Kita bisa membandingkannya dengan film The Iron Lady (2011) yang benar-benar menyoroti setiap sisi kehidupan Margaret Thatcher. Judul film juga merupakan sebutan yang dilekatkan pada diri Perdana Menteri Inggris itu. Artinya, judul dan isi film jadi klop.Â
Sebenarnya, judul The Man with The Iron Heart bisa tetap dipertahankan dengan cara mengubah bentuk nominanya dari tunggal (singular) ke jamak (plural) menjadi The Men with The Iron Hearts. Sebab yang punya hati besi bukan cuma Heyrdich tetapi juga dua pemuda Ceko yang menjalankan misi Anthropoid.Â
Atau bisa juga mengubah judul secara keseluruhan agar lebih relevan dengan isi cerita. Langkah ini dilakukan di Kanada dengan mengubah judul film menjadi Killing Heydrich.Â
Meski begitu, The Man with The Iron Heart laik mendapatkan apresiasi, paling tidak, untuk penggarapan jalan cerita yang sudah dibahas di atas dan teknik sinematografinya.
Untuk sinematografi, aspek ini menjadi penting sebab Cedric memilih untuk menampilkan kekejian laku Heydrich lewat sorot kamera tinimbang melalui petikan dialog. Lihat saja ke arah mana mata kamera tertuju saat Heydirch dan pasukannya melakukan aksi pembantaian.Â
Alih-alih menggunakan teknik sorot over shoulder yang biasanya diambil untuk adegan penembakan jarak dekat, dengan keberadaan korban di titik terdekat kamera, supaya aksi penembakan tidak tampak mengerikan, sorot kamera malah diarahkan secara long shot sehingga kita benar-benar melihat secara utuh laku penembakan tersebut.Â
Dengan cara itu, kita sekaligus diajak untuk ikut masuk ke dalam bingkai film (frame) dan seolah menyaksikan secara langsung kekejaman pasukan Heydrich saat membantai warga tak berdosa.Â
Kita tidak dalam posisi menjadi pelaku atau korban seperti kesan yang mau ditimbulkan dalam sorot over shoulder tetapi menjadi penonton yang tidak bisa berbuat apa-apa atas laku laknat pasukan Heydrich.Â
Dengan begitu, The Man with The Iron Heart sangat laik simak jika kita mau berkenalan dengan otak di balik aksi genosida Nazi di Eropa. Ya, Heydrich adalah sosok yang menginspirasi Himmler sehingga ia akhirnya membantai jutaan etnis Yahudi selama empat tahun (1941-1945).
-----
The Man with The Iron Heart (2017)Â