Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

#Move #On2

17 April 2018   03:03 Diperbarui: 20 April 2018   13:10 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Berbeda dengan Parmin. Menurutnya, soal putus adalah perkara biasa terjadi dalam hubungan percintaan: ada jadian, ada putus, ada pertemuan, ada perpisahan. Begitulah cinta bekerja. Dan begitu pun adalah pekerjaan alam semesta—membuatkan sejarah manusia. Selain cinta menyenangkan sekaligus menyakitkan. Selain membutakan sekaligus menerangkan: yang gelap terlihat dan yang terang terbuta.

     Cinta adalah kumpulan perasaan: 99% rasanya pahit dan 1% rasanya manis. Apabila yang 1% semakin menipis, maka yang 99% pahit baru bisa dirasakan oleh seseorang.

     Pesanan kopi mereka telah disediakan pelayan. Obrolan itu makin panjang, dan seperti tidak menemui titik temu persoalan mengenai hubungan sahabat mereka, Sinta dan Sugih. Datanglah Sutejo, yang kerap ditunggu-tunggu pendapatnya. Teman-temannya menjelaskan pendapat mereka masing-masing yang sudah dilontarkan sebelum kedatangan, Sutejo.

"Ya. Apa yang dikatakan kalian, semuanya benar. Nggak ada yang salah. Tapi saya menekankan, biarkan Sinta dengan perasaannya, dan biarkan Sugih dengan keputusannya," tukas Sutejo, lalu menyeruput kopinya.

"Betul. Tapi, apakah kita diam saja melihat Sinta menderita oleh perasaannya terus-menerus?" Parto menyoal.

"Iya, Jo. Benar apa kata Parto," samber Parmin.

"Dan, apakah kita tidak segera membujuk Sugih, agar dia mau kembalian lagi dengan Sinta?" Susi mulai bergairah.

"Sepertinya, kita tidak usah membujuk Sugih untuk mau jadian lagi dengan Sinta. Karena cinta tidak bisa dipaksakan," Sapar menyangkal pendapat Susi.

     Hening. 

     Mereka belum bisa menyimpulkan.

     Tiba-tiba Parmin yang diam-merenung mengagetkan teman-temannya. Sepertinya ia menangkap ide dari alam pikirannya. Dengan PD ia ngoceh. "Sinta dan Sugih lebih baik kita tonton saja. Karena itu takdir," sontaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun