Dalam kodrat manusia terdapat potensi-potensi untuk menjadikan manusia itu bijak, namun masih sekedar potensi. Untuk mewujudkan potensi itu diperlukan tanggungjawab. Tangungjawab ini diberikan sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri dalam mnegembangkan dan menumbuhkan benih potensi itu menjadi aktus yang pada akhirnya membuat manusia menemukan jati diri yang sepenuhnya. Jika potensi-potensi untuk menajdi bijak itu di kembangkan dan bertumbuh akan membuat manusia itu menjadi setia, selalu mencari kebaikan dan memawas diri, mencintai dan mencari yang benar, mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Maka perlu kesadaran diri dari manusia itu, namun tidak hanya kesadaran yang diperlukan tetapi juga tindakan untuk mealksanakannya.
Â
Â
3. KesimpulanÂ
Â
Menjadi pemimpin ideal pasti diinginkan oleh setiap orang terutama orang-orang yang sedang dan akan menjadi pemimpin. Â Belajar dari pemikiran ke dua tokoh filsuf Cina yaitu Laozi dan Konfusius tentang bagaimana menjadi pemimpin yang ideal yang dapat memimpin dengan baik. Dengan menjadi pemimpin yang baik akan membuat orang lain yang kita pimpin itu menjadi tenang , sejahtera dan bahagia. Namun sebelum dapat memimpin orang lain perlu belajar memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Jika kita sudah berhasil memimpin diri sendiri dengan baik maka ketika kita juga akan mampu memimpin orang lain.
Â
Laozi dan Konfusisus membantu kita untuk mencapai pemimpin yang ideal. Dalam pemikiran mereka tidak saling menjatuhkan atau menganggap pemikirannya lebih baik dari yang lain. Akan tetapi mereka saling melengkapi satu dengan yang lain. Laozi dalam ide pemimpin yang ideal bertitik tolak pada Dao, pengosongan diri yang perlu meniru alam semesta yang akhirnya menjadikan diri tenang dan tidak labil.
Â
Sedangkan Konfusius dalam ide menjadi pemimpin ideal bertitik pada kodrat manusia yang memiliki potensi-potensi untuik menjadi bijak. Kodrat yang masih dalam bentuk potensi itu perlu diaktualisasikan. Bentuk pengaktiualisasiannya berupa kesadaran dan kemauan untuk mengakutuskan potensi itu.
Â