Mohon tunggu...
Muhammad BariqTigas
Muhammad BariqTigas Mohon Tunggu... Lainnya - Film dan Televisi Institut Seni Indonesia Surakarta

Mahasiswa Semester 1 ISI Surakarta Prodi Film dan Televisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lampung, Wilayah yang Unik dengan Tradisi yang Menarik

1 Januari 2025   10:30 Diperbarui: 1 Januari 2025   10:20 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk Tupping Lampung

Tradisi merupakan hal yang penting untuk dilestarikan. Tradisi menjadi salah satu keunggulan negara Indonesia sebab keragamannya yang tiada tara. Namun, hingga kini pemasaran tradisi terkesan hanya terpusat di satu daerah saja, contohnya Jawa. Padahal, jika kita telusuri lebih dalam banyak daerah-daerah lain yang memiliki tradisi atau folklor yang unik. Salah satunya adalah Lampung. Lampung merupakan daerah Indonesia yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan berseberangan langsung dengan Pulau Jawa. Oleh karena itu keberadaannya membuatnya menjadi daerah yang beragam juga ditambah sejarahnya, membuatnya menjadi daerah yang unik.

Terdapat salah satu tradisi yang dimiliki oleh Lampung yang sangat sedikit sekali ter-highlight. Tradisi ini bernama Tupping. Tupping merupakan kesenian yang memiliki latar belakang sejarah cerita perjuangan Radin Intan I, Radin Imba, Radin Intan II pada masa penjajahan. Tupping dipakai oleh pengawal sekaligus sebagai pasukan yang berperan mengusir penjajah yang membuat resah tanah Lampung pada kala itu. 

Saat bertugas pasukan ini menggunakan tupping (topeng) untuk menutupi wajah. Topeng digunakan untuk menyembunyikan identitas diri. Selain itu dalam penyamaran, mereka sengaja untuk bertingkah laku aneh dan kocak yang bertujuan untuk mengelabui musuh. Tupping terbuat dari kayu dan memiliki 12 karakter masing-masing sebagaimana cerita sejarah yang mengatakan pasukan Radin Intan II memiliki 12 pemimpin pasukan rahasia.

Berikut 12 Tupping dengan ciri khasnya serta daerah dan tempat mana mereka bertugas:

1. Tupping Ikhung Tebak

Tupping Ikhung Tebak merupakan Tupping berhidung melintang/lebar yang digunakan oleh kepala pasukan Buay Thambal yaitu Kekhia Jaksa. Pasukan ini bertugas untuk berjuang di Gunung Raja Basa dan berpusat di Desa Kuripan Kec. Penengahan Lampung Selatan.

2. Tupping Ikhung Cungak

Tupping Ikhung Cungak merupakan tupping dengan ciri Hidung Mendongak yang digunakan oleh kepala pasukan tupai tanoh dan dipakai oleh Kekhia Khadin Patih. Tuping ini bertugas di daerah Tanjung Tua, Desa Kuripan Kec. Penengahan Lampung Selatan.

3. Tupping Luah Takhing

Merupakan tupping yang memiliki taring dan menjadi ciri khas dari tuping ini. Tuping ini bertugas untuk berjuang di daerah keratuan menuju matahari tenggelam (barat) Desa Kuripan Kec. Penengahan Lampung Selatan dan dipakai oleh Kekhia Menanti Khatu

4. Tupping Jangguk Khawing

Tuping Jangguk Khawing memiliki janggut yang panjang tak beraturan. Tuping ini bertugas di Way Sekampung daerah Kekiling Kec. Penengahan Lampung Selatan dan dipakai oleh Kekhia Jaga Pati.

5. Tupping Banguk Khabit

Tupping Banguk Khabit merupakan tuping yang bertugas di Gunung Cukkih Selat Sunda, Kekiling Kec. Penengahan Lampung Selatan. Dengan ciri khasnya yang memiliki mulut sompel atau robek. Tuping ini dipakai oleh Kekhia Yuda Negara.

6. Tupping Bekhak Banguk

Tuping Bekhak Banguk memiliki ciri khas dengan mulut yang lebar. Dipakai oleh Kekhia Jaga Pamuk yang menjadi kepala pasukan Jaga Pamuk. Tupping ini bertugas dalam menjaga Keliling Gunung.

7. Tupping Mata Sipit

Tuping Mata Sipit seperti namanya, memiliki ciri khas dengan Mata yang sipit. Tuping ini dipakai oleh Temunggung Agung Khaja yang bertugas di Batu Payung.

8. Tupping Banguk Kicut

Tupping Banguk Kicut merupakan Tupping yang bertugas di Gunung Karang. Tupping ini memiliki mulut yang mengot dan dipakai oleh Ngabihi Paksi Desa Ruang Tengah Kec. Penengahan Lamsel.

9. Tupping Pudak Bebai

Tuping Pudak Bebai ini merupakan tuping yang cukup menarik karena memiliki muka yang cantik. Tuping ini bertugas di Tanjung Selaki dan dipakai oleh Kekhia Bangsa Saka Desa Kelau Kec. Penengahan Lamsel.

10. Tupping Mata Kedugok

Tupping Mata Kedugok merupakan tuping yang memiliki bentuk mata mengantuk. Tuping ini bertugas dari keratuan menuju timur Desa Tetaan Kec. Penengahan Lamsel. Tuping ini dipakai oleh Kekhia Sangunda.

11. Tupping Mata kicong

Tupping Mata Kicong merupakan tupping yang dipakai oleh Kekhia Kyai Sebuai yang kala itu bertugas di daerah Tuku Tiga Desa Tetaan Kec. Penengahan Lamsel. Tuping ini memiliki ciri khas dengan matanya yang hanya sebelah.

12. Tupping Ikhung Pisek

Tuping Ikhung Pisek merupakan tuping yang memiliki ciri berhidung pesek. Tuping ini bertugas di sumur kucing dan kala itu dipakai Khaja Temunggung Desa Tetaan Kec. Penengahan Lamsel.

Dalam artikel ini, penulis akan memaparkan hasil wawancara yang didapat oleh Datuk Junaidi Hasan, seorang penggiat budaya yang memiliki pengetahuan lebih tentang Tupping 12 punggawa ini. Pada wawancara yang dilakukan dengannya, beliau menceritakan banyak tentang sejarah dari Tupping.

Asal mula terjadinya Tupping bermulai dari perjalanan Sultan Banten atau dikenal dengan nama Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), ke daerah Pugung yang ada di Kabupaten Lampung Timur. Pada zaman itu dikuasai oleh Keratuan Pugung. Pada masa itu Sultan Banten Syarif Hidayatullah menikahkan kedua putri dari Ratu Pugung dan memiliki masing-masing satu anak. Salah satu anaknya yang bernama Minat Gejala Ratu yang nantinya akan diberi nama Muhammad Aji Saka oleh Syarif Hidayatullah dan memiliki gelar ratu darah putih. Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Datuk Junaidi Hasan, "Ya, kalau tentang topeng ini yang waktu itu masih dipimpin oleh Muhammad Aji Saka, bin Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah itu awalnya".

Adapun alasan mengapa Muhammad Aji Saka pada saat itu mendapatkan gelar Ratu Darah Putih berawal dari sebuah kejadian ketika ia diminta oleh sang Ayah untuk membuktikan jika ia adalah anaknya maka ia pasti akan memiliki darah berwarna putih. Hingga akhirnya ia melukai dirinya dan didapatinya darah yang berwarna putih. Sejak itu, ia mendapat gelar sebagai Ratu Darah Putih dan mendapatkan hadiah berupa peti dari sunan gunung jati dengan syarat ia hanya boleh membukanya ketika sudah yakin pada tempat ia akan membuka. Akhirnya ia membuat sebuah keratuan yang di daerah kuripan. Di sana ia pun membuka peti hadiah yang dimilikinya dan tiba-tiba saja isinya terpencar yaitu sebuah topeng. Akhirnya ke-12 topeng tersebut dibagi olehnya untuk menjadi punggawa-punggawa dari keratuan-nya.

"Jadi semenjak Muhammad Aji Saka membangun Keratuan Darah Putih itu bersama 12 punggawa-nya. Asalnya ga hanya dari Kuripan saja, namun pusat keratuannya di Kuripan". Ungkap Penggiat Budaya tersebut.

Adapun tempat-tempat bernaung dan berjaga dari pujangga-pujangganya terdapat di berbagai daerah Lampung selatan. "Dahulu syarat untuk membuat suatu keratuan adalah memiliki wilayah kerja, nah 12 punggawa ini wilayahnya kalo kita ke barat nggak sampe barat, kalo sampe timur nggak sampe timur."

Seperti halnya yang dijelaskan oleh Datuk Junaidi Hasan, bahwa wilayah dari punggawa-punggawa ini tersebar ke arah barat sampai timur, namun tidak sampai ke wilayah baratnya ataupun timurnya. Yang artinya masih terpusat di Selatan. Wilayah-wilayah seperti Kekiling, Tetaan dan lain-lain.

Sistem dari 12 punggawa ini juga memiliki birokrasi lain yang tidak kalah penting sebab menjadi sebuah tradisi yang memiliki kekhasan. Seperti hal yang dikatakan olehnya kembali

"Jadi setiap punggawa itu punya anak buah yang kita sebut warga. Nah warga ini dinamai sebagai pangeran. Total setahu datuk ada 15 warga yang mendampingi punggawa."

Beliau juga menjelaskan terkait dengan 15 warga tadi yang sampai saat ini masih eksis dan berkedudukan setara dengan kepala adat. Namun, ia juga menjelaskan bahwa ini hanya sistem yang terdapat di Desa Kuripan. Masih banyak daerah-daerah lain seperti kekiling, Kelau, Tetaan. Unsur birokrasi seperti ini yang membuat tradisi dan sejarah dari topeng ini menjadi unik dan khas dimiliki oleh lampung.

Selain itu Tupping saat ini tidak hanya sebagai sebuah benda peninggalan yang dipajang, namun sudah tercipta sebuah tarian yang bernama tari Tupping di daerah ini. Tari ini pun juga dewasa ini menjadi tradisi yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Dengan tradisi yang begitu uniknya seharusnya Kota Lampung dapat menjadi tempat wisata yang ikonik untuk melambangkan keberagaman Indonesia. Namun nyatanya, tradisi di atas kurang sekali terdengar berita pemasarannya.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengelola tradisi menjadi suatu budaya. Seperti halnya dengan membuat tempat selayaknya wisata dengan menghadirkan cerita-cerita sejarah dari tradisi ini. Karena, banyak kasus serupa dimana tradisi yang begitu unik dan berpotensi untuk dikenal banyak orang tetapi sejarahnya justru tidak ditulis atau dibukukan. Sebagai contoh, hal ini juga terjadi pada salah satu budaya di daerah Blitar yaitu Gong Kyai Pradah yang memiliki kisah yang unik dan dapat menjadi daya tarik bagi turis ataupun wisatawan jika dikelola dengan baik.

Banyak sekali budaya di Indonesia yang jika dimaksimalkan potensinya dapat menjadi sebuah keuntungan bagi negara dan masyarakatnya. Mereka dapat lebih dikenal dan diakui dunia, dan juga dapat membantu menumbuhkan peluang ekonomi yang lebih luas. Salah satunya adalah tradisi Tupping dari Lampung yang memiliki keunikan khasnya yang berasal dari sejarahnya dan segala sistem birokrasi yang mengaturnya. Namun, sejauh ini, pengelolaannya masih kurang masih maksimal sehingga diperlukan adanya sebuah inovasi dan keterbaharuan dalam pengelolaan tradisi agar dapat memberikan manfaat yang lebih banyak bagi negara dan masyarakatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun