Mohon tunggu...
Banu DwiSetiawan
Banu DwiSetiawan Mohon Tunggu... Novelis - Penulis di Alineaku Writer

Penulis fiksi pemula yang menekuni dunia literasi di dunia maya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fly to Mars

13 Mei 2022   21:57 Diperbarui: 13 Mei 2022   21:59 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mission "Fly to Mars"

Namaku Albert Portman, Pria 32 Tahun asal Chicago yang dulunya bagian dari negara Amerika serikat, Tapi sekarang sudah bukan lagi. Bumi kini menyatu menjadi sebuah kesatuan yaitu United Nation atau UN yang di pimpin oleh satu orang kepala pemerintah.

Bumi sudah bukan lagi Planet yang ramah bagi kehidupan manusia, Bumi semakin menua, panas inti bumi mulai menurun, sedangkan suhu udara di luar sudah semakin panas hingga 410 Celsius pada suhu rata-rata di siang hari. Bahkan kutub utara sekalipun sudah bukan lagi benua es dan permukaan air laut sudah naik 30 m sejak abad 22 dimulai.

Sudah tak ada lagi manusia berlalu-lalang di jalan, hanya beberapa kendaran Anti UV yang lewat sesekali, atmosfer yang sudah rusak tidak lagi memungkinkan manusia untuk bertahan dari sengatan matahari. Masalah ini sudah terjadi sejak tahun 2157 sekitar 22 tahun yang lalu. Sejak saat itu manusia terobsesi oleh mimpi "Menemukan Bumi Baru".

Aku seorang ilmuan muda yang tergabung dalam penelitian Space-X dalam misi "Fly to Mars". Misi ini sebenarnya sudah dicetuskan lebih dari satu setengah abad yang lalu oleh Elon Musk pada tahun 2015 silam.

Sudah 160 tahun berlalu sejak mimpi manusia terbang ke Mars masih terdengar aneh dan mustahil, tapi akhirnya impian itu terbukti nyata. Pada 16 Juni 2061 Manusia pertama berhasil memasuki Orbit Mars setelah 7,5 bulan perjalanan dari bumi. Dan berhasil mendaratkan Human Made Object tercanggih pada masa itu bernama Olympus Trailblazer atau yang populer disebut Mission OLTra. Yang akhirnya dengan bantuan OLTra manusia berhasil melakukan pengambilan sampel dan pemetaan menyeluruh terhadap Planet Mars.

Pada 1 Januari Tahun 2103, tepat saat perayaan Tahun baru, Mars ada di titik terdekat dengan bumi sehingga diluncurkan roket "Land Scavanger" dengan misi Mengeksplorasi planet Mars lebih jauh, dan hasilnya Julian Zhakaef, Shigehiro Toyama, dan Flynn Howard menjadi 3 orang pertama yang menginjakkan kakinya di Mars. Dan terbukti Mars bisa jadi opsi tinggal terbaik bagi manusia saat ini.

Suhu permukaan Mars sudah turun hingga di kisaran 300 Celsius pada siang hari dan 220 pada malam hari. Dan sudah berhasil diuji coba pengembangbiakan lumut di bebatuan Mars yang ternyata berhasil hidup dan berkembang meskipun dalam kecepatan yang sangat lambat dibandingkan di bumi.

Sejak Misi "Land Scavanger" para ilmuan pada tahun 2104 berasumsi bahwa dalam 72 tahun atau tepatnya tahun 2176. Mars akan sekali lagi berada di titik terdekat dengan bumi, dan manusia dapat melakukan perjalanan ke Mars dalam 1,5 bulan dengan kecepatan Mach 3 atau 3 kali kecepatan suara.

Akan tetapi problema masih belum berakhir, Mars masih tandus dan penuh dengan bebatuan merah yang tak berpenghuni dan kering. Lalu Space-X yang bekerjasama dengan NASA mencanangkan sesuatu yang bisa disebut "GILA" pada tahun 2105 Space-X dan NASA meluncurkan 5 rocket besar tanpa awak yang didalamnya berisi Mineral, Bakteri, Spora Tumbuhan, telur hewan Avertabrata, biji-bijian kering, hingga tanah yang kaya akan humus dengan tujuan untuk mempercepat munculnya kehidupan di planet Mars, misi ini disebut "Project Birth".

Kelima rocket itu diluncurkan menuju orbit Mars dan dengan sengaja membiarkannya ditarik oleh gravitasi Mars dan jatuh kedalam planet gersang tersebut. Lalu Mars bergerak menjauhi Bumi terus beredar pada orbitnya mengelilingi Matahari.

Misi "Fly to Mars" Dimulai

Hari Ini pagi 7 Desember 2175, aku terbangun karena alarm berbunyi mengingatkanku bahwa hari ini ada rapat dengan wakil direktur dan komisaris besar Space-X. Bergegas aku bersiap dan berangkat ke Main Dome City, wilayah pusat pengembangan misi "Fly to Mars".

"Yo Bert, sudah lihat data terbaru yang ku kirim?" terdengar suara Genny dari belakang.

Genny Musk, perempuan 29 tahun berambut pirang sebahu dengan tinggi sekitar 172 cm, dia adalah cicit dari Elon Musk sang penemu Space-X, dan juga penerus ambisi kakek buyutnya itu. Aku mengenalnya sejak masuk Space-X dan sejak saat itu yang kutau darinya adalah ocehan-ocehan tentang Mars dan mimpinya menjadi penghuni Mars.

Genny menjabat sebagai Supervisor divisi Calculation and Navigation yang bertanggung jawab dalam perhitungan dan ketepatan dalam menjalankan misi ke luar angkasa.

"Yah sudah kubaca kok, banyak perbedaan dari data penerbangan 70 tahun lalu ya?" Jawabku sambil menghela nafas.

"Woi jangan bilang kau nggak percaya perhitunganku Bert?" Nada bicaranya naik seolah marah.

"Sorry sorry, bukan gak percaya Gen. Cuman, dengan perbedaan segini banyak berarti berubah juga jadwal kita untuk peluncuran."

"Akhirnya kita harus terbang selama 3 bulan kan? itu 2 kali lebih lama dari yang kita perkirakan" Sambungku.

"Gak usah ngeluh, ini bukan tahun 2022 yang masih primitive"

"Kemungkinan Failure dalam misi ini kurang dari 12%, teknologi udah pesat gila"

"Pokoknya kita pasti berhasil, kita akan pindah ke rumah baru, tanah baru, dan hidup baru jauh dari sengatan matahari yang menyakitkan." Kalimatnya memberondong tanpa ada kesempatan buatku menyela.

Akhirnya rapat pun dimulai, semua saling menyahut dan memperdebatkan perubahan jadwal dari keberangkatan para pengungsi dari bumi.

Bumi saat ini ditinggali oleh 15 juta jiwa saja. Jauh berbeda dari abad sebelumnya yang mencapai 10 digit. Angka kematian melonjak karena panasnya suhu permukaan dan banyaknya bencana alam yang makin sering terjadi.

Dan itulah mengapa mengungsikan manusia ke Mars adalah pilihan penting untuk menghindari kepunahan umat manusia.

Meskipun jumlah manusia sudah turun jauh, tetap saja 15 juta jiwa bukanlah jumlah yang sedikit, dan tidak mungkin diangkut dengan 1 buah pesawat meskipun berukuran super besar.

Oleh karena itu sejak 2 tahun yang lalu, Space-X sudah merancang dan membangun 10 pesawat luar angkasa yang luarbiasa besar mampu mengangkut 1,5 juta orang dalam 1 pesawat.

Pesawat ini berukuran panjang 755 meter, lebar 50 meter, dan tinggi 37 meter. Dengan bentuk cockpit menyerupai kepala kura-kura, dan badan pesewat menyerupai timun yang Streamline sehingga sangat Aerodinamis dan dapat mengurangi resistansi terhadap halauan angin dan gas lain di luar angkasa.

Ekor pesawat terdapat 2 lubang Jet Engine besar sebagai penggerak utama. Dan 4 baling-baling di samping kanan dan kiri pada bagian sayapnya sebagai penggerak cadangan dan untuk menghemat bahan bakar.

Pesawat Mega Project ini dinamai "Grand Wisher Spacecraft" dan dari ke 10 pesawat memiliki Nama mereka masing-masing yang diambil dari Nama Celestial Body yang ada di Tata Surya.

Pesawat pertama bernama Sun dan pesawat-pesawat seterusnya secara berurutan bernama: Mercury, Venus, Earth, Mars, Jupiter, Saturn, Uranus, Neptunus, dan yang terakhir. Dimana pesawat ini adalah pesawat utama yang juga membawa para ilmuwan dan pejabat UN, pesawat ini dinamai dengan nama gunung terkenal dan tertinggi di Mars yaitu Olympus.

