"Dok, lebih pilih mana antibodinya, vaksin atau terpapar sekalian?"
Kalau memang bisa memilih, maka lebih enak kena sekalian. Tapi dengan syarat "sedang-sedang saja".
Jadi jumlahnya virusnya sedang-sedang saja. Nggak sedikit, tapi juga jangan banyak-banyak.
Gejalanya sedang-sedang saja. Sampai terjadi pneumonia tapi tidak sampai terjadi sesak nafas berat.
Perlu di rawat di RS covid, tapi tidak sampai harus masuk ICU.
Masa perawatan standar sesuai pedoman: hari ke 13 pulang, dengan PCR negatif. Sembuh sempurna, tanpa sisa.
Itu pilihan yang pas: sakitnya tidak berat, tapi mendapat kekebalan yang nyaris sempurna. Baik seluler maupun humoral sama-sama terpicu dan terbentuk kuat. Antibodinya lengkap, dari hampir semua bagian antigenik dari virus.
Kok nggak pilih yang tanpa gejala?
Semakin berat gejala, makin tinggi antibodi yang terbentuk dan makin lama menghilangnya.
Semakin ringan gejala, makin rendah antibodinya, dan makin cepat hilangnya. Dari yang tanpa gejala, kurang dari 45% yang antibodinya terdeteksi 1 bulan setelah sembuh. Jadi kalau tanpa gejala, antibodinya tidak akan optimal.
Kok nggak yang berat sekalian biar antibodinya maksimal?
Maaf, risikonya juga berat, berat sekali.
Kalau dari vaksin, maka antibodinya terbatas yang menjadi target dari vaksin itu sendiri. Tidak lengkap.
Dipilih yang diharapkan dapat menghambat kerja virus, pada titik tertentu.
Kalau pun menggunakan inactivated vaccine, tetapi daya imunogenisitasnya tidak sekuat dan selengkap virus hidup.
Kalau diberi lewat suntikan, kuat untuk antibodi di paru-paru tapi lemah untuk di saluran nafas atas.
Kalau diberikan melalui semprotan hidung (nasal spray), memang lebih baik untuk kekebalan di nasofaring. Tapi respon imunitas sistemik (seluruh tubuh) lebih rendah daripada bila disuntikkan.
Jadi, pilih infeksi alami ya?
Kalau boleh pilih seperti tadi yang serba sedang-sedang saja.
Tapi siapa yang bisa memilih dan menjamin akan "sedang-sedang" saja?
Sangat mungkin berisiko terjadi perburukan, bahkan gejala sisa berkepanjangan.
Jadi ya yang rasional saja, lewat vaksin lah. Yang penting, setelah divaksin tetap disiplin protokol kesehatan.
Kalau sebelum divaksin, apalagi ... harus selalu displin.
*Sumber: Whatsapp Group
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H