Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah tentang Gadis Berkerudung dan Merpatinya

14 Februari 2020   14:15 Diperbarui: 14 Februari 2020   14:17 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku langsung terdiam. Ikut sedih mendengar ceritanya.  Burung tersebut langsung kupegang dan kuperhatikan kepala burung tersebut masih terlihat jelas ada gumpalan darah membeku. Kalau dari fisiknya burung tersebut tampak sehat dan terawat. Bahkan di ujung ekornya ada seuntai tali berwarna pertanda burung tersebut ada pemiliknya.

            "Trus, kenapa tadi mau dibuang ke sungai?"

            "Biar langsung terbawa air kak.."

            "Jangan dibuang ke sungai, kasihan.  Sebaiknya dikubur ditanah biar bangkainya juga larut dengan tanah. Kalau dibuang di sungai nanti bangkainya dimakan ikan atau hewan lain."

Aku dan teman pun mencari alat untuk menggali tanah seukuran burung tersebut. gadis kecil itu menatap dengan sedih burung yang sudah kubungkus dengan plastik. Karena tidak ada batang kayu atau alat yang bisa menggali tanah basah tersebut, jalan satu-satunya batu runcing kami pakai untuk menggali kuburan untuk si Merpati malang itu.

            "Setiap hari burung ini saya ajak bermain. Saya terbangkan di sekitar Blora. Kalau sudah terbang pasti balik lagi ketangan saya. Tapi, tadi pas saya terbangkan, burung saya tertabrak mobil lewat," cerita gadis itu. Aku tatap wajahnya yang terlihat sedih. 

            "Merpati  ini usinya berapa?"

            "Sudah dua tahun saya pelihara kak.."

            "Ohhh.."

            "Bapak kamu tau burung ini sudah mati?"

            "Tau...dan bapak juga sedih. Karena ini Merpati kesayangan saya dan bapak. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun