Mohon tunggu...
Basilius OdaSanjaya
Basilius OdaSanjaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Self-Development Coach

Praktisi dan ilmuwan pengembangan diri dan pendidikan. Mendalami juga terkait bisnis dan pengembangan karir. Menyukai tantangan dan belajar hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Coaching Jadi Luar Biasa dengan Aliran Psikologi Ini

16 Desember 2022   02:11 Diperbarui: 16 Desember 2022   02:21 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Psikologi memiliki pendekatan yang sangat luas dari berbagai sudut pandang. Karena subjek studinya juga sangat luas yaitu perilaku manusia. Sehingga untuk mempelajari psikologi demi kebutuhan praktis perlu dikerucutkan cakupannya. Pada konteks ini, penulis hendak membahas cakupan Psikologi yang bermanfaat bagi orang yang berprofesi sebagai life coach atau coach pengembangan diri. 

Tulisan ini juga bermanfaat bagi pendidik yang ingin menjadi pemandu pengembangan pribadi anak didiknya. Karena coaching adalah metode yang menunjang anak didik untuk berkembang secara mandiri sekaligus terarah. 

Karena tulisan ini ingin menyampaikan informasi yang padat secara singkat. Ada banyak istilah Psikologi yang digunakan. Tujuannya agar tulisan ini menjadi tidak terlalu panjang. Jika latar belakang Anda bukan dari Psikologi, silahkan gunakan bantuan google untuk memahami istilah-istilah di tulisan ini. Justru dengan begitu, pembelajaran Anda jadi lebih terarah. Tidak perlu semua teori Psikologi dipelajari, cukup pelajari istilah-istilah yang muncul di dalam tulisan ini.

 Atau jika butuh tulisan yang bahasanya lebih sederhana dan praktis, tulis di kolom komentar ya. Bisa juga hubungi email saya di bagian bawah tulisan ini. Selamat membaca!

***

Berdasarkan pengalaman penulis terdapat tiga aliran psikologi yang dominan untuk dipakai dalam kegiatan coaching: Neobehaviorisme (terutama teori belajar sosial), Psikologi Kognitif, dan Psikologi Positif. Tulisan ini akan membahas bagaimana ketiga aliran ini sangat membantu dalam proses coaching, blindspot (titik buta) terhadap masing-masing aliran, dan bagaimana ketiga aliran ini saling melengkapi satu sama lain. Sebelum memasuki pembahasan, berikut ini penjelasan singkat mengenai masing-masing aliran tersebut.

Neobehaviorisme

Neobehaviorisme adalah pengembangan teori behaviorisme. Teori behaviorisme berfokus pada rangkaian hubungan stimulus dan respon yang terlihat oleh mata. Proses internal tidak begitu diperhatikan. Meskipun tokoh seperti Thorndike sudah mulai menarik kesimpulan terkait proses kognitif yaitu tiga hukum yang ia gagas (kecuali law of exercise sudah tidak dianggap relevan dalam penelitian terkini; law of readiness dan law of effect masih bertahan hingga saat ini), tetapi proses kognitif dan juga kesadaran belum digali secara mendalam. Rangkaian perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh stimulus atau konsekuensi.

Neobehaviorisme adalah versi behaviorisme dengan memperdalam peran kognitif manusia tetapi tidak lepas dari kuatnya peran konsekuensi. Artinya manusia bukan sekedar makhluk yang dikendalikan oleh stimulus. Manusia memiliki kesadaran untuk memilih perilaku untuk memperoleh konsekuensi yang diharapkan. Peran kesadaran diri menjadi pembeda utama.

Bandura dalam berbagai sumber disebut sebagai tokoh behavioris. Peran kesadaran dan kemampuan memilih perilaku dengan mempertimbangan kondisi lingkungan yang merupakan prinsip internal dari teori yang ia kembangkan. Ada hubungan timbal balik antara peran lingkungan, kognitif, dan perilaku. Sehingga teorinya masuk ke dalam neobehaviorisme yang disebut sebagai teori belajar sosial. 

Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif adalah aliran psikologi yang berfokus pada studi mengenai kinerja otak. Bagaimana kinerja atensi, persepsi, memori, dan berpikir adalah topik yang digali pada cabang psikologi ini. Proses mental yang membuat manusia berpikir, merasa, dan bertindak yang tidak terlihat justru mendasari segala perilaku yang terlihat. 

Studi Psikologi Kognitif semakin lengkap dengan pendekatan neurologis. Neuropsikologi melihat kinerja otak menggunakan alat-alat yang dapat mendeteksi aktivasi bagian-bagian otak dan juga proses-proses neuronnya. Berbagai insight mengejutkan ditemukan di dalam studi ini. Ditemukan berbagai metode untuk mengoptimalkan proses belajar manusia sehingga manusia dapat belajar keterampilan baru lebih cepat. 

Psikologi Positif

Psikologi Positif adalah aliran Psikologi yang mengkritik jumlah penelitian Psikologi terlalu dominan membahas tentang sisi negatif dari manusia. Pengembangan ilmu lebih banyak membahas cara mengatasi gangguan mental daripada bagaimana meningkatkan kualitas hidup manusia. Sebenarnya studi tentang gangguan mental sangat dibutuhkan untuk menyikapi berbagai problem psikologis dan juga mengisi blindspot dari pendekatan medis. Namun, justru mayoritas manusia yang tidak memiliki masalah secara mental menjadi kurang tersentuh. 

Manusia butuh memahami cara untuk mengaktualisasi diri, meningkatkan kualitas hidup, dan terus meningkatkan taraf kebahagiaan. Inilah yang menjadi topik utama dari Psikologi Positif. Studi Psikologi Positif menjadi kebalikan dari studi tentang permasalahan psikologis. Studi permasalahan psikologis berfokus pada meningkatkan kualitas manusia mencapai batas maksimal ketiadaan masalah atau gangguan. Di lain sisi, studi Psikologi Positif membahas batas minimal yang perlu dimiliki manusia sehingga dapat berkembang tanpa batas.

Aliran-Aliran Psikologi Yang Mendukung Proses Coaching

Psikologi Neobehaviorisme, Psikologi Kognitif, dan Psikologi Positif adalah aliran Psikologi yang sangat mendukung efektivitas proses coaching. Aliran lain sebenarnya juga mendukung seperti psikoanalisis, neofungsionalisme, dan behavioristik tradisional tetapi sifatnya hanya suplemen pendukung. Aliran lain bermanfaat sebagai pengetahuan atau pun tools tambahan. Poin utama kesuksesan coaching adalah kesadaran diri, inisiatif, kemampuan kognitif, dan perkembangan tanpa batas dari klien yang dijawab oleh Neobehaviorisme, Psikologi Kognitif, dan Psikologi Positif. 

Neobehaviorisme terutama teori belajar sosial menjadi panduan untuk mengelola motivasi, mengelola kemampuan, dan pengelolaan tujuan dari coachee (klien dari proses coaching). Teori belajar sosial yang memiliki manfaat-manfaat tersebut adalah teori self-efficacy dan self-regulation. Kedua teori ini termasuk topik yang dibahas di studi Psikologi Positif karena berhubungan dengan peningkatan produktivitas. 

Self-efficacy dapat digunakan untuk memahami kesiapan mental dari coachee terkait kemampuan yang ingin ditingkatkan. Self-efficacy juga dipakai untuk mendapat gambaran mengenai tingkatan tantangan yang sesuai dengan kondisi coachee. Jika tantangan terlalu berat maka akan beresiko menimbulkan efek jera. Jika tantangan terlalu ringan, akan beresiko menimbulkan kebosanan. 

Teori self-regulation digunakan untuk memandu coachee merumuskan tujuannya sendiri dan mengarahkan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan tersebut. Kemandirian coachee ditumbuhkan melalui keterampilan ini. Coachee mengembangkan kemampuan perencanaan, eksekusi, dan evaluasi dalam mencapai tujuan yang ia tetapkan sendiri. Karena tujuan datang dari diri sendiri, kesiapan mental coachee jadi berada di puncaknya sehingga mendukung efektivitas pembelajaran (law of readiness). Motivasi juga menjadi intrinsik karena tujuan yang dikejar dan dicapai adalah tujuan pribadinya.

Blindspot dari teori belajar sosial adalah bagaimana mengoptimalkan perkembangan diri. Kesiapan, kesadaran, dan motivasi memang berperan sangat besar tetapi masih belum diketahui metode belajar apa yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Psikologi Kognitif menjadi jawabannya.

Psikologi Kognitif memberikan berbagai metode sehingga otak dapat mengeluarkan potensi tersembunyinya. Misalkan saja metode imitasi. Imitasi adalah salah satu topik bahasan dari teori belajar sosial. Dengan dilengkapi pengetahuan dari Psikologi Kognitif, diketahui bahwa mengamati dengan niatan untuk meniru membuat pembelajaran jadi lebih cepat. 

Contohnya ada seseorang ingin belajar teknik khusus menendang bola. Ia mengamati pemain bola yang menendang bola dengan niatan untuk meniru teknik tendangan tersebut. Ternyata di otak terjadi proses aktivasi bagian otak seakan-akan ia yang sedang melakukan tendangan tersebut. Karena ada aktivasi otak tersebut, ia jadi lebih cepat untuk mampu melakukan teknik tendangan itu. Kecepatan belajarnya menjadi lebih cepat dari pada orang yang mengamati tendangan tersebut tanpa niatan untuk meniru. Ini baru satu dari sekian banyak pengetahuan dari Psikologi Kognitif untuk mempercepat proses belajar. 

Paduan kedua aliran tersebut masih menyisakan blindspot terkait bagaimana mengatasi hambatan-hambatan dalam mengembangkan diri. Bagaimana cara agar perkembangan coachee menjadi tidak terbatasi? Jawabannya ada di Psikologi Positif yaitu PERMA (positive emotion, engagement, relationship, meaning, dan achievement). PERMA adalah gabungan dari psychological well-being dengan subjective well-being. Dengan PERMA, coach mendapatkan panduan batas bawah apa yang perlu dilampaui coachee.

Sebagai gambaran misalkan saja seorang coachee sudah menetapkan tujuannya sendiri dan tahu cara optimal untuk mengembangkannya tetapi masih ada hambatan negative emotion. Proses perkembangan coachee jadi terhambat jika tidak dibangun positive emotion terlebih dahulu. 

Ketiga aliran ini saling melengkapi satu sama lain. Psikologi Positif jika berdiri sendiri menjadi terlalu luas dan tidak terarah. Psikologi Kognitif juga merupakan sarana yang tidak berarti tanpa tujuan yang jelas. Teori belajar sosial juga tidak akan optimal tanpa kedua aliran yang lain.

Dari ketiga aliran tersebut yang menjadi pusat dari proses coaching adalah self-regulation dari aliran neobehaviorisme. Teori ini yang paling menarik bagi penulis karena peran utamanya yaitu memicu otonomi dari coachee. Coachee yang otonom akan membuka pikirannya seluas mungkin untuk mencapai tujuannya. Pengalaman menentukan tujuannya sendiri, perencanaan, eksekusi, hingga evaluasi akan membangun kesadaran pribadi untuk belajar. Coachee akan belajar dari segala hal dan coach tinggal mengarahkan dan melengkapi sudut pandang coachee. Ibarat perkalian dalam Matematika, self-regulation menjadi pengkali dari sisi coachee dan aliran psikologi lainnya menjadi pengkali dari sisi coach.

Bagaimana? Apakah siap menjadi coach yang lebih handal? Yuk pelajari ketiga aliran Psikologi ini jika ingin melesatkan klienmu ke potensi mereka yang luar biasa.

Ada pertanyaan? Tulis di kolom komentar atau hubungi odasanjaya@gmail.com untuk agar saya buatkan tulisan selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun