Hegel dipengerahi oleh tradisi filsafat Jerman, terutama karya-karya dari Immanuel Kant. Kantianisme, dengan penekanan pada ketegori- kategori a priori dan batas- batas pengetahuan manusia, menjadi dasar bagi Hegel untuk mengeksploaris lebih lanjut tentang perkembangan ide dan kesadaran manusia.
Peristiwa revolusi Pranci memberikan pengaruh besar pada pemikiran Hegel teng perubahan sosial dan politik. Revolusi menunjukkan bagaimana ide- ide tentang kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan bisa menciptakan perubahan radikal dalam struktur masyarakat. Hegel melihat sejarah sebagai arena konflik ide- ide yang menghasilkan perkembangan menuju kebebasan yang lebih besar.
Gerakan romantisme, dengan penekanan pada individualitas, emosi dan kebebasan juga mempengaruhi Hegel. Dia mencoba untuk menyeleraskan elemen- elemen romantis dengan pemahaman rasional tentang dunia, melihat perkembangan sejarah dan ide sebagai proses dialektis yang dinamis.
Hegel mengembangkan konsep dialetika dari tradisi dialektika kuno, seperti metode dialog Socrates dan logika Aristoteles. Namun, Hegel memperluas konsep ini menjadi alat yang lebih dinamis untuk memahami perkembangan sejarah dan ide.
Hegel meyakini bahwa realitas pada dasarnya adalah ekspresi dari roh absolut (geis). dia melihat sejarah sebagai proses manifestasi roh absolut dalam dunia nyata melalui perkembangan kesadaran manusia. Model dialektika adalah cara untuk mentuk menjelaskan bagaimana roh absolut berkembang dan mewujudkan dirinya melalui kontradiksi dan resolusi dalam sejarah.
Hegel mengkritik pendekatan filsafat sebelumnya yang dianggapnya terlalu statis dan reduktif. Hegel berpendapat bahwa banya filsuf yang gagal menangkap dinamika perubahan dan perkembangan yang sebenarnya terjadi dalam ide dan sejarah. Dengan mengembangkan model dialektika, Hegel berusaha untuk menangkap dinamika perubahan dan perkembangan yang terus menerus terjadi dalam pemikiran manusia dan sejarah.Â
Model ini memberikan cara untuk memahi konflik dan kontradiksi tidak hanya mengganggu, tetapi juga mendorong perkembangan menuju keadaan yang lebih maju dan lebih lengkap. Dialektika Hegelian menekankan bahwa perkembangan ini tidak linier, tetapi melalui proses tesis, antitesis dan sintesis yang berulang dan semakin kompleks.
Menggunakan model dialektika Hegelian dalam proses pemeriksaan pajak bisa menjadi cara yang inovatif untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah yang kompleks. Pertama identifikasi tesis dengan posisi awal atau kebijakan pajak yang ada. Tesis di sini adalah aturan, regulasi dan kebijakan pajak yang berlaku. Misalnya peraturan tentang pemotongan pajak tertentu yang diterapkan pada perusahaan.
Langkah kedua adalah mengidentifikasi antitesis dengan mencari elemen yang menentang atau menantang tesis. Hal ini bisa berupa keluhan, ketidakpuasan, atau masalah yang diajukan oleh Wajib Pajak, auditor atau pihak lain yang terlibat. Misalnya perusahaan mengklaim bahwa aturan pemotongan pajak tersebut tidak adil atau terlalu membebani, atau terdapat bukti bahwa aturan tersebut tidak konsisten diterapkan.
Kemudian lakukan analisis konflik antara tesis dan antitesis. Tinjau bukti, data dan argumen dari kedua sisi. Cari pemahaman yang mendalam tentang akar masalah dan kontradiksi yang ada. Periksa laporan keuangan, dokumen pendukung, serta komunikasi yang terjadi antara perusahaan dan otoritas pajak untuk memahami ketidaksesuaian atau keberatan yang diajukan.