10 Januari 2176, Akhirnya hari yang di tunggu telah tiba. Misi ambisius membawa seluruh umat manusia mengungsikan diri ke Mars akan dilaksanakan. Seluruh Penduduk berkumpul di 10 District Utama tempat peluncuran The Grand Wisher.

Pukul 11.00 tepat para pengungsi mulai di perintahkan untuk memasuki cabin yang sudah disiapkan untuk setiap orang. Cabin ini berbentuk seperti telur dengan tinggi 2 Meter dan diameter 1,5 meter. Fungsi cabin ini adalah untuk mengurangi dampak tekanan atmosfer dan juga G-force yang timbul saat peluncuran.

"Bert aku super nervous" Kata Genny sambil gemetaran

"Ya aku juga Gen, gak ada yang tau apa yang akan terjadi setelah ini"

"Tapi kalau nggak begini Manusia akan habis dan gak akan kembali lagi, paling tidak dari ke 10 pesawat pasti akan ada yang selamat sampai tujuan. Dan kuharap mereka yang berhasil, mampu beradaptasi dan bertahan hingga keberlangsungan species kita berlanjut" itulah yang keluar dari mulutku, tak tau apa yang harus aku katakan pada saat itu.

Yang akhirnya tak juga dijawab oleh Genny, hanya tangisnya yang tertahan seakan tersegel dalam riuh suara diam.

Seluruh pengungsi sudah masuk kedalam cabin masing-masing, giliran kami yang masuk dan mempersiapkan diri. Ternyata cabin-ku tepat di samping Genny menghadap sebuah jendela kaca setebal 24 cm yang mampu menahan tekanan di luar angkasa. Akan tetapi jendela itu masih di tutupi armor di bagian luar agar tidak pecah saat bergesekan dengan atmosfer.

Genny membuka cabin miliknya dan beranjak masuk.

"Godspeed Bert" Katanya lirih, tangannya masih gemetaran dan mukanya membiru.

"Yeah you too, Gen" Jawabku singkat.

Genny menutup cabin miliknya, aku pun ikut masuk ke cabin-ku, memasang sabuk pengaman dan duduk terdiam menunggu pesawat diluncurkan.

10 Januari 2176, pukul 13.30 Suara gemuruh mulai terdengar, mesin mulai dinyalakan, dan masker oksigen diturunkan. Alarm berbunyi... lampu merah mulai berkedip dalam cabin, layar di samping ku mulai menunjukkan tulisan dan angka.

"1 minute before take off, make sure your seat belt safely attached and put on your O2 Mask" begitulah yang tertera pada layar.

Setelah semua safety terpasang. Alarm berhenti berbunyi digantikan suara computer AI yang memekik.

"5"

"4"

"3"

"2"

"1"

Guncangan hebat dan suara besi-besi bergesekan mulai merubah rasa gugupku menjadi takut yang luarbiasa. Aku hanya memejamkan mata sambil berdoa.

Pesawat telah lepas landas. Guncangan dan getaran yang amat sangat menyakitkan itu berlangsung selama 45 menit, tapi aku merasa itu seperti beberapa minggu. Seolah lambungku telah berpindah ke tenggorokan dan tenggorokanku pindah ke pantat.

Selama itu aku sudah muntah lebih dari 7 kali, kepalaku pusing dan dari hidungku mengeluarkan darah.

Guncangan mulai mereda dan kondisi tubuhku mulai membaik, Tapi setelah itu aku malah pingsan beberapa saat.

Ketika aku siuman guncangan sudah berhenti dan pesawat sudah dalam kondisi stabil. Aku membuka masker oksigenku yang masih dipenuhi darah. Dan akupun beranjak keluar dari cabin.

"Hei kau sudah siuman Bert?" Sapa Genny yang sedang berdiri dekat jendela.

"Yah, berapa lama aku pingsan?" tanyaku penasaran.

"Entah, aku juga baru saja keluar. Mungkin sekitar 10 menitan" Jawabnya ragu.

"Ehh... Bert, sini cepet lihat keluar" sambungnya antusias.

"Ada apa?" aku dengan penasaran menghampirinya.

Ternyata Armor Exterior jendela telah dibuka, aku tidak menyadarinya karena kondisi masih sama-sama gelap seperti ketika sebelum peluncuran.

"Itu Bumi kan, Bert?" Tanya Genny padaku.

Aku melihat keluar, dan benar itu adalah bumi. Bumi yang berbeda dari yang kulihat di buku dan video sejarah. Tidak lagi berwarna biru kehijauan dan awan yang putih.

Melainkan Planet kecokelatan dengan awan berwarna abu tua, justru asap putih terlihat seperti 10 benang yang terikat ke planet itu, dan benang itu adalah jejak peluncuran Grand Wisher.

"Ya itu bumi Gen, bumi yang menjadi rumah kita, rumah kakek-kakek kita sejak 60 juta tahun lalu" kataku sambil tersenyum.

"Hahaha, dan kita meninggalkannya begitu saja" Jawab Genny sambil tertawa kecil.

Setelah itu kita berdua berjalan menuju ruang perawatan untuk mendapatkan pengecekan kondisi tubuh pasca take off, dan segera menuju ruang pertemuan dan ruang kendali untuk melanjutkan misi yang baru saja dimulai.

Perjalanan Panjang

Meski sudah 2 jam berada di ruang angkasa dengan kecepatan Mach 3, tetap saja. Angkasa itu luas bahkan kalau menengok kebelakang, kita masih bisa melihat bumi meski hanya seukuran bola tenis. Perjalanan akan berlangsung selama 3 bulan.

Karena Posisi Mars yang tidak menentu dan juga tarikan dari beberapa gravitasi benda-benda di angkas membuat perjalanan tak semudah pesawat domestic. Apalagi setelah ini akan muncul halangan terbesar yaitu gravitasi Jupiter.

Jupiter adalah planet pertama di luar asteroid belt, yang gravitasinya mampu menarik seluruh benda dari jarak yang sangat jauh. Salah sedikit saja perhitungan untuk memasuki orbit Mars, pesawat bisa keluar dari jalur yang direncanakan dan beresiko masuk kedalam zona gravitasi Jupiter yang hasilnya pesawat akan terjebak menjauhi orbit Mars dan tersesat dalam ruang hampa tanpa batas.

7 minggu berlalu sejak peluncuran, di bumi ini sudah memasuki awal maret 2176, tapi di pesawat ini kalender dan jam tak lagi berlaku. Semua sistem waktu yang ditemukan dibumi tidak bisa di adaptasikan di luar angkasa. Bumi-pun sudah tidak lagi terlihat kecuali menggunakan teleskop.

Seluruh awak masih sibuk berkomunikasi dengan 9 pesawat Grand Wisher lainnya, Olympus saat ini adalah pesawat di posisi terdepan, 2 jam di depan pesawat nomor 4 Earth, dan 27 jam di depan pesawat nomor 1 Sun yang ada di posisi paling belakang.

Hari-hari lebih banyak kuhabiskan dengan mengobrol dengan teman-temanku di divisi dan juga dengan Genny, bosan sudah rasanya tinggal di dalam burung logam luar angkasa yang bau zat kimia dimana mana. Wajar saja karena makanan yang kita bawa sebagai bekal adalah makanan yang diawetkan dengan semacam zat kimia agar tidak busuk dan bisa tahan sampai 1 tahun.

Air pun di jatah 2 botol ukuran 250 ml untuk satu hari, tidak ada mandi dengan air yang menyegarkan, hanya ada ruang Sterilizer untuk membersihkan badan dengan uap dan sinar UV. Buang air-pun hanya disediakan tissue dan uap hand sanitizer sebagai ganti cuci tangan.

Aku duduk di sebuah kotak perkakas sambil memandangi keluar jendela. Jam-ku menunjukkan pukul 01.47 Senin dini hari tanggal 20 Maret 2176 waktu Bumi. Tapi disini aku bahkan tak tahu kapan siang kapan malam.

"Hei jangan ngelamun, ntar kesurupan" Kata Genny mengagetkanku.

"Gimana bisa kesurupan, toh UN nggak ngundang setan buat ikut mengungsi" kataku sedikit melawak untuk mencairkan suasana.

"Benar juga, berarti di Mars nggak ada setan yak? Buka rumah setan disana pasti laku Bert, hahaha..." Genny mulai mengajak bercanda.

"Lah kalau gak ada setan di Mars, berarti cuman rumah kosong dong? Bego amat sih" celetukku menanggapi.

"Ya kamu yang jadi setan Bert, mukamu kan mengerikan?" Balasnya.

"Hhhhhhh... Shut the f*** up Gen" Aku mulai agak kesal dengan candaannya.

"Sorry mate, no hard feeling okay" permintaan maafnya yang tak setulus hati.

"Seminggu lagi kita sudah masuk tahap akhir persiapan masuk orbit Mars dan juga landing. Jangan hilang fokus Bert" Sambungnya tegas.

"Got you Madame" Belum selesai aku berbicara. Alarm tiba tiba berbunyi.

"EVERYBODY ONBOARD PLEASE IMMADIATELY GO BACK TO YOUR CABIN NOW, AND FOR ALL THE CREW GET BACK ON YOUR POSITION" Begitulah pengumuman diberikan oleh komandan pesawat.

Aku dan Genny bergegas kembali ke cabin kami, belum sempat sampai di cabin pengumuman kembali terdengar.

"ATTENTION TO MR. ALBERT PORTMAN AND MRS. GENNY MUSK, PLEASE COME TO CENTRAL COMS" ternyata kami dipanggil oleh tim komando.

Segera aku dan Genny berlari menuju Central Coms, disana sudah berdiri seluruh komandan Crew beserta para awak pesawat dengan muka pucat dan panik.

"Ada apa Sir?" tanyaku kepada Comannder Lexani Martin. Komandan tertinggi UN dan juga Komandan Pesawat Olympus.

"Ada bencana yang muncul diluar perhitungan, Badai Asteroid dari kanan" jawabnya dengan suara keras.

"Kita kehilangan kontak dengan pesawat nomor 4 Earth dan nomor 8 Uranus, belum ada kepastian mereka selamat. Sampai saat ini kita masih terus coba komunikasi dengan pesawat lainnya" sambung Commander Lexani.

"Ok, jadi apa yang harus kami lakukan komandan?"

"Hitung ulang persediaan bahan bakar dan cadangan untuk pendaratan, jika ada sisa pakai jet untuk keluar dari area badai asteroid ini" Perintahnya.

"Siap" jawabku sambil menarik tangan Genny, bergegas menuju ruang kendali.

Diruang kendali sudah ribut, semua berbicara saling sahut, aku pun mendatangi Chief Navigation Capt. Shingo Paul, Pria blasteran Jepang Perancis yang menjadi Penanggungjawab navigasi.

"Kapten Paul, Berapa lama kita dari zona aman?" tanyaku.

"40 Menit kalau tetap di jalur navigasi awal, tapi kalau memotong secara perpendicular ke Kiri kita bisa keluar dalam 15 menit" jawabnya.

"Ok, Thanks Capt" setelah itu aku dan Genny langung bergabung dengan tim kendali untuk membahas soal persediaan bahan bakar dan juga jalur navigasi alternatif.

Akhirnya setelah semua dikalkulasi dan di pertimbangkan, Komandan memberikan perintah.

"WE TURNING 700 TO THE LEFT, AND GO FULL BOOST FOR 10 MINUTES. WE WILL SURVIVE THIS"

 "AYE SIR" semua Crew menjawab serentak.

10 menit terasa sangat lama, ditambah guncangan dan G-Force yang dirasakan diluar cabin benar benar seperti di pukuli dengan tongkat besi.

Masa kritis akhirnya berhenti, kami berhasil melawati bahaya terbesar dan secara matematis persediaan bahan bakar akan cukup untuk pendaraatan.

Kulihat Genny masih terduduk sambil merintih. Kepalanya terluka. Tidak parah, mungkin hanya terbentur saat guncangan tadi.

Aku membantunya berdiri dan membawanya ke ruang perawatan, lalu aku kembali ke Central Coms untuk bertemu komandan Lexani.

"Bagaimana komandan? Kondisi Grand Wisher lainnya?"

"Kita tinggal ber-empat" jawab Komandan Lexani sambil melihat layar radar yang menunjukkan hanya tinggal 4 Pesawat Grand Wisher tersisa.

"Kita kehilangan Earth, Sun, Uranus, Neptunus, Venus, dan Mercury" Lanjutnya.

Aku terdiam, 6 Pesawat Grand Wisher hilang kontak dan tidak kita temui keberadaannya. Artinya saat ini tinggal pesawat nomor 10. Olympus, nomor 5. Mars, nomor 6. Jupiter dan nomor 7. Saturn.

Padahal seminggu lagi kita sudah sampai di tahap akhir perjalanan.

Aku kembali ke ruang medis menemani Genny yang masih dirawat.

"Bert, gimana hasilnya? Semua selamat kan?"

Dengan berat kuceritakan semua yang baru saja terjadi. Dan setelah itu Genny hanya menangis berjam-jam tanpa ada sepatah kata keluar dari mulut kami.

Akupun akhirnya pergi membiarkan Genny beristirahat. Melanjutkan diskusi dengan para Crew untuk persiapan pendaratan.

Pendaratan ke Planet Merah

Bangun tidur kesekian kalinya di dalam bongkahan baja yang tak bisa di bilang nyaman, karena dipenuhi gravitasi buatan yang menyebabkan banyaknya penumpang dengan keluhan nyeri di punggung bagian bawah.

Waktu menunjukkan pukul 7.00, Minggu 26 Maret 2176. Semua orang sedang girang melihat kearah luar jendela.

Dengan penuh rasa penasaran akupun menghampiri jendela dan menerobos kedepan diantara segerombolan orang. Dan akhirnya terlihat.

Mars, Planet tujuan kita sudah terlihat. Planet yang dulu dijuluki Planet Merah kini sudah di depan mata. Dan bukan hanya merah, planet itu kini berwarna warni dengan corak biru dan hijau seperti batu marble.

Di sampingnya ada 2 satelit alami Mars yang senantiasa berkeliling menemani Si Merah, Phobos dan Deimos. Mereka tampak indah dan bersinergi.

Segumpal harapan yang sempat menghilang akhirnya kembali.

Para Crew dengan semangat kembali bertugas dan melakukan persiapan pendaratan, kami berencana mengitari Mars satu kali putaran terlebih dahulu. Untuk menentukan lokasi pendaratan.

Genny menghampiriku dengan senyum lebar diwajahnya.

"Bert, kita sampai" ucapnya.

"Yah kita sampai, tapi masih belum selesai, kita harus mendarat dulu"

"Yah aku tau, ayo pesta dulu sambil nunggu titik landing ditentukan" ajaknya.

"Ok" setelah itu kita berpesta dengan minum air putih dan memakan makanan berpengawet seperti biasa.

Tentunya karena tidak ada makanan lain lagi.

27 jam setelah itu titik pendaratan telah di tentukan oleh Komandan Lexani. Para penumpang dan crew diperintahkan untuk kembali masuk ke cabin.

Kami juga bersiap untuk kembali ke cabin yang dulu kami gunakan saat lepas landas.

"Bert, sampai ketemu lagi di tanah baru kita. Mars" celetuk Genny sambil memasuki cabin-nya.

"Yah, sampai ketemu lagi Gen" Aku juga kembali ke cabin-ku.

Jendela di depan cabin juga ditutupi lagi dengan armor, pertanda pesawat sudah siap memasuki atmosfer Mars.

Seketika pesawat mulai berguncang keras, getaran terasa dari ujung kaki ke ujung kepala. Seakan dejavu dengan hal serupa yg terjadi selama peluncuran.

Getarannya berubah semakin keras, dan semakin keras hingga tanganku terbentur keras pada dinding cabin.

"Braaak..."

"Beeep... Beeep... Beeep" dan suara alarm berbunyi memekikkan telinga.

Lalu.

"Duuum... Duuum"

Aku mendengar dua kali suara dentuman seperti suara ledakan. Tapi aku tidak terlalu perduli. Guncangan kali ini terlalu keras.

Aku tak bisa lagi merasakan lengan kiriku. Sepertinya patah karena benturan tadi, darah juga mulai keluar dari hidung dan mulutku.

Sekali lagi aku pingsan selama beberapa saat.

"Pak, Anda baik-baik saja?" Aku dibangunkan oleh tim medis yang datang membuka cabin dan membantuku keluar.

Saat berjalan keluar aku menoleh ke arah cabin milik Genny. Dia masih disana tak sadarkan diri. Regu medis sedang berusaha menolongnya.

Bahkan regu medis ini juga kebanyakan terpincang-pincang karena cidera.

Selama aku mendapat pertolongan, aku terus memandangi Genny yang sedang di gotong oleh beberapa tim medis, baju Spacesuit putih yang dikenakan Genny terlihat penuh bercak darah yang keluar dari hidung dan mulutnya.

3 jam berselang, tubuh ku sudah mulai membaik, hanya tanganku saja yang patah akibat benturan. Tapi aku masih mampu berjalan perlahan.

Aku menghampiri komandan Lexani yang masih dirawat karena mengalami patah tulang di kedua kaki nya. Ternyata ia tak kembali ke cabin dan memutuskan untuk tetap berjaga di ruang Central Coms. 

"Bagaimana keadaan-mu Komandan?"

Ia tak menjawab, hanya bergumam lirih.

"Kita kehilangan 2 lagi"

"Bagaimana?" aku bertanya lagi karena kurang jelas mendengar.

