*) Afiliasi politik saya: pada Pilpres 2004 saya tidak mencoblos, meskipun saya fans Amien-Siswono, karena saya sudah prediksi Amien-Siswono akan kalah, pernah memilih jagoan PKS (Religius-Nasionalis) pada Pilbup Sleman, meski jago tersebut kalah, kemudian pada Pilpres 2009 saya mencoblos Prabowo (Gerindra, Nasionalis-Religius) dan dipasangkan dengan Megawati (PDI-P, Nasionalis-Religius).
Saya cenderung mengamini: Islam Yes, Politik Islam (Santri) No! Pasalnya, belum ada tokoh kharismatik dari Partai Islam (Santri). Saya cenderung suka ke Prabowo, karena prestasi dan ketegasannya, meskipun masih dikait-kaitkan dengan Soeharto, mantan mertuanya. Oleh karenanya saya, berandai-andai, jatuh pada Prabowo-Jokowi untuk Pilpres 2014. Bila itu mustahil maka pilihan saya pada Pilpres 2014 berikutnya adalah Prabowo-Fadel Muhammad dan kemudian Prabowo-Rhoma. Hal itu menunjukkan bahwa saya tak bisa dipungkiri telah mengalami santrinisasi.
*) Pakaian ibadah/sehari-hari: bermotif Jawa-batik (mayoritas), bermotif Timur Tengah (baju koko) (minoritas).
*) Ibadah: shalat Idul Adha dan Idul Fitri, shalat Jum'at, kadang shalat lima waktu berjamaah, agak rutin shalat dhuha dan baca Al-Qur'an, sangat jarang tahajjud.
*) Ritual: belum pernah melakukan ziarah kubur/makam tokoh Jawa/Walisongo, sangat jarang ikut hadir dalam grebeg maulud, grebeg sekaten, tidak sama sekali ikut rebutan gunungan. Saya tidak mewajibkan datang pada ritual-ritual tersebut.
*) Peralatan: tidak memiliki keris, jimat, tidak membawa Al-Qur'an, tasbih
*) Bacaan: buku-buku Jawa dan karya ulama domestik (mayoritas), ulama Timur Tengah (minoritas).
Mengenai pemilihan agama Islam bagi warga Abangan sekalipun itu dikarenakan menurut mereka hanya agama Islamlah yang memberikan jaminan surga bagi yang membaca dua kalimat syahadat. Artinya, dengan membaca dua kalimat syahadat maka sudah sah menjadi Muslim. Meskipun sebenarnya ada tahapan-tahapan lain sehingga benar-benar menjadi Muslim sejati. Namun itulah yang menjadi magnet. Sehingga mereka, termasuk saya mbudidaya agar jangan sampai murtad dari agama Islam. Sampai kapan pun dan dalam kondisi apa pun harus tetap menjadi Muslim. (Baca: Arya Wirajaya, Sang Antimurtad)
+++
Dari gambaran di atas saja, sangat tampak bahwa Abangan jelas-jelas unggul dari Santri. Oleh karenanya sampai kapan Abangan memenangi pertarungan dalam kancah perpolitikan negeri ini? Kapankah Santri akan menang lagi? Kita tunggu saja episode selanjutnya... Yang penting adalah baik Abangan (murni), Abangan (Santri Abangan), maupun Santri (Santri Putihan) tetap bersatu padu dalam ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam membangun dan menjaga kedaulatan negeri tercinta: Negara Kesatuan republik Indonesia.
Salam Indonesia Kita!