"Apa gue harus kembali ke kampung halaman gue, agar bisa mendapatkan jodoh disana?"
"Hmm, menurut kamu apa itu jalan terbaik?"
"Tapi, usia gue hampir 40 tahun. Mana ada laki-laki yang mau sama cewek yang usianya sudah dipenghujung angka 30."
"We never know! Jodoh ditangan Tuhan."
"Tapi, sampai kapan aku menunggu dan mencari? Sebenarnya, di lubuk hatiku yang paling dalam, aku itu capek."
"Capek kenapa?"
"Everything! Capek ditanyai kapan nikah. Ditanyain kenapa masih single. Ditanyain apakah gue perempuan normal dan sejuta pertanyaan lainnya. Capek kan!"
"Hmm, i feel you."
"Tuhan, kapan Engkau memberikan jodoh untukku?" isaknya.
Aku terdiam dan dia menangis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H