Dengan demikian jujur dalam Islam dapat dimaknai sebagai upaya untuk selalu menyelaraskan perbuatan dan perkataan.
Kejujuran ini menjadi penting ditunjukkan seorang pemimpin dalam rangka mendapatkan kepercayaan oleh pihak lain. Ingat bahwa kepercayaan merupakan modal untuk menjadikan pihak lain melakukan transaksi.
Untuk bisa memperoleh kepercayaan diperlukan kesesuaian antara perilaku, tindakan, ucapan, janji yang diberikan dengan tindakan nyata yang dilakukan dalam keseharian. Atau dengan pemahaman lain harus memberikan bukti terhadap yang dijanjikan atau yang diucapkan (bukan hanya sekedar janji tanpa bukti).
Pemimpin yang jujur harus mampu menunjukkan setiap ucapan harus didukung dengan fakta dan data, sehingga mampu dipercaya oleh siapapun. Bukan sebaliknya asal bicara demi sebuah pencintraan diri dan bahkan memutar balikkan fakta.
Dengan demikian jujur itu harus ditunjukkan secara nyata baik dalam perkataan, sikap tekad dalam mencapai tujuan mapun berbuatan. Lisan harus dijaga dengan sesuatu ucapan (janji) Â yang benar, kemudian memberi bukti dari yang dijanjikan dan perbuatan yang seimbang lahir dan batin.
*Kesimpulan*
Dari beberapa uraian yang sudah disampaikan maka terdapat beberapa catatan kecil yang merupakan kesimpulan yaitu:
*Pertama* agar terwujudnya sebuah cita-cita bangsa diperlukan pemimpin yang mampu menjadi figur teladan dan berintegritas yang mumpuni.
*Kedua* Pemimpin harus jujur sehingga dapat menghasilkan kinerja yang bermanfaat bagi masyarakat, kecurangan dan korupsi dapat dieliminasi.
*Ketiga* melalui integritas dan kejujuran sehingga mampu sebagai pendorong terwujudnya Indonesia Emas dan memberikan kontribusi positif untuk mewujudkan asta cita yang merupakan program Presiden Prabowo Subiyanto, diperlukan pemerintahan yang bersih dan amanah agar tercapai kemakmuran rakyat.
(m@s-b@s,12112024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H