Seperti halnya yang dijelaskan oleh Datuk Junaidi Hasan, bahwa wilayah dari punggawa-punggawa ini tersebar ke arah barat sampai timur, namun tidak sampai ke wilayah baratnya ataupun timurnya. Yang artinya masih terpusat di Selatan. Wilayah-wilayah seperti Kekiling, Tetaan dan lain-lain.
Sistem dari 12 punggawa ini juga memiliki birokrasi lain yang tidak kalah penting sebab menjadi sebuah tradisi yang memiliki kekhasan. Seperti hal yang dikatakan olehnya kembali
"Jadi setiap punggawa itu punya anak buah yang kita sebut warga. Nah warga ini dinamai sebagai pangeran. Total setahu datuk ada 15 warga yang mendampingi punggawa."
Beliau juga menjelaskan terkait dengan 15 warga tadi yang sampai saat ini masih eksis dan berkedudukan setara dengan kepala adat. Namun, ia juga menjelaskan bahwa ini hanya sistem yang terdapat di Desa Kuripan. Masih banyak daerah-daerah lain seperti kekiling, Kelau, Tetaan. Unsur birokrasi seperti ini yang membuat tradisi dan sejarah dari topeng ini menjadi unik dan khas dimiliki oleh lampung.
Selain itu Tupping saat ini tidak hanya sebagai sebuah benda peninggalan yang dipajang, namun sudah tercipta sebuah tarian yang bernama tari Tupping di daerah ini. Tari ini pun juga dewasa ini menjadi tradisi yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Dengan tradisi yang begitu uniknya seharusnya Kota Lampung dapat menjadi tempat wisata yang ikonik untuk melambangkan keberagaman Indonesia. Namun nyatanya, tradisi di atas kurang sekali terdengar berita pemasarannya.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengelola tradisi menjadi suatu budaya. Seperti halnya dengan membuat tempat selayaknya wisata dengan menghadirkan cerita-cerita sejarah dari tradisi ini. Karena, banyak kasus serupa dimana tradisi yang begitu unik dan berpotensi untuk dikenal banyak orang tetapi sejarahnya justru tidak ditulis atau dibukukan. Sebagai contoh, hal ini juga terjadi pada salah satu budaya di daerah Blitar yaitu Gong Kyai Pradah yang memiliki kisah yang unik dan dapat menjadi daya tarik bagi turis ataupun wisatawan jika dikelola dengan baik.
Banyak sekali budaya di Indonesia yang jika dimaksimalkan potensinya dapat menjadi sebuah keuntungan bagi negara dan masyarakatnya. Mereka dapat lebih dikenal dan diakui dunia, dan juga dapat membantu menumbuhkan peluang ekonomi yang lebih luas. Salah satunya adalah tradisi Tupping dari Lampung yang memiliki keunikan khasnya yang berasal dari sejarahnya dan segala sistem birokrasi yang mengaturnya. Namun, sejauh ini, pengelolaannya masih kurang masih maksimal sehingga diperlukan adanya sebuah inovasi dan keterbaharuan dalam pengelolaan tradisi agar dapat memberikan manfaat yang lebih banyak bagi negara dan masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H