Mohon tunggu...
Basuki Ranto
Basuki Ranto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pengalaman di BUMD dan BUMN, menulis dan berorganisasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beberapa Unsur yang Berpengaruh dalam Kepemimpinan Tranformasional

29 Juli 2024   21:29 Diperbarui: 29 Juli 2024   21:39 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

*BEBERAPA UNSUR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL*

Seri Leadership : 17

Oleh : Basuki Ranto

Salah satu ciri yang dimiliki dalam kepemimpinan transformasional di dalam organisasi perusahaan adalah ketika seorang manajer yang memberikan ruang sebesar-besarnya untuk anggotanya agar mampu mengeluarkan kreasi terbaiknya.
Sehingga dengan demikian terdapat kompetisi yang terbuka bagi anggota organisasi untuk menampailkan kinerja terbaiknya dan memperoleh prestasi karena tedapat umpan balik dari kinerja yang dihasilkan.

Adapun indikator kepemimpinan transformasional yaitu: pembaharu, memberi teladan, mendorong kinerja bawahan, mengharmoniskan lingkungan kerja, memberdayakan bawahan, bertindak atas sistem nilai, meningkatkan kemampuan terus menerus, dan mampu menghadapi situasi yang rumit (Sudarwan Danim dan Suparno, 2009: 62 ).

Gaya kepemimpinan transformasional atau transformational leadership adalah gaya kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin dengan cara memberdayakan karyawan yang menjadi tanggung jawabnya untuk dapat bekerja sama mewujudkan visi dan misi perusahaan.

Dalam kepemimpinan transformasional banyak unsur-unsur yang mempengaruhi kepemimpinan transformational baik dalam lintas aktifitas dan sinergitas dalam mencapai hasil yang diharapkan oleh seorang pemimpin dalam suatu organisasi.

*Unsur-unsur dalam Kepemimpinan*

Setidaknya ada 8 (delapan) unsur dalam Kepemimpinan Transformasional yang berpengaruh bagi seorang pemimpin, manajer atau leader dalam mencapai tujuan organisasi. Kedelapan unsur tersebut adalah sebagai berikut:
(1)Budaya Organisasi.
Yang dimaksud dengan budaya organisasi disini adalah :Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi .
Selain itu budaya juga diartikan sebagai Norma-norma yang  mengarahkan bagaimana para anggota seharusnya berperilaku.
Budaya juga merupakan :Nilai-nilai tentang apa yang seharusnya ada dan diterapkan di dalam organisasi.

Jenis-Jenis Budaya Budaya organisasi dapat dibedakan menjadi empat jenis budaya organisasi: kolaborasi (klan), menciptakan (adhokrasi), bersaing (pasar) dan kontrol (hierarki) (Quinn dan Cameron, 1999 dalam Maria, 2016):

Dapat dicontohkan bahwa budaya merupakan unsur yang dilibatkan dalam mencapai tujuan organisai seperti : integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan dan kepuasan.

Ada budaya yang menggunakan unsur-unsur : ketulusan, integritas, komitmen.

Ada pula budaya yang tidak menggunakan unsur kalimat seperti bushido yang menjadi prinsip hidup para samurai di Jepang. Ada pula yang menggunakan atribut dan uniform yang menjadi ciri khas budaya organisasi dan budaya yang mengedepankan tata nilai, kebersamaan dan komunikasi serta ada budaya  yang dimaknai sebagai kerja keras, tak pernah lelah dan berprestasi.

(2) Integrity
Pengertian secara sederhana dari integrity atau integritas adalah mempertahankan tingkat kejujuran dan etika yang tinggi dalam perkataan dan tindakan sehari-hari. Integrity ini memiliki 4 level, yakni :
a)Dapat dipercaya ( sama dalam kata dan perbuatan ).
b)Sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya kebenarannya.
c)Konsisten menerapkan norma-norma yang ada.
d)Bertindak sesuai kode etik dan prinsip moral.Intinya adalah kualitas untuk bertindak jujur dan memiliki prinsip moral yang kuat.

(3)Continuous Improvemen
Continuous Improvemen dapat dimaknai sebagai perbaikan yang berkesinambungan ( terus menerus ) yang bertujuan untuk peningkatan proses kerja organisasi, peningkatan kualitas, efisiensi, atau efektivitas .
Seorang pemimpin harus secara aktif mampu mendorong setiap bawahan untuk melakukan peningkatan hasil dan proses kerja melalui perbaikan-perbaikan .
Mampu menciptakan lingkungan yang terus menerus melakukan perbaikan proses kerja.

(4)Continuous Learning
Continuous Learning dimaknai sebagai suatu pembelajaran berkesinambungan yakni belajar memperluas pengetahuan dan ketrampilan baik melalui proses pembelajaran formal maupun informal.
Melalui pembelajaran yang berkelanjutan dimaksudkan agar mampu memberi inspirasi kepada bawahan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang relevan dengan pekerjaan.
Pada gilirannya orang akan terus dan selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sepanjang masa.
Pemimpin harus mampu memberi contoh dan dorongan kepada orang lain untuk belajar terus menerus.

(5) Managing Others
Managing others harus mampu mengarahkan dan memimpin orang lain untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Pemimpin juga mampu secara efektif mengelola dan mengarahkan kegiatan orang lain. Mereka bekerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan dan mendorong kinerja melalui motivasi. Disisi lain pemimpin dapat memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan atau melakukan tugas-tugas yang menantang ini terjadi saat orang yang dipimpinnya sangat mampu dan termotivasi ( Laissez-Faire ), serta memiliki tipe pendidik dan pelatih.

(6)Interpersonal Communication Hakikat internal communication adalah bagaimana mampu berkomunikasi secara jelas dan efektif dengan orang-orang di dalam dan di luar organisasi.
Dalam menyampaikan informasi, pikiran, atau pendapat dengan jelas, singkat, dan tepat serta menggunakan tata bahasa yang baik, bersikap terbuka dan mendengarkan orang lain dan menyampaikan suatu informasi yang sensitif dan/atau rumit dengan cara penyampaian dan kondisi yang tepat sehingga dapat dipahami pihak lain.

(7)Stakeholder Service
Stakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan.
Sementara Stakeholder service adalah mengenali dan memahami kebutuhan pemangku kepentingan ( stakeholders ) dan menyampaiakn hasil yang melebihi harapan pemangku kepentingan.
Stakeholders service  cenderung memiliki keinginan untuk menyenangkan pemangku kepentingan sebaik-baiknya dengan cara mengenali kebutuhan pemangku kepentingan dan memastikan bahwa pemangku kepentingan akan merasa puas.
Biasanya dalam pelayanan menggunakan prinsip terbaiknya seperti : Better, Faster, Newer, Cheaper, More Simple.

(8)Mengelola Bawahan
Dalam mengelola bawahan pada dasarnya terdapat 4 (empat) tipe bawahan, yakni sebagai berikut : Tipe Konstruktif, Tipe Impulsif, Tipe Rutin, Tipe Subversi.
Masing-masing tipe akan dibahas lebih rinci pada bagian berikutnya.

*Kesimpulan*

Dari berbagai uraian sebagaimana telah dibahas sebelumnya maka dapat diambil beberapa catatan kecil sebagai kesoimpulan adalah sebagai berikut:

(1) Gaya kepemimpinan transformasional dalam implementasinya melibatkan banyak unsur agar mampu mencapai tujuan organisasi secara maksimal.

(2) Stakeholders memiliki peran penting dalam menentukan semua kebijakan yang menjadi kebutuhan organisasi.

(3) Pemberian kesempatan kepada semua pengikut (follower) yang terlibat dalam organisasi perlu dibuka luas dan dengan komunikasi yang effektif agar mampu mengahasilkan ide gagasan dan prestasi kerja.

(4) Pemberian dorongan dan stimulus kepada bawahan perlu terus dikembangkan agar menghasilkan motivasi yang konstruktif serta pemberian imbal balik yang berkeadilan dan terukur.
(m@s-b@s, 29072024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun