Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kapan Menikah? Pertanyaan Wujud Perhatian atau Sekadar Kepo?

19 Maret 2024   12:43 Diperbarui: 21 Maret 2024   19:01 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang Lebaran tiba, hal yang paling ditakutkan saat berkumpul bersama keluarga oleh anak muda Gen Z adalah pertnyataan," Kapan menikah?".Sehingga, setiap ada pertemuan keluarga atau kumpul bersama keluarga besar, mereka lebih memilih menghindar supaya terbebas dari pertanyaan-pertanyaan "basi" bagi mereka.

Dulu, saya pun merasakan hal demikian. Ketika usia 20-an saya paling malas ikut berkumpul bersama keluarga besar di hari besar seperti Natal dan Tahun Baru. Saya memilih pergi bersama teman-teman ketimbang berbaur dengan keluarga. Karena sering muncul pertanyaan-pertanyaan yang tidak diinginkan.  Menurut saya tidak penting dan sangat annoying.

Bahkan muncul pertanyaan juga dari para Gen Z, apakah pertanyaan "Kapan menikah?" itu wujud dari perhatian atau sekedar kepo saja? Mereka beranggapan kalau pertanyaan itu hanya sekedar kepo. Pengen tahu urusan anak muda.

Untungnya saya menikah diusia yang sesuai dengan target. Dulu saya bercita-cita menikah paling cepat diusia 28 tahun dan paling lama 30 tahun. Menurut saya itu usai yang ideal untuk laki-laki menikah. 

Meski menurut saya, sesungguhnya tidak ada usia ideal untuk menikah. Ada yang menikah di usia 30-an tapi rumah tangganya berantakan.  Ada yang menikah di 20 early, eh rumah tangganya awet-awet saja. Jadi, usia berapa pun menikah tidak akan menjadi patokan menikah itu aman atau tidak.

Menjelang usia 30 tahun saya menikah. Dan saya terbebas dari pertanyaan kapan menikah tapi masuk ke episode berikutnya ,"kapan punya anak?" Hmmm... never ending question!

Akhirnya saya sadar, ketika muncul pertanyaan "Kapan menikah?" oleh orang-orang tua kita. Sesungguhnya mereka bukanlah mau ikut campur urusan anak-anak mereka. Melainkan wujud dari kepedulian mereka untuk kelangsungan hidup para anak muda. Karena, ketika mereka  terlena  dengan ke independen-an, akhirnya mereka suka lupa kalau waktu terus berjalan dan usia terus berjalan. 

Jika mereka melontarkan pertanyaan seperti di atas, tentu mereka juga faham kalau pertanyaan tersebut ditujukan untuk mereka yang sudah memasuki usia 20 dan 30 tahunan. 

Karena usia-usia tersebut merupakan usia yang sangat ideal untuk berumah tangga.  Jika sudah melewati usia tersebut tapi belum menikah, percayalah, orangtua akan resah dan gelisah akan kehidupan anaknya. 

"Ini, anak saya mau menikah atau nggak,sih?" ujar mereka ketika bertemu dengan sesame orangtua yang anaknya masih lajang di usia matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun