Dari pernyataannya dan hasil diskusinya ini bisa disimpulkan bahwa film ini memang didasari oleh nilai feminisme.
Dari tadi kita membahas tentang hak kesetaraan perempuan atau feminisme. Tapi sebenarnya feminisme itu apa sih?
Feminisme yang kita kenal sebagai hak kesetaraan perempuan adalah sistem gagasan sebagai kerangka kerja dan studi kehidupan sosial yang berevolusi dari perspektif yang berpusat pada perempuan (Hidayati, 2018, hal. 21).
Isu Feminisme dan Gender dalam Film
Kritikus feminis dan sejarawan budaya menemukan bahwa perempuan dalam sastra dan budaya sering digambarkan dalam stereotip negatif atau sangat positif. Perempuan didalam film sering digambarkan sebagai ancaman bagi kekuatan dan potensi pria. Mereka juga digambarkan sebagai malaikat yang tugas hidupnya merawat pria (Ryan, 2012).
Film atau karya sastra lainnya lebih sering fokus pada maskulinitas saja.
Hal ini bukan saja berdampak pada perempuan tapi pada laki-laki juga. Laki-laki dalam film dianggap tidak normal bila menyukai bunga, warna pink, atau masak-masakan.
Nilai Maskulinitas ini menjadi dasar dari film yang mempengaruhi stereotype gender.
Pandangan mengenai LGBT dan karakter seorang laki-laki dan perempuan juga jadi sangat terbatas.
Masyarakat juga lebih tertarik dengan budaya patriarki dan mengecam LGBT yang ada dalam film.