"2 pesawat kita gagal mendarat, meledak di luar atmosfer" Jawabnya.

Sekarang aku teringat, 2 dentuman keras yang kudengar saat guncangan tadi, itu adalah suara letusan pesawat mereka.

"Tapi aku bersyukur, masih ada 2 pesawat yang selamat." Lanjut Komandan Lexani.

Aku tidak menyahut dan berjalan kearah jendela, melihat keluar, menerawang agak jauh, ada hamparan tanah yang asing bagiku.

Sekitar 300 meter dari pesawat ini ada bukit yang tidak terlalu tinggi dan dari balik bukit itu terlihat moncong pesawat Grand Wisher lainnya yang berdiri tegak agak miring, dan di bagian samping terdapat angka 7, itu pesawat Saturn.

Jadi yang gagal mendarat adalah Mars dan Jupiter.

Aku berjalan berkeliling mencari keberadaan Genny. Khawatir akan keadaannya.

Menduduki Planet Mars

Meskipun sudah mendarat di Mars, ternyata jumlah yang selamat hanya sekitar 1 juta orang, sekitar 402,000 orang dinyatakan tewas pada saat pendaratan. Dan korban masih terus berjatuhan meskipun sudah mendapatkan perawatan dari medis.

Memang kami sudah berada di daratan planet Mars, tapi kita belum diperbolehkan keluar karena beberapa hal.

Pertama, karena 90% dari kami yang selamat mengalami cedera dan masih butuh perawatan.

Kedua, karena kita perlu beradaptasi dengan daya gravitasi Mars yang 0.8 kali dari gravitasi bumi, ditambah lagi para penumpang sudah 3 bulan berada di dalam pesawat dengan gravitasi buatan yang hanya 0,6 kali gravitasi bumi.

Ketiga, jumlah oksigen yang tersedia di atmosfer Mars masih sangat sedikit.

Oleh karena itu, kita harus menunggu kurang lebih 10 hari didalam pesawat, sambil secara berangsur-angsur kekuatan gravitasi didalam pesawat di samakan dengan gravitasi di luar.

Kemarin aku tidak berhasil menemukan dimana Genny dirawat. Hari ini tiba-tiba seorang petugas medis menghampiriku.

"Dengan Mr. Albert?" Tanya dia kepadaku.

"Iya saya Albert"

"Bisa ikut saya ke ruang Mrs. Genny" sambungnya.

"Ok" Akhirnya aku bisa menemui Genny, begitu pikirku.

Sampai di ruang medis tempat Genny dirawat dan seorang dokter yang sedang mengganti cairan infus-nya, aku melihat Genny masih tak sadarkan diri dengan penyangga leher melingkar dibawah dagunya.

"Dia kenapa Doc?" tanyaku pada dokter yang merawat Genny.

"Mrs. Genny mengalami patah di tiga titik fatal, yaitu leher, dan 2 ruas dipunggungnya."

"Selain itu dia kehabisan banyak darah pada saat pendaratan, sekarang kondisinya masih koma"

Aku hanya mendengarkan.

"Saat ini kami mumbutuhkan tambahan darah untuk menjaganya tetap stabil. Dari data UN, Darah Mr. Albert sama dengan Mrs. Genny, A rhesus negative" lanjut dokter itu.

"Ya benar golongan darah kami memang sama Doc"

Setelah itu kami mentranfusi darah untuk men-support kondisi Genny.

2-3 hari berselang ia tak kunjung sadarkan diri, matanya masih terpejam setiap kali aku menemuinya.

Hari ke 11 di tanah Mars, Tubuhku sudah membaik dan sudah cukup beradaptasi dengan gravitasi Mars.

Benar saja, begini ternyata o,8 kali gravitasi bumi. Di bumi beratku sekitar 82 Kg, sekarang beratku hanya 66 Kg saja, semua terasa lebih ringan bahkan aku bisa melompat lebih tinggi dari semasa tinggal di Bumi.

6 April 2176 kalender Bumi. Pertama kalinya kami diperbolehkan menginjakkan kaki di planet Mars. Tentunya dengan Spacesuit lengkap dan tabung oksigen. Misi kali ini bersama tim Scout adalah bertemu dengan para penumpang dan Awak di pesawat Saturn.

Alangkah terkejut ketika kami menaiki bukit yang ada diantara pesawat Olympus dan Saturn, dari puncak bukit bisa terlihat di kejauhan, ada area hijau berlumut dan juga area ber-air yang cukup luas.

Dan pemandangan langit diatas kami ada dua bulan yang terasa mengawasi, ini pemandangan yang jauh berbeda daripada di Bumi yang hanya punya satu satelit alami.

Pendaratan pesawat Saturn juga menelan banyak korban, 945.000 orang dinyatakan tewas dan jumlah tersebut masih terus bertambah. Serta persediaan makanan dan air hanya cukup untuk sekitar sebulan kedepan.

Setelah pertemuan, aku kembali ke pesawat bersama regu Scout, aku kembali menemui Genny yang masih belum juga siuman. Menceritakan tentang apa yang kulihat seolah Genny mendengarkannya.

"Gen, segeralah bangun woi... Semua yang kamu cari sekarang ada di depan matamu, jangan ditutup terus matamu ya?" Ucapku sebelum meninggalkan ruang perawatannya.

Memulai Kehidupan Baru

7 April 2176 kalender Bumi. Regu Scout mulai menjelajah lebih jauh dan mulai mencari tempat untuk bisa ditinggali.

Keigatan itu terus berlanjut hingga 3 hari kedepan. Dan kami berhasil menemukan tempat yang tepat untuk singgah dan mulai pembangunan tempat bermukim dan juga meletakan Dome atau bangunan instan yang sudah dilengkapi dengan perlengkapan hidup dan life support untuk penghuninya.

10 April 2176 kalender Bumi. Kami mulai melakukan perpindahan massal dan pembangunan fasilitas penyokong kehidupan manusia.

Kami mulai memfiltrasi air yang ada di Mars agar bisa menjadi sumber air layak konsumsi. Dan mulai membuka jalan untuk kehidupan baru di Mars.

Apa yang kami lihat saat ini di planet Mars merupakan buah dari "Project Birth" yang dilakukan Space-X dan NASA pada 72 tahun lalu, sekarang tanah Mras sudah tidak tandus lagi, ada tumbuhan tak berbatang seperti lumut, rumput, dan alga. Juga terdapat beberapa hewan avertabrata seperti siput transparan, cacing berwarna biru, dan bakteria mikroskopis.

Semua makhluk ini sangat aneh bagi kami karena tidak pernah kami temukan di Bumi. Tapi ini tetaplah hasil yang sangat luarbiasa, mengingat Mars hanya planet tandus dan berbatu.

Belum ada internet disini, listrik pun hanya mengandalkan energy dari pancaran sinar matahari yang ditangkap menggunakan Solar Panel. Membuat api pun sangat sulit karena minimnya oksigen di atmosfer Mars. Memasak hanya bisa menggunakan tungku induksi.

11 April 2176 kalender bumi. Setelah 16 hari melawan cederanya Genny dinyatakan meninggal dunia.

Jenazahnya disemayamkan dipuncak bukit dekat pesawat Olympus dan Saturn mendarat. Bersama dengan seluruh jenazah korban yang tewas selama pendaratan Grand Wisher.

Total korban yang jatuh mencapai 2,16 juta jiwa, hanya tersisa 974.715 Orang yang tersisa dari 15 juta yang berangkat dari Bumi. Dan 12 juta jenazah kawan-kawan kami yang abadi di ruang angkasa.

Penduduk Asli Mars

15 Juni 2179 kalender Bumi. Sudah 3 tahun berselang sejak misi "Fly to Mars" berhasil tercapai.

Kehidupan manusia Mars sudah mulai stabil, para ilmuawan pun sudah mulai tahu cara menyuburkan tanah Mars.

Agrikultur mulai menjamah daratan Planet Merah, pengembang biakan hewan dengan clone DNA yang sudah di inkubasi dari bumi juga sudah membuahkan hasil. Kini beberapa jenis hewan ternak sudah ada di Mars.

Beberapa penduduk yang sudah menikah juga telah berhasil melahirkan anak-anak yang bisa disebut "Warga Asli Planet Mars".

Manusia mulai menerapkan pola dan sistem kehidupan yang dulu pernah kami gunakan di bumi, seperti pemerintahan, alat pembayaran, hokum, dan aturan-aturan untuk menjaga tatanan hidup bagi manusia.

Dan bekas pesawat Grand Wisher kini dijadikan "Monument of Grand Wisher".

Sedangkan Bukit diantara 2 Pesawat itu dinamai Bukit "La Colline Endormie du Reveur" atau bukit tidurnya para pemimpi. Disanalah para pemimpi dari bumi yang berhasil tiba di Mars dengan tubuhnya saja.

Dan disanalah Genny beristirahat di tanah impiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun