Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Abangan, Kamu Santri

17 Desember 2012   05:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:30 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*) Ritual: tidak melakukan ziarah kubur/makam tokoh Jawa/Walisongo, tidak ikut hadir dalam grebeg maulud, grebeg sekaten, tidak sama sekali ikut rebutan gunungan

*) Peralatan: tidak memiliki keris, jimat, bawanya Al-Qur'an, tasbih

*) Bacaan: buku-buku karya ulama Timur Tengah (mayoritas), ulama domestik (minoritas)

Tentu saja masih ada beberapa faktor selain yang saya sebutkan di atas. Namun setidaknya itulah faktor-faktor yang bisa saya potret. Sumangga pembaca dan Kompasioner memberikan urun rembug sebagai pengayaan pengetahuan.

+++

Agar memudahkan membaca realitas, maka saya akan mencontohkan diri saya sendiri.

Saya termasuk ke dalam kategori Santri Abangan. Namun sebagaimana dikatakan Pak Dodi Ambardi, saya mengalami santrinisasi (maksudnya mengarah pada Santri Putihan).

*) Agama saya: Islam

*) KTP saya: Islam

*) Nama saya: Jawa, meskipun setelah menikah saya punya nama Timur Tengah, namun hanya saya dan orang-orang tertentu yang tahu nama tersebut. Sednagkan istri saya bernama Jawa campur Timur Tengah. Anak saya yang pertama juga bernama Jawa. Sedangkan anak saya yang kedua bernama Timur Tengah campur Jawa.

Terus terang orangtua dan kakak-kakak saya semuanya bernama Jawa, tidak ada yang bernama Jawa campur Timur Tengah, apalagi Timur Tengah. Saya sejak kecil sudah diperdengarkan musik-musik Jawa seperti gamelan dan wayang, serta kerap menonton wayang. Hal itu terbawa sampai sekarang. Walaupun saya sudah sangat jarang menonton wayang secara live, tetapi masih mendengarkan pentas wayang, baik di televisi maupun radio. Saya pun mengapresiasi nyaris keseluruhan budaya Jawa, seperti tarian, batik, candi, kuliner, dan lain-lain. Bahkan antara Jawa, yang berbudaya adi luhung tersebut, dan Islam dapat disinergikan sehingga menjadi Islam Jawa. Artinya, orang Jawa yang ber-Islam dan orang Islam yang ber-Jawa. Islam dan Jawa bukanlah terpisah, tetapi menyatu menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun