Hingga secara perlahan dimulainyalah aksi pembantaian warga yang menentang Nazi. Dan ternyata, ia pun tengah merancang sebuah proposal genosida bagi warga keturunan Yahudi, anggota komunis, dan mereka yang memberontak dari aturan Hitler.Â
Tapi rencana tinggal rencana. Heydrich rupanya mendapatkan hambatan dari dua tentara Ceko yang tengah mengincar kematiannya. Dan alur cerita kembali ke titik persinggungan yang rupanya juga menghadirkan drama.Â
Adalah Josef Gabcik (Jack Reynor) dan Jan Kubis (Jack O'Connel) yang memupus rencana besar Heydrich menjadi eksekutor Holocaust. Kedua tentara Ceko itu kemudian mendapatkan porsi cerita pada babak kedua ini.Â
Yang menarik justru jalinan cinta yang terjalin antara kedua pemuda itu dengan dua perempuan yang menjadi penampung mereka selama berada di Praha.Â
Ikatan itu bukan semata soal hubungan asmara tetapi juga terselip harapan dan cita-cita untuk mengakhiri misi dengan selamat agar kedua pasangan bisa terus menjalin kasih.Â
Tapi ritme yang lambat di paruh pertama cerita bikin kita terengah-engah menikmati paruh kedua cerita yang relatif punya ritme lebih cepat. Namun karena cerita sudah hampir masuk di bagian pengujung, kita dipaksa untuk tetap menikmati setiap tayangan.Â
Hanya sekali lagi, jangan terlalu berharap akan jawaban mendetail tentang mengapa Heydrich bisa punya hati besi dan sangat loyal dengan Hitler.Â
Berbekal cerita mengenai kesempatan keduanya di dunia militer, kita sesungguhnya sudah mendapatkan jawabannya, meskipun penjelasan itu tentu saja masih belum begitu cukup.Â
Komentar FilmÂ
Satu hal yang perlu menjadi catatan di sini adalah film ini mempunyai dua angle cerita tentang kekerasan hati Reinhard Heydrich dalam memperjuangkan keyakinannya memajukan Partai Nazi dan kebulatan tekad dua tentara Ceko untuk menghabisi kekejaman Nazi di Eropa.Â
Dengan begitu, judul The Man with The Iron Heart jadi kurang klop lantaran cerita tidak secara ketat terfokus pada diri Heydrich. Jikapun frasa dalam judul itu benar merupakan julukan yang disematkan Hitler kepada Heydrich, tapi dengan kemasan cerita dalam dua angle itu, judul film jadi terasa kurang mewakili isinya.Â