Mohon tunggu...
Yayok Haryanto
Yayok Haryanto Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Petani yang lagi belajar utk jadi pemulia tanaman edamame/kedelai Jepang, suka baca. Paling tersentuh kalau membaca dan mendengar kisah perjuangan meraih sukses seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[puisitigapuluhsatuhari] MERANGKUM MASA LALU MERAIH KE MASA DEPAN III

31 Desember 2014   16:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:06 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia Yang Dipuja Oleh Segala Makhluk
Dia Yang Dipanggil dengan Berbagai Nama
Dia berfirman sebagai Yang Maha Tunggal
Yang Disembah dan Tuhan seluruh manusia

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pemurah
Tuhan Yang Mengjarkan Kasih Sayang
Tuhan Yang Melimpahkan Kasih Sayang

Mengayomi dan Menghidupi seluruh Alam

Pemujaan tidak menambah kebesaranNya
Pengingkaran tidak mengecilkan KuasaNya
Melimpahkan kasih dan sayang adalah perintahNya
Merendahkan orang lain adalah pantangan dariNya

Selamat merayakan kelahiran makhluq mulia
Juru Selamat dan Rasul untuk umat dan pencintanya
Entah kapan tanggal yang sesungguhnya
Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Sekarang tanggal duapuluh lima
Umat Nasrani meyakini tanggal ini adalah kelahiran Juru Selamatnya
Semua Nabi memang Juru Selamat untuk umatnya
Semua duta besar bertindak atas nama Rajanya

Selamat berbagi kasih,
mengasah iman sesuai keyakinan masing-masing.
Semoga semua menjadi pemenang
Berkat kasih sayang Allah SWT.

Perbedaan adalah pelecut kesadaran
Perbedaan adalah pemicu semangat
Berlomba-lomba dalam kebaikan
Bukan menyombongkan diri dengan mengkafikan

Jum'at Desember Tanggal duapuluh enam
Selesai perayaan puncak Natal
Semoga semakin terjadi kebersamaan

Indah dirasakan,

nikmat dilaksanakan,

sesuai dengan Kebesaran Tuhan

Tanggal ini sepuluh tahun yang lalu
Gempa dahsyat dan tsunami melantakkan serambiku
Hingga kini pun duka itu belum berlalu
Semoga hikmah pun memancar mengarifkan bangsaku

Begitu mudahnya menghancurkan
Begitu lama dan rumitnya membangun
Memulai
Memperbaiki

Sabtu tanggal duapuluh tujuh
Macet di jalanan memeras peluh
Seharian sering terdengar keluh
Kota Malang semakin penuh

Pembangunan jalan sendiri-sendiri
Seakan tiada pemimpin negeri
Bertambah hari makin nampak ego diri
Entah kemana gotong royong itu pergi

Semakin berumur
Semakin takabur
Semakin lama
Semakin terlena

Satukan hati untuk kembali
Bangunkan jiwa
Bangunkan badan
Bergotong royong membangun negeri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun