Melindungi kepentingan usaha kecil toko kelontong kelas rumahan owner operator ini dan memajukan mereka.
Disini, lagi lagi, SRC menjadi sebuah jembatan
Paguyuban Itu Koentji
Bapak Susanto dan Bapak Syamsudin, keduanya dari wilayah KulonProgo, DIY. Menginap semalam di salah satu Hotel Syariah di bilangan Candibaru, Semarang, bersama dengan beberapa rombongan SRC yang lain.
Acara makan malam, ramah tamah dan intinya ada di pemecahan rekor MURI pada Jalan Santai dan hiburan di Festival Indonesia SRC ini adalah sebuah apresiasi, sekaligus branding dan komunikasi.
Guyub sebagai sesama usahawan, dengan niat untuk menjadi lebih baik, tak jarang dari bincang bincang itu mereka mendapatkan ilmu bagaimana menghadapi pelanggan, produk apa yang sedang banyak dicari dan yang jelas satu keseragaman semangat melayani dengan baik, dalam keberagaman.
Pendampingan dari SRC rutin dilakukan. Baik saat kunjungan, undangan pelatihan atau malah tak jarang mereka yang menghubungi. Maklum ya, karena memang latar belakang mereka pun majemuk.
Sesuatu yang menarik untuk dikaji langsung berbicara dengan mereka para penggiat ini adalah ketulusan. Mereka bahkan berkata bahwa pendampingan yang dilakukan adalah memaksimalkan yang ada dulu. Kemudian berkembang secara pasti.
Ini baik untuk dipelajari dari sisi lini bisnis apapun. Suatu pertumbuhan usaha maksimal tidak diukur dari seberapa cepat satu toko kelontong kelas rumahan untuk kemudian memperbesar usahanya tanpa betul betul mengukur kemampuan baik dari sisi kapital usaha maupun daya beli sekitar.
Tumbuh itu baik, namun potensi mikro yang maksimal itu keren.
Pengembangan Itu Koentji
Dari sisi pengelolaan toko, penataan dan penyimpanan, diskon dalam pembelian produk di kelas grosir dan yang keren nya juga di pengembangan pribadi.