Dulu, waktu masih menyandang gelar Jurnalis, saya dan beberapa teman sering dimintai tolong oleh penyelenggara acara untuk mengundang rekan-rekan media (cetak, elektronik & tv), karena memiliki banyak relasi dengan rekan-rekan media, tawaran tersebut pun saya terima dengan syarat untuk mengundang media dibutuhkan Jale agar mereka mau datang. Meski sempat berdebat dengan si penyelenggara acara, akhirnya mereka pun setuju.
Meski pernah juga ada  penyelenggara  acara merasa yakin tanpa jale acaranya bisa berjalan dengan lancar. Terbukti, acara yang mereka gelar gagal total karena sepinya peliput acara. Rasa sesal tiada guna, bukan? Acara yang dibuat spektakular menjadi hambar tanpa adanya pemberitaan di media cetak dan elektronik. Kalau pun ada, tidak seperti yang mereka harapkan.
Kalau itu, saya mengundang teman-teman media untuk hadir di acara yang digelar via BBM atau SMS ya? (Yang jelas, waktu itu masih jaman kejayaannya Blackberry dan Nokia, jadi ngirim undangannya lewat BBM. Tapi, sekarang jaman kejayaan BBM sudah pindah tahtah ke WAG alias Whatsup Grup). Teman media yang diundang biasanya membalas undangan tersebut dengan kalimat yang sama-sama difahami dibumbui dengan guyonan.
"Jelas nggak?" saya menjawab singkat namun padat makna "Jelasss...!!"
Biasanya, rekan-rekan yang diundang memegang teguh komitmen saat sudah menerima si Jale. Beberapa hari kemudian, hasil liputan acara tayang di media dimana mereka bernaung dan melaporkan hasil liputannya lewat BBM atau membawa hasil liputannya dalam bentuk fisik di pertemuan berikutnya.
Saya tidak tahu, apakah istilah Jale masih berkumandang di dunia pencari berita saat ini?
Entahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H