Cerita bagaimana Tempo menangani persoalan itu tentu menarik disimak. Sebab media ini punya tradisi kuat menuliskan berita pada medium cetak yang menuntut penggalian dan pemahaman isu lewat proses pengendapan informasi, pengutamaan pada akurasi dan penyajian yang menarik. Sesuatu yang mungkin sedikit berlawanan dengan cara kerja di dunia digital.Â
Tapi yang pasti, institusi media ini punya perhatian serius pada produk berita yang akurat. Ini terlihat dari betapa ucapan Redaktur Senior Tempo, Amarzan Loebis, seperti sebuah kompas bagi para jurnalisnya.Â
Jurnalis itu menulis peristiwa hari ini, sejarah hari ini, yang bisa menjadi rujukan fakta di kemudian hari, meskipun apa yang tertulis bisa jadi bukan kebenaran mutlak yang bisa tidak lagi sesuai dengan perkembangan waktu (Halaman. iii)Â
Era digital juga seolah bukan alasan bagi media ini, dan tentu saja media manapun, untuk tidak memperhatikan disiplin jurnalistik yang berbasis pada fakta, verifikasi, keberimbangan, checkdan recheck. Â
Kendatipun kedalaman informasi berita hampir selalu tidak berjalan beriringan dengan kecepatan, disiplin jurnalistik itu tetap kudu dipegang kuat oleh para jurnalis.Â
Lebih lanjut, kita bakal diajak menyelami cara kerja jurnalisme ala Tempo dalam enam babak. Pembabakan yang tentu saja disusun secara runut oleh tim penulis dan penyunting sehingga kita dengan mudah bisa memahami isi tulisan.Â
Babak I - Sejarah TempoÂ
Pada etape ini, kita berkenalan dengan riwayat kantor berita yang awalnya diisi oleh para wartawan-seniman. Dengan begitu kita jadi tahu mengapa cara penyajian yang menarik dari sebuah berita menjadi penting di Tempo.Â
Kita juga semakin tahu bagaimana topik pemberitaan seharusnya dipilih. Lewat 13 kriteria yang ditetapkan oleh Tempo, kita pun tambah mengenali ukuran sebuah informasi disebut sebagai berita.Â
Di antara ke-13 kriteria itu adalah magnitude, eksklusif, relevansi, tren, dramatis, human interest, dan punya angle lain.Â
Babak II -- Jenis Tulisan TempoÂ