Dalam konteks pemeriksaan pajak, Hanacaraka dapat diasosiasikan dengan tahap awal analisis dokumen dan data keuangan perusahaan yang diperiksa. Seperti halnya Hanacaraka sebagai huruf pertama dalam aksara Jawa, tahap ini merupakan titik awal dari proses pemeriksaan.
Datasawala sebagai pengumpulan data
Datasawala dapat dihubungkan dengan tahapan pengumpulan data lebih lanjut yang diperlukan dalam pemeriksaan pajak. Seperti Datasawala adalah kelompok huruf kedua dalam aksara Hanacaraka, tahap ini menggambarkan pengumpulan data secara lebih rinci setelah tahap analisis awal.
padhajayanya sebagai identifikasi masalah
Padhajayanya, sebagai kelompok huruf ketiga dalam aksara Hanacaraka, dapat diasosiasikan dengan tahap identifikasi masalah atau ketidaksesuaian potensial dalam penghitungan atau pelaporan pajak perusahaan yang sedang diperiksa.
Maga Bathanga sebagai resolusi dan kesimpulan
Maga Bathanga, sebagai kelompok huruf terakhir dalam aksara Hanacaraka, dapat dihubungkan dengan tahap resolusi dan kesimpulan dari pemeriksaan pajak. Setelah mengidentifikasi masalah (Padhajayanya), auditor pajak bekerja menuju penyelesaian masalah tersebut dan mencapai kesimpulan akhir dari pemeriksaan.
Dengan mengaitkan konsep Hanacaraka dengan tahapan- tahapan dalam proses pemeriksaan pajak, kita dapat melihat bagaimana aspek- aspek interpretatif dan analitis diterapkan dalam konteks yang berbeda. Ini memungkinkan kita untuk memahami pemeriksaan pajak sebagai suatu proses yang melibatkan analisis, identifikasi masalah, dan resolusi, sebagaimana halnya proses interpretasi dalam hermeneutika.
 Pendekatan penggunaan dialektika Hanacaraka dalam pemeriksaan pajak mungkin tidak langsung terkait dengan praktek yang umum dilakukan dalam audit pajak. Namun, kita bisa menemukan beberapa alasan mengapa pendekatan ini bisa bermanfaat atau relevan.
Konsep dialektika Hanacaraka, dengan penekanan pada kontradiksi dan sintesis, dapat membantu auditor pajak memahami kompleksitas data dan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan. Ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian atau ketidakpastian dengan lebih baik.Â
Pendekatan dialektis dapat membantu auditor pajak dalam mengembangkan pola pikir yang lebih fleksibel dan kreatif dalam menangani situasi yang kompleks atau kontroversial dalam audit. Mereka dapat mengambil pendekatan yang lebih terbuka terhadap masalah dan menemukan solusi yang lebih inovatif.Â