Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Istana, Cikeas, dan Hambalang di Pilgub Sulsel

4 Agustus 2017   16:23 Diperbarui: 5 Agustus 2017   03:19 2214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: galaberita.com

Buktinya, IYL-Cakka saat ini telah mengumpulkan foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) tak kurang dari dua juta lembar. Selain itu, IYL-Cakka saat ini juga telah memiliki tim pemenangan yang militan dan telah tersebar pada 24 kabupaten/kota di Sulsel. Pun baik IYL maupun Cakka memiliki basis massa yang riil, sebab IYL adalah mantan bupati Gowa dua periode dan Cakka bupati Luwu dua periode.

Afiliasi lain yang memungkinkan Partai Gerindra berada pada posisi IYL-Cakka ketika terjadi head to head di Pilgub Sulsel adalah pada Pilkada Gowa 2015 lalu, anak kandung IYL yakni Adnan Purichta Ichsan maju pada Pilkada Gowa dengan sokongan Partai Gerindra dan partai lainnya. Meski ketika itu, Adnan maju sebagai calon independen tapi Partai Gerindra kukuh mendukungnya.

*******

Tiga Pasangan Calon

Adapun ketika tiga pasangan calon yang maju di Pilgub, maka AAN dan NA akan berebut kendaraan. Pasalnya, untuk menggenapkan empat pasangan calon di Pilgub Sulsel itu cukup sulit dan rumit. Meski dengan komposisi jumlah kursi di parlemen Sulsel, hal itu memungkinkan terjadi, dimana saat ini terdapat 85 kursi.

Dengan jumlah kursi terbanyak ada tangan Golkar sebanyak 18 kursi, disusul Gerindra 11 kursi, Demokrat 11 kursi, PAN 9 kursi, Partai Nasdem 7 kursi, PPP 7 kursi, Partai Hanura 6 kursi, PKS 6 kursi, PDI Perjuangan 5 kursi, dan PKB 3 kursi, PBB 1 kursi, dan PKPI 1 kursi. Jika dihitung secara matematis berdasarkan aturan yang ada dalam undang-undang Pilkada, maka jumlah pasangan yang memungkinkan adalah empat atau lima pasangan calon.

Akan tetapi, dengan adanya pengaruh dari partai koalisi pemerintah dan non pemerintah itu membuat konfigurasi partai dalam mengusung calon pun dapat berubah. Hal ini kemudian membuat jumlah pasangan hanya memungkinkan tiga pasangan calon. Dan tentunya, pasangan ketiga ini masih menjadi pertanyaan saat ini, apakah itu berada ditangan AAN ataukah NA.

Masih dalam perbincangan warkop, baik AAN maupun NA masih berpeluang untuk merebut partai politik di Pilgub Sulsel. ANN yang baru saja memutuskan untuk hijrah dari Partai Golkar ke Partai Gerindra membuatnya semakin dekat dengan pengurus DPP Gerindra untuk melakukan lobi politik.

Bahkan, informasi yang beredar, ketika AAN berikrar menjadi kader Gerindra, salah satu komitmennya adalah memenangkan Prabowo Subianto di Sulsel di Pilpres sekaligus mendapatkan rekomendasi Partai Gerindra di Pilgub. Komitmen itu saya rasa wajar-wajar saja, mengingat AAN merupakan Wakil Gubernur Sulsel dua periode yang sudah tentu memiliki jaringan politik dan basis massa yang jelas.

Selain itu, AAN pun kemungkinan besar akan berpasangan dengan salah satu kader Partai Demokrat yakni Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Aliyah Mustika Ilham, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sulsel Ni'matullah, dan Wakil Ketua Bappilu DPP Demokrat Andi Nurpati. Jika demikian, AAN bisa jadi akan melenggang mulus di Pilgub.

Apalagi, keuntungan lain yang kemudian berpihak pada AAN adalah adanya pertemuan Ketua Umum partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu lalu yang sempat menghebohkan publik, tak pelak juga membuat gaduh koalisi partai pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun