Dipilih yang diharapkan dapat menghambat kerja virus, pada titik tertentu.
Kalau pun menggunakan inactivated vaccine, tetapi daya imunogenisitasnya tidak sekuat dan selengkap virus hidup.
Kalau diberi lewat suntikan, kuat untuk antibodi di paru-paru tapi lemah untuk di saluran nafas atas.
Kalau diberikan melalui semprotan hidung (nasal spray), memang lebih baik untuk kekebalan di nasofaring. Tapi respon imunitas sistemik (seluruh tubuh) lebih rendah daripada bila disuntikkan.
Jadi, pilih infeksi alami ya?
Kalau boleh pilih seperti tadi yang serba sedang-sedang saja.
Tapi siapa yang bisa memilih dan menjamin akan "sedang-sedang" saja?
Sangat mungkin berisiko terjadi perburukan, bahkan gejala sisa berkepanjangan.
Jadi ya yang rasional saja, lewat vaksin lah. Yang penting, setelah divaksin tetap disiplin protokol kesehatan.
Kalau sebelum divaksin, apalagi ... harus selalu displin.
*Sumber: Whatsapp Group
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H