Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

78 Ribu Warga Jateng yang Kaya dan Falsafah Lelo Ledung

11 Juli 2018   18:42 Diperbarui: 11 Juli 2018   18:49 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
apakah warga Jateng diberi satu permintaan ? sumber; youtube.com

Anda ingin cepat kaya? Maka Tinggalah di Jawa Tengah.

Apabila mungkin Jaya Suprana via  Yayasan Museum Rekor Indonesia yang berkerjasama dengan Guiness Book of Record sudi melakukan pencatatan, maka pada tanggal 10 Juli 2018 yang lalu bisa menjadi sebuah fenomena yang mencengangkan dimana sebanyak 78 ribuan Warga Jawa Tengah, sontak menjadi kaya raya hanya dalam hitungan jam. Memang tidak salah apabila kemudian dikatakan bahwa Provinsi Jawa Tengah yang terkenal plural, gayeng dan rukun ini menjadi salah satu tujuan investasi usaha yang baik?

Lantas, apa yang mendasari fenomena kaya mendadak tersebut? Investasi apa yang dilakukan? Simak yang satu ini. Secarik Kertas Yang "Menguntungkan"

Tercatat, 82 ribu Wali Murid yang mewakili para siswa partisipan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun AJaran 2018 di Jawa Tengah menyertakan secarik kertas lampiran yang menyatakan ketidak mampuan secara finansial lahir dan (ternyata) batin dalam rangka menggantungkan cita cita setinggi langit bagi para putra putri mereka.

50 ribuan untuk mereka yang mendaftarkan Sekolah Menengah Kejuruan, dan 32 ribu bagi mereka yang ikut berpartisipasi dalam Sekolah Menengah Atas Negeri. Dan ini baru ditingkat PPDB 2018 untuk setara SMA lho. Belum yang lain. 

Meningkat drastis dari tahun 2017 lalu dan sekarang menjadi keluhan namun tanggung jawab baik moral maupun profesional para panitia penyelenggara PPDB dan pihak Sekolah saat ini, seperti keterangan resmi yang diberikan oleh Kepala BP2MK Jawa Tengah, Jasman Indradno yang dilansir disini .

Ganjar Pranowo sebagai Bapaknya Jawa Tengah betul betul mewakili kegelisahan wong Jateng. Dengan instruksi yang tegas, dan juga kerjasama yang benar benar baik dari para Panitia PPDB , Guru guru dan Sekolah sebagai benteng terakhir klarifikasi baik secara profesional dan juga moral, sebanyak 78.065 SKTM yang menjadi lampiran telah dicoret dan bahkan sampai tulisan ini diturunkan, proses klarifikasi masih terus berlangsung secara terpadu.  

Gagal Miskin atau Kaya Mendadak dalam hitungan Jam. Hanya di Jawa Tengah !

Jateng 1 dan Diknas Jateng . Sumber; daniel, detik.com
Jateng 1 dan Diknas Jateng . Sumber; daniel, detik.com
Lebih tegas lagi, Ganjar Pranowo menegaskan kepada seluruh Kepala Sekolah dan Guru Guru di Jawa Tengah untuk melakukan verifikasi ulang dan apabila ada Kepala Sekolah yang tidak melaksanakan verifikasi ulang tersebut, maka lebih baik mereka berhenti saja.

Sedikit sindiran keras sebagai ungkapan kekecewaan Kepala Dinas P dan K Jawa Tengah, Gatot Bambang Hastowo pun mengeluarkan pernyataan resminya. Bahwa bagi Beliau, sejatinya kalau sudah jadi SKTM ya harus nya bisa dipercaya, asli dan sesuai kondisi riil. Karena yang mengeluarkan adalah lembaga pemerintah yang resmi. Adalah sangat wajar apabila Gatot Bambang Hastowo berkata demikian, karena pada akhirnya pihaknya lah dan para Panitia PPDB 2018 yang menjadi sangat kewalahan akibat fenomena gagal miskin ini.

Kebohongan Yang Berjamaah Tetaplah Bukan Kebenaran

Sebagai Warga Jateng asli yang kebetulan juga sedang menitipkan putri untuk pendidikan lebih lanjut tahun ini pun melihat sebuah fenomena yang miris.  Saat Wong Jowo kok ilang Jawane karena jelas falsafah Sugih Tanpo Bondo ini ya bukan ndengkul SKTM lah.

Terlihat mereka , para Guru Guru dari sebuah Sekolah Menengah Pertama Negeri di bilangan Banyumanik, Semarang yang bekerja keras dari pagi tanpa henti. Sistem Zonasi ini mengakibatkan ribuan pendaftar yang datang pada saat yang hampir bersamaan tampak jelas pagi itu antrian yang panjang. 

Respek kami buat mereka. Mengamati sendiri sebagai seorang warga, dimana bahkan jalur prestasi seperti piagam pun harus di adakan uji klarifikasi yang rinci terhadap bakal calon siswa partisipan PPDB 2018  ini. 

Bagaimana mereka terkadang terlihat jelas dalam capeknya, harus betul betul menjelaskan pada para Wali Murid tentang persyaratan yang masih saja kurang secara administrasi. Keluhan "kenapa sih kok susah dan ribet banget sistemnya sekarang " dari para Wali Murid yang terlihat cemas dilayani dengan tetap tersenyum dan memberikan penjelasan terperinci. Disitu, terlihat adanya harapan. Bahwa kelak, apabila anak tersebut diterima,  maka para Pendidik inilah yang akan menjadi orang tua juga bagi anak anak kami.

Gak kuat dengan deg deg an dan sport jantung didalam ruang kelas saat penerimaan administratif  yang asli lebih mencekam dari Piala Dunia kali ini, penulis memilih untuk keluar sejenak.

Penat butuh Rehat. 

Tapi saat diluar ruang lingkup sekolah, obrolan singkat dengan seorang penjaja makanan sekaligus sahabat yang kecewa jadi satu kenyataan getir yang juga harus diterima. Dimana Beliau, yang kebetulan anaknya berprestasi di Blora harus tersingkir dari sebuah SMK karena secarik kertas bernama SKTM ini. 

Sementara seorang Sepuh dengan logat Banyumasan nya yang medok  yang juga kebetulan berdagang didepan sekolah itu menceritakan kebanggaan tentang cucunya yang setelah lulus SMK di Pekalongan sudah bekerja di sebuah Pabrik Pemintalan, dan anak anaknya yang diterima sebagai PNS mesti harus mengabdi di luar Jawa . Ini lho yang harus dipikir bersama sama. 

No bullying No Diskriminasi ; sumber pribadi
No bullying No Diskriminasi ; sumber pribadi
No Bullying, No Diskriminasi

PPDB dan SKTM adalah sebuah sistem, yang meski belum sempurna bertujuan semula baik. Supaya kelak nantinya pemerataan baik kualitas pendidikan dan juga kesempatan belajar menjadi lebih baik. Menghapus diskriminasi bahwa hanya yang mampu saja yang berhak atau layak mendapatkan pendidikan. SKTM, lebih jauh lagi tidak hanya berkutat sekedar di pendidikan saja. Namun dibanyak kesetaraan dan hak lain yang memang harus kita wajib berjuang bersama sama. 

 Sebagai orang tua tentu kita ingin agar kehidupan mereka anak anak lebih baik. Guneman sembari nembang kita dalam lagu Lelo Ledung jadi harapan

Namun bukan hanya sekedar baik secara finansial saja. Itu nomer sekian seharusnya yang menjadi acuan. Setiap tahun, fondasi fondasi baru demi sebuah generasi yang lebih baik secara budi pekerti dan kecerdasan intelektual wajib menjadi acuan bersama. Untuk menjadi bangsa yang lebih besar, dan menjadi penerus mereka kelak akan menghadapi satu situasi yang lebih sulit dan lebih pelik lagi. Pembodohan SKTM palsu ini ibarat anda sedang menuangkan semen dan sirtu palsu didalam pondasi ini. Keliatan apik, tapi rapuh. Terlebih mengingat fenomena para pelaku bisnis kaya mendadak ini sedang mengambil jatah orang lain atas nama pendidikan.

Bener wae ora, opo maneh Pener ? dan kenapa  kita jadi Bullying pada mereka yang lebih berhak?

Poro Rawuh,  kesempatan yang setara dalam memenuhi kebutuhan mereka belajar pun jadi satu porsi penting. Dan apabila kita sama sama sadar akan hal ini, kenapa masih saja ndablek dengan pelanggaran berjamaah ini? Kenapa meski tidak ada yang melihat sama sekali pun, kejujuran seharusnya tetap menjadi satu prioritas dulu.

Beruntung sekaligus malu hari ini menjadi seorang Warga Jawa Tengah. Karena apabila kita terlahir sebagai orang Jepang, mungkin kita sudah bunuh diri massal menyikapi sikap intoleran sekaligus mengecilkan putra putri kita sendiri ini, bahwa masa depan mereka adalah dimulai dengan sikap acuh, tidak jujur dan lebih jauh lagi mengambil hak sedulur sendiri. 

 Sudah lupa kita dengan Falsafah dalam Tembang Lelo Ledung kah?

Bagi Pak Ganjar Pranowo , Pak Gatot Bambang dan Panitia PPDB 2018 beserta Poro Guru, matur sembah nuwun.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun