Akhirnya gue keluar dari grup tersebut. Gue sudah merasa tidak nyaman dengan perdebatan-perdebatan antar kelompok yang membahas barang-barang yang dianggap bermerk dan mahal. Sementara gue sudah nyaman dengan printilan-printilan yang gue miliki yang tidak melulu harus mahal dan bermerk.Â
Bahkan gue tidak sungkan membeli outfit thrifting alias barang second untuk dipakai ke gunung. Contohnya jaket dan celana. Biar dibilangs econd tapi barang dan kwalitas tetap oke. Dan, biasanya barang second yang gue pakai saat ke gunung sering gue hibahkan ke porter, tyukang ojeg atau juga teman yang ketemu di basecamp sebagai kenang-kenangan.
Intinya, mendaki gunung itu hobi yang harus disalurkan. Kita tidak perlu memaksakan diri untuk memiliki barang atau outfit yang mahal-mahal untuk sebuah pengakuan kalau kita pendaki keren. Ya, kalau mampu sih nggak masalah. Asal jangan memaksakan diri hanya untuk sebuah pengakuan. Juga  mendaki gunung bukan menjadi ajang pamer atau menunjukkan kalau kita berkelas. Karena gunung tidak mengenal siapa anda dan dari mana asal usul anda, sejauh bersikap baik dan sopan di gunung mudah-mudahan gunung (alam) juga ramah terhadap anda.
     Begitu juga dengan komunitas lari. Beda-beda tipis lah seperti komunitas mendaki gunung, sejak 3 tahun belakangan ini, gue memang mulai suka olahraga berlari. Dalam seminggu bisa berlari 2 hingga 3 kali.  Biasanya gue berlari seorang diri atau bareng teman yang kebetulan sama-sama suka lari. Itu pun hanya 1 atau 2 orang teman saja. Karena, kalau sudah kebanyakan, olahraganya dikit eh ngobrolnya yang banyak. Jadi tidak maksimal.
Mungkin pada dasarnya gue introvert kali ya, sehingga kurang suka berada di kemaraian atau bergabung di komunitas. Karena lebih nyaman kalau berlari sendiri atau dengan teman 1 atau 2. Biasanya, ketika sedang berlari saat CFD atau di GBK, banyak komunitas olahraga lari melakukan lari bersama. Mereka berkelompok warming up bersama hingga lari mengelilingi GBK atau CFD bersama-sama. Outfit head to toe sangat colourful dan all of branded .
Suatu hari, teman gue menyarankan gue ikut komunitas lari. Mungkin dia melihat cara berlari gue masih banyak yang perlu dibenahi. Bahkan, dia bilang, kalau bergabung dengan komunitas, kita banyak mendapat ilmu tehnik-tehnik berlari yang baik.
     "Agar larimu semakin baik dan benar, sebaiknya lo ikut komunitas lari,deh." ujar teman gue.
     "Nggak, ah. Malas."
     "Soalnya, kalo lu lari sendiri, lo nggak tau progress lari lo seperti apa. Tehnik lo benar atau salah juga lo nggak tau. Kalo ikut komunitas kan ada latihan bersama. Belajar tehnik-tehinik berlari." Lanjut teman gue panjang lebar.  Tapi gue tetap pada pendirian berolaharaga sendiri. Lari sendiri dan apa-apa gue lakukan sendiri. Gue merasa lebih nyaman seperti itu.