Setelah empat sampai lima jam kami menjalani ospek. Mulai dari perkenalan sampa permainan. Akhirnya, sampai juga ke penghujung acara. Panas yang datangnya dari matahari, membuat keringatku demi sedikit keluar dari kulitku.
Aku masih terngiang-ngiang kejadian tadi. Tak ku sangka, aku bisa berkenalan langsung dan melihat wajah manisnya lagi. Aku terus melamun sampai Zakaria memandangiku penuh dengan selidik
“Uhuy, ada yang senyam-senyum sendiri. Nampaknya dia senang ada gebetan baru,” sindir Zakaria langsung dapat pukulan kecil dariku.
“Sialan gara-gara kamu, aku di permalukan di depan banyak orang.”
Ospek hari pertama akhirnya selesai, dan semuanya di bersiap-siap pulang ke rumah masing-masing. Tapi tidak dengan kelompok kami. Ada sedikit arahan dari Kak Arli. Beberapa menit setelah itu, baru kami diperbolehkan bubar. Kak Arli menepuk pundakku sambil tersenyum penuh arti.
“Kak Arli, kita balik dulu ya!” pamit Zakaria.
Akibat dari ospek tadi, perut kami yang kecil tidak kuasa menahan lapar meronta. Aku dan Zakaria langsung keluar kampus dan mencari warung makan terdekat. Tampaknya, burjo dengan cat warna hijau memanggil kami untuk segera kesana untuk makan siang.
“Bang, pesan nasi orek satu sama es teh,”
“Oke, Bang,”
“Kamu apa, Gung?”.
“Sama deh, Zak,” ucapku sambil melepas tas punggungku dan menaruh di sampingku. Tiba-tiba, aku membelalakan mata, lantaran perempuan berkerudung merah, siapa lagi kalau bukan Delia. Dia datang bersama temannya ke burjo tempat kami makan.