Setiap kali diajak bermain laying-layang, aku selalu menolak dengan berbagai macam alasan. Lebih baik mendekam di rumah ketimbang harus berpanas-panasan. Belum lagi ocehan nyokap berkumandang jika tahu aku pergi bersama segerombolan anak-anak bermain layang-layang.
Hingga suatu ketika kampungku dihebohkan dengan berita kecelakaan. Seorang anak seusiaku (11 tahun) meninggal dunia gara-gara di tabrak motor saat sedang mengejar layang-layang putus.Â
Segerombolan anak-anak kejar-kejaran dijalan raya untuk mendapatkan layang-layang putus yang sedang terbang. Tanpa mereka sadari, pengejaran mereka sampai memasuki jalan yang sedang melaju kendaraan.Â
Salah satu dari anak-anak itu terpental dihantam motor yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Sudah pasti kesalahan ada pada segerombolan anak-anak itu. Mereka tidak memperdulikan keselamatan demi mendapatkan sebuah layang-layang.
Anak kecil itu teman sepermainanku, teman sekolahku juga tetangga dekat rumahku. Kejadian mengenaskan itu juga yang semakin mempertegas orangtuaku melarang aku bermain layang-layang. Â Â Â Â Â
"Kau mau seperti si Polan? Gara-gara layang-layang nyawanya melayang." Aku mengangguk pertanda tidak akan mau bermain layang-layang. Sebenarnya tanpa diultimatum pun, aku memang tidak suka bermain layang-layang. Tapi ibu khawatir imanku goyah karena hampir semua anak-anak seusiaku suka bermain layang-layang. Â
Belum hilang traumaku akan layang-layang, muncul lagi kejadian yang semakin membuat aku memutuskan tidak akan pernah bermain layang-layang sampai kapan pun. Kejadian itu benar-benar terjadi di depan mataku.Â
Waktu itu, sepulang sekolah, aku dan beberapa teman berjalan kaki pulang ke rumah. Jarak rumah dan sekolah memang tidak jauh. Hanya memakan waktu 15 menit berjalan kaki aku sudah sampai di rumah.
Siang itu, saat berjalan kaki, tiba-tiba temanku melihat layang-layang sedang melayang-layang diatas kepala kami. Dengan antusias yang begitu besar mereka mengejar layang-layang itu.
"Ayo, Ver kita kejar. Siapa tahu kita yang dapat." ajak Marudut, temanku.