Saat bulan Ramadhan sering kita mendengar di TV ataupun media masa lainnya, dimana seorang pejabat atau penyampai risalah umumnya berkata "di bulan Ramadhan ini mari kita puasakan lahir, dan batin kita". Sepintas, tentu tidak ada yang salah dengan perkataan tersebut. Tapi bila kita tilik lebih mendalam, dan dirasakan melalui rasa yang merasakan kalimat itu dapat diartikan oleh orang yang pendek penalarannya menjadi "di luar bulan Ramadhan, berarti kita tidak perlu melakukan puasa lahir apalagi batin."
Semoga kita tidak menjadi bagian dari orang yang bernalar pendek itu. Sehingga untuk membangun akhlak, dan bersedekah pun tidak perlu menunggu moment Ramadhan tiba. Maka berhati - hati, dan hendaklah selalu ingat (Jawa = eling) serta waspada agar perbuatan yang sedianya baik sebagai penyampai firman Allah, justru akan mendapatkan kesengsaraan bagi diri sendiri. Mengapa? Ya karena sudah terbiasa menggiring umat untuk melakukan perbuatan hanya dengan iming -- iming pahala, dan surga belaka.
Mari kita kaji Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 174. Sesungguhnya orang - orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.
Selain itu "kawah candradimuka" Ramadhanpun diharapkan mampu menjadikan kita menjadi orang -- orang yang sabar. Sabar dalam setiap tingkah laku, perbuatan, dan tutur kata sehingga kesabaran itu dapat menjadikan jalan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau dengan kata lain Allah akan selalu beserta kita kapanpun dan dimanapun kita berada. Sebagaimana difirmankan Allah dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Kembali ke pokok bahasan. Pada umumnya tiap sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan diisi dengan pembacaan kitab Al Qur'an dalam bahasa Arabnya, dengan harapan mendapat malam laillatul qadar. Bahkan oleh penceramah selalu ditekankan mari kita kejar laillatul qadar, mari kita kejar laillatul qadar.
Berbeda dengan cara pandang para penceramah pada umumnya, aku justru memiliki pandangan bahwa laillatul qadar hakekatnya adalah wahyu bila dalam jagad pewayangan. Dan untuk mendapatkan wahyu bukan dengan cara mengejar -- ngejar, tetapi justru wahyulah yang akan mencari wadah (dalam hal ini orang) yang sekiranya akan mampu ditempatinya.
Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 269. Allah menganugerahkan al hikmah ( kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar - benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang - orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).Â
Pandanganku itu bukan berarti kita tidak perlu berusaha, hanyalah menunggu Allah yang menentukan. Sama sekali bukan begitu. Justru sebaliknya aku berpendapat bahwasanya usaha yang harus kita lakukan haruslah maksimal, dan berkesinambungan bukan saja pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, tetapi disepanjang waktu hidup kita. Sementara laillatul qadar itu sendiri, sepenuhnya adalah hak prerogative Allah untuk umat yang Dia pilih.
Aku adalah seorang warga negara Indonesia sudah barang tentu dalam mengawali puasa Ramadhan, aku hanya akan mengawali puasa sesuai dengan ketetapan Pemerintah.
Suatu saat pada bulan Ramadhan  hari ke 21  tepatnya tanggal 21 September 2008, terngiang dalam telingaku suara kidung dan secara spontan aku dapat merangkai sebuah kidung yang kemudian aku beri nama Kidung Pemut; Padahal aku bukanlah seorang penyair. Alhamdulillah kejadian itu membuatku semakin yakin Janji Allah adalah nyata. Firman Allah, Allah akan menambah petunjuk, kepada orang yang telah mendapat petunjuk. Al Qur'an surat Maryam ayat 76. Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal - amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.
Kejadian lain yang betul -- betul aku alami saat bulan Ramadhan adalah sebagai berikut. Saat itu malam ke 21 Ramadhan tahun 2011, tepat 7 tahun setelah aku bermimpi tentang Laillatul Qadar. Setelah melakukan  kegiatan rutin harianku, lalu tidur. Pukul 02 dini hari aku terbangun, karena merasa ingin buang air kecil. Maka pergilah aku ke kamar mandi. Saat menuju ke kamar mandi, aku mendengar suara tetesan air dari kran disalah satu  kamar mandi, karena krannya memang agak bocor.