Artikel ini adalah lanjutan dari artikel pertama disini yang sempat mengulas tentang performa Apache RTR series standar pabrikan. Kali ini, saya berkesempatan untuk menjajal unit TVS Apache 200 RTR 4V versi modifikasi yang sebelumnya dipergunakan untuk turing jarak jauh ke wilayah timur Indonesia
Unit Test Ride Terakhir. Sebuah penentuan.
24 Agustus 2016
Istirahat yang cukup di kasur empuk di Resor Giri Tirta Kahuripan pun bikin bangun sedikit kesiangan. Keindahan area sekitar resort dan kolam renangnya tak mampu membangkitkan semangat untuk bangun pagi, karena sederetan motor varian TVS baik unit tes ride maupun milik rekan-rekan TMC Jakarta yang terparkir di pelataran parkir terus terang aja emang lebih menarik untuk dilihat.
Mata tertuju pada Apache RTR 200 4V yang sebelumnya dipergunakan oleh Tim Equatorrad Indonesia di perjalanan menujuTimur Indonesia. Ban dual purpose Swallow SR 117 menggantikan Pirelli Street Demon. Gear merah menyala dari Sinnob dan stang model fatbar lengkap dengan riser pun menempel kokoh. Dan yang jelas, posisi tungkai persneling dan rem belakang yang sudah diganti dengan aftermarket.
Jelas lebih ergonomis dan keren!
Beberapa rekan Kompasianer yang telah menjajal beberapa varian TVS Apache RTR 200 4V yang lain mengatakan unit yang ini justru 'kurang enak' terlebih pada sektor handling karena balutan karet hitam dengan profil kasar dual purpose nya apabila dibandingkan dengan grip mumpuni dari Pirelli Street Demon.
Dengan sedikit senyum dan rasa deg-deg an seperti saat anda lagi berusaha modus ke cewe yang keren, saya hanya menyimpulkan dalam hati karena justru karakter ban tipe scrambler lah yang emang saya gemari. Lebih 'lanang', bandel, emang sedikit loose di jalanan aspal tapi itu justru unsur fun yang didapat.
Dan yang jelas, saat dapet kesempatan untuk lari-lari kecil di trek tanah ya mana yang lebih asik? Dual Purpose, Scrambler or whatever you wanna call it, I feel you, Bro. Mari kita toss tinju dan kita nikmati perjalanan ini!
Setelah selesai sarapan pagi, rombongan pun memulai dengan sebuah pelepasan dari pelataran parkir. Trip kali ini cukup dekat, dari Resor Giri Tirta menuju Waduk Jatiluhur dengan trek yang menarik karena banyaknya tikungan. Warbiyasak, ini lah kesempatan untuk betul betul menjajal performa Apache TVS RTR 200 4V versi modifikasi ini.
Kami memulai dengan berhati-hati dan perlahan. Tak butuh waktu yang terlalu lama untuk ‘memahami’ gebetan kali ini, karena posisi riding yang didukung oleh setang fatbar dan riser pun terasa sangat nyaman. Problem kaki pegal di sector kaki kaki pun hilang karena piranti underbone aftermarket yang terpasang. Perpindahan gigi dan akselerasi terasa lebih smooth, mungkin karena penggunaan gear Sinnob yang terpasang? Bisa jadi. Sementara grip pada sisi ban yang emang sedikit loose karena penggunaan ban dual purpose Swallow SR 117 menggantikan versi standaran pabrik Pirelli Street Demon yang sejatinya benar-benar mewah untuk ukuran ban standaran pabrik, justru jadi sebentuk unsur ‘fun’ tersendiri.
Saya adalah penikmat scrambler, yang sedikit tahu tentang profil ban dual purpose ini. Dan bukankah ini tujuan dari riding yang sebenarnya? Berkendara dengan fun namun tetap aman dan nyaman. Inilah joyride yang sebenar benarnya, versi saya!
Tak butuh waktu lama, untuk tangan menjadi gatal memelintir throttle lebih dalam. Akselerasi dari TVS Apache 200 RTR 4V ini terasa lebih ‘galak’ dari pada versi standar yang ada. Tenaga di putaran bawah dan rpm rendah seperti menyalak. Mohon maaf rombongan, izin untuk sedikit bermain-main di tikungan.
Waduk Jatiluhur-Jakarta
Setelah istirahat makan siang dan menikmati keindahan waduk Jatiluhur, sekitar pukul 16:00 kami pun kembali ke Jakarta. Inilah penentuannya! Terbayang sudah, jalanan macet yang menunggu, namun justru jadi momen tepat untuk menguji kelincahan. Sebelum memasuki kemacetan, kami disodorkan dengan satu momen yang menyenangkan. Sebuah jalanan kosong meski tak rata akhirnya ‘memaksa’ --ceileh, dipaksa-- kami untuk ‘sedikit’ adu geber di jalanan yang kosong ini.
Tak lama, sang legenda pun terlihat kepayahan di belakang TVS Apache 200 yang jelas bukan lawan seimbang. Saya pun mengacungkan jempol ke arah rider RX King. Kami tak saling kenal, tapi kami pun sudah secara otomatis bersahabat karena saya dan dia tahu kami bermain-main dengan satu dasar kecintaan yang sama: Two Wheels Move The Soul, dan kita berada di aspal yang sama.
Gestur bersahabat dari sang pengendara diperlihatkan dengan tangan yang memberikan salam, dan saat saya membiarkan dia mengambil lead posisi di depan dia bahkan memberikan bahasa sinyal ala biker yang memberitahukan posisi jalan berlubang, supaya kami pun tetap berhati-hati di jalanan tersebut. Respect!
Usai sedikit bermain, akhirnya kembali ke realita. Sempat sedikit terjebak kemacetan mengakibatkan rombongan pun kembali terpisah. Tak mengapa, karena justru di kemacetan seperti ini rombognan yang lebih kecil pun sejatinya lebih ideal. Dipimpin oleh Om Dewa, rekan dari TMC dengan kawalan dari Om Dwi, Om Kelik dan Om Budhi, grup kecil kami pun melanjutkan perjalanan melalui jalur padat Kalimalang.
Trek stop n go, padat dan kawalan rekan TMC yang cukup agresif benar benar menyenangkan. Kontur jalanan di Kalimalang yang ‘memaksa’ rombongan untuk bahkan melewati jalanan berlubang dan terkadang tanah benar benar tak terasa capai menggunakan unit TVS Apache RTR 200 4V versi modifikasi ini. Menyenangkan. Rangka double cradle yang didukung oleh suspensi monoshock dan sistem pengkabutan bahan bakar injeksi menunjukkan performanya.
Disini saya justru takjub dengan rekan-rekan Kompasiana lain yang terlihat mengendarai unit TVS Dazz matic, max 125 yang juga berada di rombongan. Mereka dengan asyik dan gak kedodoran sedikit pun meski terkadang harus melewati jalan berlubang dan kontur tak rata. Alhamdulillah, akhirnya kami tiba dengan selamat di TVS Dewi Sartika, sembari menunggu rombongan kedua yang belum kelihatan.
Review Penutup
Meski gagal memberikan sebuah review yang lebih nendang terkait unit Apache RTR 180, 2 Unit Apache RTR 200 4V terakhir memberikan satu user experience yang menyenangkan.
Motor berkapasitas 200cc yang menggunakan injeksi DFI Logic dari Bosch dan berpendingin oli ini terbukti sangat mumpuni untuk melibas trek tikungan, lurus dan bahkan kemacetan mengerikan Kalimalang yang membutuhkan akselerasi pendek dan galak. Satu fitur memori memperbolehkan kita untuk melihat berapa kecepatan maksimal yang berhasil dicapai sebelumnya, dan tercatat pada tes waktu itu saya ‘hanya’ berhasil membukukan catatan top speed 121 kilometer per jam. Bisa lebih sebetulnya, namun jujur saja memang nyali yang tidak sampai untuk memelintir gas lebih dalam saat itu.
Salam Joyride.
Referensi Tambahan :
Laman Resmi PT. TVS Motor Company
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H