"Sudahlah Mbok. Untuk Mbok kembaliannya buat tambahan modal sajalah!," ucap mahasiswa yang membayarnya.
"Jangan, Nak! Kamu kan masih belum kerja. Masih belajar. Jangan menghambur-hamburkan uang dari orang tua, Mboten Ilok, le!," desak Mbok Sangreh sambil berdiri memberikan sisa uangnya, "Mbok tak banyak keperluan. Bondopun cukup! Kamu sendiri pasti butuh beli buku. Jangan!"
Sambil berlari kecil, mahasiswa itu tidak menghiraukan Mbok Sangreh yang setengah berteriak, dan berlari mengejar mereka untuk mengembalikan uang kembalian yang tidak tidak mau mereka terima. Mereka bilang "sangat ikhlas" dan halal buat si-Mbok." Malah salah seorang dari tempat agak jauh berteriak, "Kalau ditolak dosaaa!!!"
Mbok Sangreh tertegun memperhatikan kelakuan empat anak muda itu. Ia masih gemetar memegang uang pemberian mereka. Sesaat pikirannya mulai diliputi berbagai pertanyaan. Halal atau haramkah uang ini? Haram atau halalkah? Mereka masih mahasiswa dan belum kerja, halalkah uang mereka yang masih memerlukan biaya untuk menuntut ilmu? Kalaupun halal, mereka anak-anak siapa? Petani? Pedagang? Tentara? Pejabat?DPR? .....atau maling?
Ah! Mbok Sangreh bertambah gemetar membayangkan asal muasal uang yang dipegangnya. Keraguannya pun benar-benar menguasai dirinya. Untung saja beberapa saat kemudian ia terigat dawuh seorang kyai bahwa apapun yang belum jelas, antara halal dan haramnya, maka mendekati subhat! Subhat! Mbok Sangreh diam seribu bahasa.
Pada saat diamnya, tiba-tiba datang pikiran yang menurutnya sangat tepat. Ia bermaksud menyerahkan uang itu kepada amal jariyah.....atau ke panti asuhan anak yatim. (Sigura-gura;#menunggu-bulan;7.8.2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H