Tengah pekan ini, Tim Nasional Brasil akan menjalani laga sakral kontra Timnas Jerman. Tidak tanggung-tanggung, tim berjuluk Selecao itu akan menapak-tilasi momen traumatik "Belo Horizonte" di ibukota Die Mannshaft, Berlin.
Kedua tim langganan juara piala dunia itu akan terlibat adu mental dan baku "serang" di Olympiastadion pada Rabu (28/3/2017) dini hari. Laga terakhir yang telah dijalani keduanya jadi modal penting selain sejarah pertemuannya di gelaran Piala Dunia 2014.
Akhir pekan kemarin, di ESPRIT Arena, Jerman kudu pontang-panting mengimbangi gaya main Spanyol yang unggul lebih dulu lewat sontekan Machado di menit ke-6. Untung saja, lewat tendangan spekulasinya dari luar kota penalti, Muller berhasil menyamakan skor.
Hasil berbeda dialami anak asuh Adenor Leonardo Bacchi alias Tite. Bermain di Stadion Luzhniki, Moskwa, Timnas Brasil menggelar pesta gol, 0-3, atas TImnas Rusia. Miranda, Coutinho, dan Paulinho berhasil memaksa Akinfeev tiga kali memungut bola dari gawangnya.
Kemenangan yang tentu saja menjadi modal berharga bagi Canarinho saat melawat ke Berlin. Sebab, "hantu" di Belo Horizonte masih tegas membekas di benak para pemain Tim Samba.
Apalagi, pertandingan ini merupakan laga pertama setelah kedua tim bertemu di semifinal Piala Dunia 2014. Kedua tim tentu bakal kikuk, terutama Timnas Brasil.
Belo Horizonte/Mineirazo, dan Maracanazo
Ya, siapa tak kenal dengan Tragedi Belo Horizonte di Piala Dunia 2014. Kala itu, di hadapan publiknya sendiri, di sebuah kota bernama Belo Horizonte, Timnas Brasil, tanpa Neymar dan Thiago Silva, dihajar 1-7 oleh Timnas Jerman.
Kekalahan yang rasanya semakin bikin pilu setelah rekor gol pemain legenda Timnas Brasil, Ronaldo, dilewati penyerang Timnas Jerman, Miroslav Klose. Ya, Klose melesakkan golnya yang ke-16 di seluruh penampilannya di ajang piala dunia saat membantai Selecao.
Tak ayal, tangis pendukung Brasil membanjiri Stadion Mineiro. Hari itu, secara mendadak, jadi momen berkabung nasional. Beberapa orang menyebut kekalahan telak Brasil atas Jerman di fase semifinal Piala Dunia 2014 itu sebagai pukulan di Mineiro atau Mineirazo.
Sebuah sebutan yang mengambil inspirasi dari tragedi kekalahan Timnas Brasil, yang sebenarnya lebih menyakitkan, pada gelaran Final Piala Dunia 1950, Maracanazo.
Saat itu, di stadion kebanggaan warga Brasil, Maracana, Tim Hijau-Kuning takluk atas Timnas Uruguay 1-2. Kekalahan yang sekaligus membunuh harapan Timnas Brasil menjuarai Piala Dunia 1950.
Meski begitu, kekalahan pada 8 Juli 2014 dengan skor 1-7 itu merupakan kekalahan paling telak yang pernah dialami Brasil. Sebelumnya, Canarinho pernah menelan kekalahan 0-6 atas Uruguay di Kejuaraan Copa America 1920.
Permainan "Dingin" Ala Tite
Pencetak dua gol ke gawang Julio Cesar pada Piala Dunia 2014 itu menyebut, Timnas Brasil kini meningkat dua level. Peningkatan performa yang tentu saja tidak bisa dilepaskan dari peran pelatihnya, Tite.
Ya, Tite tidak secara sembarangan langsung kena tunjuk Federasi Sepakbola Brasil (CBF) untuk menukangi juara piala dunia lima kali ini. Ia, setidaknya, harus menjalani dua ujian dulu sebelum mengampu label pengarah permainan Tim Samba.
Ujian pertama datang dalam bentuk pendidikan. Memang ia menjadi kandidat kuat pelatih Selecao pengganti Luiz Felipe Scolari seusai Tragedi Belo Horizonte. Namun saat itu, CBF lebih memilih Dunga sebagai juru taktik Timnas Brasil.
Ke mana Tite saat itu? Setelah gelaran Piala Dunia 2014, ia menuntut ilmu kepelatihan dan mempelajari sepakbola modern dari banyak sumber. Salah satu sumber utamanya adalah Carlo Ancelotti. Ya, Tite mempelajari taktik Ancelotti saat menukangi Real Madrid.
Ia juga memutar ulang semua laga Timnas Brasil saat jadi peserta Piala Dunia 2014, termasuk pertandingan yang menyisakan trauma mendalam bagi Selecao kontra Timnas Jerman.
Hasilnya, ujian kedua ia selesaikan secara sempurna. Corinthians, klub Brasil, yang ia latih kemudian, berhasil menjuarai Campeonato Brasileiro Serie A, kompetisi kasta tertinggi di Brasil.
Dan setelah melewati dua ujian itu, Tite ditunjuk sebagai pelatih Timnas Brasil setelah CBF memecat Dunga yang dinilai gagal membangkitkan semangat para pemain Selecao pada 2016.
Debut pria berusia 56 tahun itu pun berakhir manis. Pada laga kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Amerika Selatan, Timnas Ekuador dibantai 0-3 di kandangnya sendiri. Permainan "dingin" tanpa ampun rupanya menjadi ciri khas Tite.
Lihat saja gaya permainan Timnas Brasil kala merontokkan pertahanan Timnas Bolivia 5-0. Atau saat meluluhlantakkan Timnas Uruguay di kandangnya sendiri 1-4. Dan simak juga aksi Selecao membantai juara Copa America 2016, Cile, 3-0.
Rentetan kemenangan itu juga yang akhirnya mengantarkan Timnas Brasil melenggang mulus ke putaran final Piala Dunia 2018 setelah di tangan Dunga harus terseok-seok di urutan ke-6 klasemen.
Capaian yang sekaligus juga melabeli Timnas Brasil sebagai kontestan pertama yang lolos ke putaran final piala dunia setelah tuan rumah Rusia yang otomatis jadi tim peserta Piala Dunia 2018.
Tite bukan hanya memberikan kemenangan, tetapi juga rekor sembilan kali menang secara berurutan di fase kualifikasi piala dunia.
Bahkan hingga kini, dari 18 laga yang ia pimpin, Timnas Brasil membukukan 14 kemenangan, 3 kali imbang dan hanya sekali kalah, itu pun dalam laga uji coba kontra Argentina yang berakhir dengan skor 0-1.
Koleksi gol memasukkannya pun fantastis, dengan 41 gol. Adapun gol kemasukannya hanya 5 gol.
Di tangan Tite, Timnas Brasil memang tidak hanya bermain untuk menang, tetapi juga menang secara telak. Ia tahu kapan para pemainnya harus menyerang dan bertahan dan kapan harus bermain cantik dan tampil efektif.
Wajar jika kemudian, saat melawat ke Berlin, Tite punya kans untuk memenangi laga. Dan tentu saja, misi utamanya adalah menghapus memori kelam kekalahan telak di semifinal Piala Dunia 2014.
Kemungkinan yang bisa saja terwujud mengingat Timnas Jerman tidak bisa memainkan Mesut Ozil dan Muller kala berhadapan kontra Brasil.
Jadi menarik ditunggu perlawanan Tite atas Trauma "Belo Horizonte".
sumber data: espn.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H