Dede Sunandar artis alumni cleaning service juga banting stir - alih profesi sementara untuk mengisi waktu saat stay home dengan jualan cireng. Lumayan, katanya, untuk menutupi kebutuhan biaya listrik dan beli susu.
Ini merupakan hal penting sebagai upaya positif. Di satu sisi kita harus tetap social distancing atau physical distancing dan tetap di rumah demi memutus kemungkinan penyebaran covid-19 ini, di sisi lainnya perekonomian juga harus tetap jalan.
UKM yang menggeluti bidang fashion atau produksi batik bisa juga mencoba usaha lainnya, bikin masker atau alat pelindung diri lainnya.
Karena untuk saat ini peralatan pelindung diri sangat dibutuhkan sekali, tidak ada orang yang tidak butuh APD yang paling umum digunakan masyarakat, meski mereka sudah mempunyai masker 10 pun pasti mau beli kalau ditawari.
Jadi intinya dalam kondisi ekonomi seperti sekarang mereka melakukan perubahan ke arah itu dengan sisa dana yang masih ada untuk menciptakan kegiatan usaha lain agar uangnya bisa berputar lagi untuk menjalankan roda perekonomian sehingga modal awal yang diperoleh dari pinjaman -- kredit dari bank barangkali, itu tidak berkembang atau habis untuk beaya hidup selama stay home.
Dapat dipastikan bahwa sebagian besar UKM -- 90 % punya kredit bank. Entah itu KPR, KUR dan pinjaman modal atau kredit kredit lainnya.
Dengan tidak adanya pemasukan mereka bagaimana membayar kreditnya? Mengajukan penundaan pembayaran kredit atau restrukturisasi.
Oke, mungkin sementara itu sedikit bisa melegakan nafas. Tapi kenyataannya?Â
Mereka diberi kelonggaran tidak membayar angsurannya 10 bulan, bunganya 7%, misalnya, itu tetap dibayar selama 10 bulan tersebut. Masuk bulan ke-11 mulai bayar cicilan dan bunganya naik.
Jadi semakin berat ukm kalau demikian kenyataannya. Meskipun memang mekanismenya seperti itu tapi tetap saja ini berat bagi ukm.
kemudian bagaimana caranya agar ukm bisa bertahan barangkali perlu adanya kerjasama antar-UKM, tidak saling bersaing tapi menjalin kemitraan, berkoordinasi dan berkolaborasi sesama UKM.