Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Istana, Cikeas, dan Hambalang di Pilgub Sulsel

4 Agustus 2017   16:23 Diperbarui: 5 Agustus 2017   03:19 2214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: galaberita.com

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel pada 2018 mendatang hampir pasti akan diikuti oleh dua pasangan calon, yakni pasangan calon dari usungan Partai Golkar Nurdin Halid (NH) dan Abdul Aziz Qahar Mudzakkar (AQM) dan usungan dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Ichsan Yasin Limpo (IYL) dan Andi Mudzakkar (Cakka).

Namun demikian, NH-AQM posisinya berada didepan satu langkah dari IYL-Cakka karena Partai Golkar tidak mesti berkoalisi untuk mengusung pasangan calon di Pilgub dibandingkan dengan partai lainnya. Sementara IYL-Cakka memang saat ini secara usungan partai politik belum mencukupi, akan tetapi pasangan ini sudah jauh hari menyiapkan diri untuk maju jalur independen jika jalur partai tidak memungkinkan.

Sementara itu, dua bakal calon kuat lainnya yakni Wakil Gubernur Sulsel dua periode Agus Arifin Nu'mang (AAN) dan Bupati Bantaeng dua periode Nurdin Abdullah (NA) masih menghadapi masalah klasik pada event pesta demokrasi lima tahunan, yakni mengenai kendaraan politik. Apalagi memang keduanya, tidak mempersiapkan diri maju independen seperti halnya IYL-Cakka.

Oleh karenanya, baik AAN maupun NA masih jauh dari kata sukses untuk maju di Pilgub Sulsel. Apalagi, dari sisi partai politik kedua bakal calon tersebut mesti bekerja ekstra untuk meyakinkan petinggi partai yang ada di Jakarta sana. Mengingat, komposisi partai politik nasional dalam hal ini partai pendukung pemerintah dan partai diluar pemerintah yakni Cikeas dan Hambalang saling tarik menarik hingga Pigub Sulsel.

Dari informasi yang beredar dari mulut ke mulut dan warkop ke warkop, Pilgub Sulsel hanya akan diikuti oleh tiga pasangan calon saja, seperti pada Pilgub tahun 2013 lalu. Bahkan, adapula yang memprediksi bahwa Pilgub Sulsel memungkinkan hanya akan diikuti oleh dua pasangan saja, hal ini berdasarkan koalisi pemerintah dan non pemerintah.

*******

Head To Head berarti Istana vs Oposisi

Jika saja dua pasangan saja, maka kemungkinan besar kedua pasangan calon yang sudah muncul saat ini akan saling berjibaku mengadu strategi pemenangan yakni NH-AQM dan IYL-Cakka. Dimana afiliasi partai koalisi Istana akan berada pada kubu NH-AQM dan kubu oposisi berada pada kubu IYL-Cakka.

Alasannya, NH selama melakukan sosialiasi diawal tahun 2017 lalu, dirinya selalu memamerkan Presiden Joko Widodo sebagai calon Presiden usungan Partai Golkar pada Pemilihan Presiden 2018 mendatang. Bahkan, dalam beberapa kesempatan Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar itu menegaskan kepada awak media di Sulsel bahwa pengusungan Jokowi di Pilpres 2019 mendatang adalah harga mati bagi partai berlambang pohon beringin.

Selain itu, NH maju di Pilgub Sulsel dengan membawa tagline "Membangun Kampung". Jika dilihat dari sisi afiliasinya, tagline "Membangun Kampung" erat hubungannya dengan salah satu nawacita pembangunan Jokowi yakni "Membangun Indonesia dari Pinggir". Hal ini kemudian semakin memperjelas arah NH baik di Pilgub maupun di Pilpres mendatang.

Sementara itu, IYL-Cakka saat ini memang belum berafiliasi dengan partai yang getol berada pada jalur non pemerintah seperti Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Akan tetapi, jika Partai Gerindra mencari figur yang pas untuk mendukung Ketua Umum DPP Partai Gerindra di Pilpres 2019 mendatang, maka mesti mecari figur yang kuat dan mampu bersaing dengan calon lainnya, dan salah yang mumpuni dalam kapasitas itu adalah IYL-Cakka.

Buktinya, IYL-Cakka saat ini telah mengumpulkan foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) tak kurang dari dua juta lembar. Selain itu, IYL-Cakka saat ini juga telah memiliki tim pemenangan yang militan dan telah tersebar pada 24 kabupaten/kota di Sulsel. Pun baik IYL maupun Cakka memiliki basis massa yang riil, sebab IYL adalah mantan bupati Gowa dua periode dan Cakka bupati Luwu dua periode.

Afiliasi lain yang memungkinkan Partai Gerindra berada pada posisi IYL-Cakka ketika terjadi head to head di Pilgub Sulsel adalah pada Pilkada Gowa 2015 lalu, anak kandung IYL yakni Adnan Purichta Ichsan maju pada Pilkada Gowa dengan sokongan Partai Gerindra dan partai lainnya. Meski ketika itu, Adnan maju sebagai calon independen tapi Partai Gerindra kukuh mendukungnya.

*******

Tiga Pasangan Calon

Adapun ketika tiga pasangan calon yang maju di Pilgub, maka AAN dan NA akan berebut kendaraan. Pasalnya, untuk menggenapkan empat pasangan calon di Pilgub Sulsel itu cukup sulit dan rumit. Meski dengan komposisi jumlah kursi di parlemen Sulsel, hal itu memungkinkan terjadi, dimana saat ini terdapat 85 kursi.

Dengan jumlah kursi terbanyak ada tangan Golkar sebanyak 18 kursi, disusul Gerindra 11 kursi, Demokrat 11 kursi, PAN 9 kursi, Partai Nasdem 7 kursi, PPP 7 kursi, Partai Hanura 6 kursi, PKS 6 kursi, PDI Perjuangan 5 kursi, dan PKB 3 kursi, PBB 1 kursi, dan PKPI 1 kursi. Jika dihitung secara matematis berdasarkan aturan yang ada dalam undang-undang Pilkada, maka jumlah pasangan yang memungkinkan adalah empat atau lima pasangan calon.

Akan tetapi, dengan adanya pengaruh dari partai koalisi pemerintah dan non pemerintah itu membuat konfigurasi partai dalam mengusung calon pun dapat berubah. Hal ini kemudian membuat jumlah pasangan hanya memungkinkan tiga pasangan calon. Dan tentunya, pasangan ketiga ini masih menjadi pertanyaan saat ini, apakah itu berada ditangan AAN ataukah NA.

Masih dalam perbincangan warkop, baik AAN maupun NA masih berpeluang untuk merebut partai politik di Pilgub Sulsel. ANN yang baru saja memutuskan untuk hijrah dari Partai Golkar ke Partai Gerindra membuatnya semakin dekat dengan pengurus DPP Gerindra untuk melakukan lobi politik.

Bahkan, informasi yang beredar, ketika AAN berikrar menjadi kader Gerindra, salah satu komitmennya adalah memenangkan Prabowo Subianto di Sulsel di Pilpres sekaligus mendapatkan rekomendasi Partai Gerindra di Pilgub. Komitmen itu saya rasa wajar-wajar saja, mengingat AAN merupakan Wakil Gubernur Sulsel dua periode yang sudah tentu memiliki jaringan politik dan basis massa yang jelas.

Selain itu, AAN pun kemungkinan besar akan berpasangan dengan salah satu kader Partai Demokrat yakni Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Aliyah Mustika Ilham, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sulsel Ni'matullah, dan Wakil Ketua Bappilu DPP Demokrat Andi Nurpati. Jika demikian, AAN bisa jadi akan melenggang mulus di Pilgub.

Apalagi, keuntungan lain yang kemudian berpihak pada AAN adalah adanya pertemuan Ketua Umum partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu lalu yang sempat menghebohkan publik, tak pelak juga membuat gaduh koalisi partai pemerintah.

Sedangkan untuk NA, diungtungkan dengan hasil survei dimana bupati bergelar professor tersebut menempati urutan pertama dari seluruh kandidat yang mencuat di Pilgub Sulsel. Berdasarkan data yang dirilis oleh Poltracking pada Juni lalu, elektabilitas NA berada pada angka 17,40 persen, IYL 14,69 persen, NH 13,27 persen, dan AAN 11,21 persen.

Hal ini pun bisa jadi akan dijadikan senjata ampuh bagi NA untuk bebas melakukan lobi politik ditingkat elit partai. Pasalnya, hal tersebut merupakan bukti konkrit jika dirinya secara umum diterima oleh masyarakat Sulsel, dan juga merupakan indikator mampu memenangkan Pilgub Sulsel. Dan bisa saja, partai yang bernafsu kuda untuk menang di Pilgub akan mendorong NA.

Bukan hanya itu, branding NA di media televisi nasional juga membuatnya semakin percaya diri. Bahkan, telah menentukan pasangan calon yakni Tanribali Lamo. Meski pada akhirnya, NA akan sedikit disudutkan dengan penentuan pasangan diawal tersebut, karena dianggap terlalu cepat oleh sejumlah kalangan, termasuk partai politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun