Mohon tunggu...
Basillius Alfa Kristuaji
Basillius Alfa Kristuaji Mohon Tunggu... Mahasiswa - gusti boten sare

anak 1 dari 3 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemimpin Ideal

2 November 2022   09:06 Diperbarui: 2 November 2022   09:18 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemimpin Ideal Dalam Konsep Politik Laozi Dan Konfusius

 

1. Pengantar 

Realitas yang dapat ditemukan dalam hidup ini salah satunya adalah pemimpin. Tidak dapat dipungkiri atau dibuang sosok seorang pemimpin. Bahkan dari bagian yang paling kecil, dan sederhana  yaitu diri sendiri hingga yang paling besar dan rumit yaitu negara memerlukan pemimpin. Karena itu untuk dapat memimpin walaupun hanya memimpin diri perlu belajar dan dilatih hingga pada akhirnya dapat menjadi memimpin yang ideal.

            Karena begitu penting untuk menjadi pemimpin yang ideal, pemimpin yang dapat memimpin diri sendiri maupun ornag lain dengan baik. Muncul para tokoh filsafat yang dalam pemikirannya juga mebuat menjadi pemimpin yang baik. Maka untuk mencari konsep menjadi pemimpin yang ideal penulis mengambil contoh dari beberapa tokoh filsuf timur. Filsuf timur itu adalah Laozi dan Konfusius.

2. Pemimpin Ideal Menurut:

a. Laozi

Laozi/ lau tzu merupakan seorang filsuf yang hidup pada Dinati Tang. Kehidupannya masih menjadi misteri. Pekerjaan Laozi adalah sebagai pustakawan arsip di istana raja Zhou dan dengan demikian mempunyai akses yang baik  ke naskah-naskah kuno. Salah satu karyanya adalah konsep tentang politik. Dalam konsep politiknya terdapat mencapai manusia sempurna sebagai pemimpin yang ideal. Konsep politiknya di pengaruhi tentang Tao.

Laozi mengungkapkan bahwa untuk menjadi pemimpin yang ideal pelu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini diperoleh dari ajaran Tao. Tao mengajarkan manusia untuk mengikat, menciptakan, menggerakkan dan akhirnya melepaskan segala sesuatu[1]. Oleh karena itu untuk mencapai Tao perlu kehendak untuk mengendalikan diri atau keingin Yu dari ke egoisan diri. Karena ke egoisan ini lah yang akhirnya manusia menjadi labil. Bagi Laozi Manusia sempurna senantiasa mengetahui bagaimana mengendalikan jiwa labilnya(Yu). Dengan pengendalian diri ini akan membuat manusia dapat menjaga kesetabilan jiwa nya[2]. 

 

Dari Tao menglirlah Wuwei yang dapat diartikan sebagai jwa yang bersih, pikiran yang tenang, tidak mengkritisi orang lain, tidak menilai orang, tidak mengguri orang lain, dan tidak menambah atau mengurangi fakta yang disampaikan. Laozi secara tidak langsung menyatakan bahwa menjadi pemimpin yang ideal itu harus belajar dari alam semesta ini[3]. Seperti air yang selalu tenang, tanah yang selalu rendah hati kendati harus selalu diinjak-injak.

 

Dengan demikian menjadi pemimpin ideal menurut Lauzi adalah mau mengosongkan diri, untuk mencapai kebijaksananan yang terlepas pada ke egoisan diri yang dapat membuat kita menjadikan jiwa labil. Dengan jiwa yang labil kita tidak tenang, mudah emosi yang akhirnya dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Dengan mengosongkan diri dan mencapai kebijaksaanaan makan kita akan tanang dalam menghadapi segala persoalan, dan akhirnya dapat menyelesaikan persoalan ynag tidak membuat diri sendiri maupun orang lain merasa dirugikan.

 

 

b. Konfusius

 

Konfusius atau Kong Zi juga merupakan tokoh filsuf yang terkenal sekitar abad ke 6. Pemikirannya ini banyak mempengeruhi kebudayaan Tiongkok. Pada waktu Konfusisus lahir, Tiongkok berada dalam kondisi kacau karana dalam dituasi perang. Di pengaruhi oleh latarbelakang yang demikian membuat pemikiran Konfusisus berorienasi humansistik[4]. Pemikirannya ini bertujuan untuk mendidik dan menekankan manusia agar dapat melayani negara dan masyarakat. Maka isi ajarannya berupa etika, baik dalam keluarga, masyarakat dan bernegara.

 

Ajaran moral Konfusius mengandung unsur-unsur sifat bijak manusia seperti: Ren (kemanusiaan), Yi (kebajikan/keadilan), Li(tata aturan), Zhi (pengetahuan), Xin (integritas), Zhong (kesetiaan), Xiao (hormat kepada orang tua), Chi (rasa malu), Liang (baik budi), Cheng (kejujuran), Wen (bersikap ksaria), dan Shu (sikap pemaaf). Dengan berpedoman pada sifat-sifat yang terpuji, maka kekacauan di masyarakat dapat diatasi dan pada gilirannya negara dapat kembali tenteram dan teratur. Pada tingkat pemerintahan, Konfusius menyerukan agar setiap penguasa bertindak berdasarkan kemanusiaan (Ren) dan keadilan (Yi) sehinggatetap dicintai dan dipatuhi rakyatnya[5].

 

Menurut Konfusius, kemampuan manusia untuk menjadi pemimpin ideal adalah karena kodrat itu pada dasarnya baik. Dalam kodrat itu sudah terkandung nilai-nilai kebaikan seperti: rasa kemanusiaan, kebijaksanaan, kepercayaan, kebajikan dan sopan santun.  Kodrat manusia dikatakan baik karena diresapi  oleh Tian[6]

 

Dalam kodrat manusia terdapat potensi-potensi untuk menjadikan manusia itu bijak, namun masih sekedar potensi. Untuk mewujudkan potensi itu diperlukan tanggungjawab. Tangungjawab ini diberikan sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri dalam mnegembangkan dan menumbuhkan benih potensi itu menjadi aktus yang pada akhirnya membuat manusia menemukan jati diri yang sepenuhnya. Jika potensi-potensi untuk menajdi bijak itu di kembangkan dan bertumbuh akan membuat manusia itu menjadi setia, selalu mencari kebaikan dan memawas diri, mencintai dan mencari yang benar, mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Maka perlu kesadaran diri dari manusia itu, namun tidak hanya kesadaran yang diperlukan tetapi juga tindakan untuk mealksanakannya.

 

 

3. Kesimpulan 

 

Menjadi pemimpin ideal pasti diinginkan oleh setiap orang terutama orang-orang yang sedang dan akan menjadi pemimpin.  Belajar dari pemikiran ke dua tokoh filsuf Cina yaitu Laozi dan Konfusius tentang bagaimana menjadi pemimpin yang ideal yang dapat memimpin dengan baik. Dengan menjadi pemimpin yang baik akan membuat orang lain yang kita pimpin itu menjadi tenang , sejahtera dan bahagia. Namun sebelum dapat memimpin orang lain perlu belajar memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Jika kita sudah berhasil memimpin diri sendiri dengan baik maka ketika kita juga akan mampu memimpin orang lain.

 

Laozi dan Konfusisus membantu kita untuk mencapai pemimpin yang ideal. Dalam pemikiran mereka tidak saling menjatuhkan atau menganggap pemikirannya lebih baik dari yang lain. Akan tetapi mereka saling melengkapi satu dengan yang lain. Laozi dalam ide pemimpin yang ideal bertitik tolak pada Dao, pengosongan diri yang perlu meniru alam semesta yang akhirnya menjadikan diri tenang dan tidak labil.

 

Sedangkan Konfusius dalam ide menjadi pemimpin ideal bertitik pada kodrat manusia yang memiliki potensi-potensi untuik menjadi bijak. Kodrat yang masih dalam bentuk potensi itu perlu diaktualisasikan. Bentuk pengaktiualisasiannya berupa kesadaran dan kemauan untuk mengakutuskan potensi itu.

 

Karna itu jika kita mau menjadi pemimpin yang ideal belajarlah untuk memimpin diri sendiri dengan pengosongan diri dan menyadari kodrat kita sebagi manusia yang dapat menjadi bijak dengan kesadaran ini dan kemuan untuk mewujudkan di dalam diri sendiri terlebih dahulu, maka dengan sendiri nya yang lain juga akan mengikuti, dan merasakan kepimpinan kita yang ideal tanpa kita cari-cari.

 

 

Daftar Pustaka

 

Chuang, Tsai Chih. Inti Kebijakan. Jakarta: Media Kompitundo. 1992.

 

Tukan, Norberth. Filsafat Kebijaksanaan Timur. STFT: 2020 [diktat].

 

Hartati, C. Dwi. Pemikiran Konfusius Sebagai Landasan Pembentukan Karakter Budaya Bangsa Tionghoa.[(tanpa tempat terbit, tanpa tahun terbit) artikel].

 

Asruchin, Mohamad. Konfusianisme: Sumber Peradaban China. Jakarta: University of Al Azhar.

 

Jaspers, Karl. Anaximandros, Heraclitus, Parmenindes, Plotinus, Lao- Tzu, Nagarjurna. Amerika: A Harvest Book. 1974.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun