternatif pijakan lain.
Misal, yang biasanya tidak menjual makanan-kuliner kemudian beralih usaha kuliner. Seperti yang dilakukan mereka yang terdampak covid 19 kemudian kehilangan job atau pekerjaannya. Dari politikus sampai selebriti banting setir menangkap peluang baru.
Ibnu Jamil salah satunya. Artis ganteng ini banyak kehilangan kesempatan untuk menjalani aktifitas kesehariannya sebagai artis dan presenter. Namun ia tak mau larut dalam diam karena social distancing. Kabarnya kemudian ia jualan mie ayam secara online.
Dede Sunandar artis alumni cleaning service juga banting stir - alih profesi sementara untuk mengisi waktu saat stay home dengan jualan cireng. Lumayan, katanya, untuk menutupi kebutuhan biaya listrik dan beli susu.
Ini merupakan hal penting sebagai upaya positif. Di satu sisi kita harus tetap social distancing atau physical distancing dan tetap di rumah demi memutus kemungkinan penyebaran covid-19 ini, di sisi lainnya perekonomian juga harus tetap jalan.
UKM yang menggeluti bidang fashion atau produksi batik bisa juga mencoba usaha lainnya, bikin masker atau alat pelindung diri lainnya.
Karena untuk saat ini peralatan pelindung diri sangat dibutuhkan sekali, tidak ada orang yang tidak butuh APD yang paling umum digunakan masyarakat, meski mereka sudah mempunyai masker 10 pun pasti mau beli kalau ditawari.
Jadi intinya dalam kondisi ekonomi seperti sekarang mereka melakukan perubahan ke arah itu dengan sisa dana yang masih ada untuk menciptakan kegiatan usaha lain agar uangnya bisa berputar lagi untuk menjalankan roda perekonomian sehingga modal awal yang diperoleh dari pinjaman -- kredit dari bank barangkali, itu tidak berkembang atau habis untuk beaya hidup selama stay home.
Dapat dipastikan bahwa sebagian besar UKM -- 90 % punya kredit bank. Entah itu KPR, KUR dan pinjaman modal atau kredit kredit lainnya.
Dengan tidak adanya pemasukan mereka bagaimana membayar kreditnya? Mengajukan penundaan pembayaran kredit atau restrukturisasi.
Oke, mungkin sementara itu sedikit bisa melegakan nafas. Tapi kenyataannya?Â
Mereka diberi kelonggaran tidak membayar angsurannya 10 bulan, bunganya 7%, misalnya, itu tetap dibayar selama 10 bulan tersebut. Masuk bulan ke-11 mulai bayar cicilan dan bunganya naik.
Jadi semakin berat ukm kalau demikian kenyataannya. Meskipun memang mekanismenya seperti itu tapi tetap saja ini berat bagi ukm.
kemudian bagaimana caranya agar ukm bisa bertahan barangkali perlu adanya kerjasama antar-UKM, tidak saling bersaing tapi menjalin kemitraan, berkoordinasi dan berkolaborasi sesama UKM.
Kalau hanya mengandalkan satu macam produk, apa lagi produk tersebut sekmen pasarnya tertentu maka sulit sekali untuk bisa bertahan dalam situasi seperti ini jika tidak mau merubah dan menata ulang strateginya baik strategi pasarnya, strategi peningkatan mutu dan layanannya terhadap konsumen dan sebagainya. Sekali lagi ini penting.
Yang tidak kalah pentingya adalah ukm juga perlu memanfaatkan kondisi ini untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki demi perkembangan usaha kedepannya.
Misal menerapkan ilmu dari hasil pelatihan pelatihan yang pernah difasilitasi oleh lembaga atau dinas dinas terkait mengenai pemasaran via digital atau mengembangkan platform e-commerce yang merupakan aktivitas perdagangan melalui media virtual - internet. Karena saya yakin bahwa pemerintah melalui dinas KUKMP juga sudah memfasilitasi hal hal semacam itu bagi ukm untuk bisa membantu peningkatan dari sisi marketing.
So.. Cobalah hal semacam itu dimanfaatkan sebaik mungkin. Karena dengan adanya layanan ini banyak efektifitas dan efisiensi dalam proses jual beli atau jasa yangÂ
Sehingga, saat usaha berjalan dengan normal, operasional usaha bisa berjalan lebih cepat dari sebelumnya.
Usaha tetap berjalan dan mampu bertahan pada saat kondisi pandemi masih berjalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H