Kebetulan di lantai bawah terdapat 2 kamar mandi, dengan model kran berbeda. Di kamar mandi 1 Â model kran bulat ( tidak bertangkai ), sehingga untuk mengetahui posisi kran terbuka atau tertutup, perlu disentuh dengan memutarnya. Sedangkan kran yang ada di kamar mandi 2 model kran bertangkai, sehingga bila posisi tangkai melintang, dari jauhpun sudah dapat diketahui bila kran dalam keadaan tertutup.
Demi mendengar tetesan air dari kran, akupun merasa  senang karena itu menandakan air PAM mengalir.  Maklumlah di daerah ku air PAM tidak mengalir setiap hari, bisa 2 atau 3 hari sekali dengan debit yang kecil. Saat itu juga terpikir olehku untuk mengisi bak tandon air yang terletak di lantai atas menggunakan pompa air kecil. Untuk melancarkan proses pemompaan air ke bak tandon atas, akupun  mengecek untuk memastikan bahwa semua kran yang ada di bak bawah sudah dalam keadaan tertutup.
Akupun segera menuju ke kamar mandi 2, karena khawatir airnya keburu berhenti mengalir, sebelum dipompa ke atas. Setelah sampai di depan kamar mandi 2, aku dapati posisi kran bertangkai melintang, mengindikasikan kalau sesungguhnya kran dalam keadaan tertutup. Tetapi anehnya meski kran dalam posisi tertutup, kok bak terisi penuh dengan permukaan air tepat sampai dibibir bak, dan tidak meluber? Suara tetesan air berasal dari kran ini, karena memang kran ini agak bocor.
Selanjutnya aku melangkah ke kamar mandi 1, Â kran di kamar mandi ini tidak bertangkai, jadi untuk memastikan posisi kran harus dengan memutar krannya. Saat aku cek, ternyata kran sesungguhnya dalam posisi terbuka. Keanehan terjadi lagi, bak sudah terisi penuh air dengan kondisi persis di kamar mandi sebelah, penuh hingga ke bibir bak tetapi tidak luber sama sekali. Yang tampak berbeda hanyalah air kran tidak mengalir di kamar mandi ini, meski kran dalam posisi terbuka. Selanjutnya kran aku tutup, lalu naik ke lantai atas menghidupkan pompa guna mengalirkan air menuju bak tandon atas.
Meskipun tampak janggal dan sempat bertanya dalam hati "Siapa yang telah berjaga hingga air bak terisi begitu sempurna?", toh aku tidak begitu ambil pusing atas peristiwa itu. Bergegas aku mandi, mumpung air dalam bak masih penuh. Setelahnya aku bangunkan istri untuk sahur. Sambil mempersiapkan sahur aku ceritakan kejadian itu pada istri, dan bertanya apakah dia berjaga tadi malam saat air PAM mengalir? Â Istri akupun menggelengkan kepalanya. Kami memang hanya tinggal berdua saja di rumah ini.
Setelah sahur, aku menghidupkan TV yang secara kebetulan sedang menayangkan acara ceramah agama menjelang subuh. Entah stasiun TV apa saat itu aku lupa, tetapi yang jelas si penceramah mengatakan sebagai berikut. "Survai telah membuktikan, bahwa sejak zaman nabi hingga zaman wali, bila puasa hari pertama jatuh pada hari senin, maka laillatul Qadar pasti jatuh pada puasa Ramadhan malam ke 21."
Setelah mendengar ceramah itu, iseng aku melihat kalender kebetulan hari pertama puasa tahun itu memang jatuh pada hari Senin, tepatnya Senin Legi, 01 - 08 -- 2011. Lalu menghitungnya secara cepat dalam hati, dan baru tersadar bahwa semalam adalah Ramadhan malam ke 21. Beberapa fakta kembali tersaji dalam benakku, "kondisi bak yang penuh air secara misterius semalam, isi ceramah agama tentang turunnya laillatul qadar, semalam adalah malam ke 21 Ramadhan. " Spontan sekujur badan merinding, keluar keringat dingin bercampur rasa takut.
"Ya Allah, benarkah kejadian tersebut merupakan peristiwa malam laillatul qadar? Apakah itu berarti aku dapat dikatakan mendapat laillatul qadar? Apakah itu berarti aku termasuk dalam kelompok orang yang dimuliakan Allah? Maha Suci Allah, hanya Allah-lah yang mengetahui."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H