Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pohon Mangga Baik Hati

19 Maret 2024   07:58 Diperbarui: 19 Maret 2024   08:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Mengawali kejadian aneh tapi nyata ini dapat diinformasikan bahwa, sejak awal kami menempati rumah ini Oktober 1993 memang sudah ada pohon mangga di halaman depan rumah, yang hingga tahun 2021 ini kira -- kira berumur lebih dari 35 tahun. Bersyukur pula pohon mangga ini berbuah seperti tidak musiman, jadi meskipun hanya beberapa biji selalu ada buahnya di luar musim.

Menyatu dengan rumah, sejak tanggal 04 -- April -- 1994  kami membuka Apotek dengan nama Sido Waras. Oleh karena itu mereka yang berkunjung untuk membeli obat, bahkan tidak membeli obat sekalipun tidak jarang mereka minta mangga untuk dirinya, atau untuk anaknya, atau untuk saudaranya yang sedang ngidam atau nyidam.

Dengan senang hati kami petikkan buah mangga, bahkan dapat dipetiknya sendiri bila buah mangga rendah posisinya,  dan dengan mengucap terima kasih mereka pamit pergi dengan muka berseri.

Meskipun disaat pohon mangga berbuah lebat tak jarang ada orang datang akan memborongnya, tetapi kami tidak menjualnya. Karena kebiasaannya justru setelah kami unduh, buah mangga lalu kami bagi -- bagikan kepada karyawan Apotek, teman -- teman PBF (yang kadang -- kadang sudah menandai buahnya), dan tetangga rumah yang setiap harinya dapat memandang keindahan pohon mangga berbuah menguning.

Ada pula satu atau dua buah mangga yang sudah tua, dan menguning sengaja disisakan; Sudah barang tentu yang posisinya sulit dijangkau untuk memetiknya, sekedar untuk melengkapi indahnya tanaman hias di halaman depan rumah, dan Apotek.

Tak urung seorang teman dari PBF mengingatkan kepada istri.

Ma, itu mangganya masih ada beberapa buah, kok tidak diambil?

Istri menjawab. Ooo kalau itu memang dibiarkan papa, mas. Kata papa, ma biarlah mangga itu kita tinggalkan sebagai bagian untuk codhot, karena mereka juga butuh makan.

Walah kata teman PBF, ya sudah ma kalau begitu. 

Suatu hari ada seseorang datang ke Apotek, dan mengatakan kalau mau minta benalu mangga untuk obat. Karyawan lalu menemuiku dan mengatakan perihal tersebut, kemudian aku keluar dan menemui orang yang katanya minta benalu mangga.

Setelah bertemu aku lalu bertanya, perihal keperluannya. Beliau mengatakan kalau mau minta benalu mangga untuk obat, dan menga takan kalau benalu itu dapat untuk membersihkan pengotor -- pengotor yang ada dalam paru -- paru bahkan mengobati bila paru -- paru bermasalah, dan yang sebagiannya akan ditanam kata beliau.

Ada perbedaan persepsi antara aku dengan beliau perihal benalu mangga yang dimaksud. Aku mengira benalu mangga yang bersifat parasitis yang dimaksud, dan kalau benar itu yang dimaksud tentu pengambilannya harus dipanjat karena tempatnya tinggi, dan harus menggunakan alat bantu pisau minimal.

Ternyata benalu mangga yang dimaksud beliau adalah tanaman yang merambat atau menempel di batang, dan dahan pohon mangga yang bersifat epipitis Sisik Naga orang menyebutnya.

Beliau aku persilahkan untuk mengambil sendiri, karena walau tanpa alat bantu sekalipun dengan mudah dapat diambilnya, karena tempatnya rendah sampai meninggi meliputi sekujur batang mangga.

Tumbuhan Sisik Naga ini sesungguhnya tumbuh dengan sendirinya, artinya tumbuhan tersebut memang tumbuh dengan sendirinya di batang mangga, tanpa aku tanam.

Pada hari Minggu pagi tanggal 6 Juni 2021 sebagaimana kegiatan rutinku setiap harinya, aku selalu memberi makan ikan hias berwarna merah (namanya tidak tahu) di dalam kolam kecil depan rumah, tepatnya di bawah pohon mangga. Ikan ini mulanya hanya beberapa ekor saja tetapi karena sudah lama, dan beranak pinak sampai saat ini tahun 2021 jumlahnya sudah ratusan ekor.

Setelah selesai memberi makan ikan, seperti biasanya dilanjutkan dengan menyiram tanaman hias, pohon mangga, dan halaman depan Apotek agar tidak berdebu, istri berkata pa itu mangganya sudah tua tolong dipetikkan. Kemudian aku mengambil galah bersongkok, yang biasa kugunakan untuk memetik mangga. Setelah mangga terpetik galah lalu aku posisikan ke dekat istri, kemudian istri mengambil buah mangga yang ada dalam songkok tersebut.

Istri berkata, pa tolong dahan kering dekat mangga tadi sekalian ambil. Tetapi aku menjawab iya nanti, karena tidak mungkin dapat mematahkan dahan kering menggunakan galah bersongkok tersebut. Bisa -- bisa dahan kering tidak patah, tetapi malah songkoknya yang patah dari galah.  

Bersamaan dengan istri masuk ke dalam rumah sambil membawa buah mangga, galah bersongkok kusandarkan pada batang mangga karena aku melihat ada buah mangga yang kulitnya sudah tampak menguning, terdapat pada cabang yang posisinya ditengah pohon.

Kemudian aku mengambil tiang bendera terbuat dari besi yang ada pengait sebagai tempat pengikat bendera, untuk menggaet dahan yang sudah kering tadi. Benar juga dahan kering akhirnya patah, dan jatuh bersamaan istri keluar dari rumah, lalu ikut membersihkan dahan kering yang jatuh untuk dipindahkan ke tempat sampah.

Selanjutnya tiang bendera aku kembalikan pada tempatnya, lalu mengambil galah bersongkok untuk memetik buah mangga yang tampak telah menguning. Ternyata galah tidak dapat mencapai mangga dimaksud padahal panjang galah, dan songkoknya lebih kurang 4,5 meter.

Akhirnya aku berpindah posisi untuk menyanggahnya, tetapi tetap tidak mungkin dapat dijangkau karena posisi mangga terhalang dengan cabang, dan ranting.

Aku berpikir mangga hanya mungkin dapat dipetik dengan galah, bila aku dapat berdiri sekitar 60 Cm pada batang yang pertumbuhannya horizontal. Ternyata itupun tidak mungkin dapat dilakukan, mengingat posisi mangga yang terhalang cabang, dan ranting  tadi. 

Bila masih muda mungkin aku bisa memetik dengan memanjat pohonnya, tetapi kini usiaku sudah 73 tahun (per tahun 2021) jadi tidak mungkin dapat melakukannya, maka galah bersongkok kukembalikan ke tempat biasanya.

Akhirnya aku tidak jadi memetik buah mangga dimaksud meskipun sudah tampak menguning, dan membiarkannya sambil berujar ya mungkin itu memang bagian si codhot (kalong kecil).

Memang sudah menjadi kebiasaanku, dan istri manakala melihat cacahan buah mangga dibawah pohon mangga yang nota bene di halaman rumah, dan Apotek spontan melihat ke atas untuk mengetahui dari mana asal buah yang dimakan codhot.

Bila terlihat mangga tidak bersisa atau kalau bersisa hanya tinggal sedikit, tetapi pelok ( Jawa ) atau biji mangga masih menggantung ditangkainya, kami memberi sebutan si codhot ahli.

Mengapa? Ya karena si codhot sudah bisa memakan buah mangga yang matang tadi sampai tak bersisa, sehingga yang tertinggal ditangkai hanya pelok atau biji mangganya saja.

Tetapi bila melihat cacahan buah mangga hanya sedikit, dan bahkan menemukan buah mangga yang jatuh, dan baru termakan sedikit kami memberi sebutan si codhot pemula.

Mengapa? Ya karena si codhot belum bisa memakan buah mangga yang matang tadi sampai tak bersisa, sehingga baru termakan sedikit buah mangga sudah terlepas dari tangkainya. Karena mungkin cara memakannya sambil terbang menyambar -- nyambar saja, yang mengakibatkan buah baru termakan sedikit, lalu jatuh.

Tetapi kalau kami melihat buah mangga baru termakan sedikit, namun buah masih tetap menggantung ditangkai, biasanya kami biarkan agar dimakan codhot di malam berikutnya, karena codhot juga butuh makan.

Kembali ke pokok cerita. Keesokan harinya Senin tanggal 7 Juni 2021 sebagaimana rutinitas dipagi hari, aku memberi makan ikan yang ada di kolam. Selanjutnya dengan air yang ada dalam kolam tersebut, aku gunakan untuk menyiram tanaman hias yang ada di halaman depan rumah sekeliling kolam, dan pohon mangga, serta halaman depan Apotek agar tidak berdebu menggunakan pompa air yang memang sudah disediakan untuk keperluan dimaksud.

Setelah selesai melakukan rutinitas kegiatan dipagi hari, iseng aku melirik ke mangga yang sudah kelihatan menguning kemarin, masih ada atau sudah dimakan codhot ( kalong kecil ).

Ternyata buah mangga masih utuh, dan tampak aneh tapi nyata menurut pengamatanku.

Mengapa aku mengatakan aneh tapi nyata? Ya karena bila dilihat dari posisi yang sama dengan posisi aku berdiri kemarin, buah mangga sulit untuk dipetik karena letak buah mangga bergantung di tengah cabang, dan ranting yang menghalangi serta galah kurang panjang.

Tetapi saat aku iseng melihat ke posisi buah mangga tersebut, tampak buah mangga bergantung di luar bahkan agak ke bawah posisinya dari deretan cabang, dan ranting yang menghalangi.

Selanjutnya aku mengambil galah bersongkok, dan benar saja begitu galah aku arahkan ke posisi mangga dengan mudah mangga masuk ke dalam songkoknya, maka terpetiklah buah mangga dimaksud.

Kecuali itu galah masih tersisa panjang sekitar 60 Cm dalam pegangan tanganku, karena kenyataannya memang mangga bergantung pada posisi yang lebih rendah dari sebelumnya.

Atas kejadian tersebut puji syukur aku sanjung agungkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas izin-Nya ...............

Aku diperagakan sebagai orang yang mengalami, 

dan sekaligus diperkenankan untuk melihat 

bukti Ke-Maha Kuasaannya.

Mengapa? Karena secara langsung aku dapat melihat kenyataan bahwa makhluk lain yang berwujud tumbuhan, juga dapat membalas budi atas perbuatan makhluk lain ciptaan Allah. Atau dengan kata lain, tumbuhan sekalipun dapat berucap terima kasih atas perbuatan sesama dengan caranya sendiri. 

Kita manusia yang diciptakan sebagai makhluk paling sempurna diantara makhluk lain ciptaan Allah,..............................................

Sudahkah dapat melakukan perbuatan

layaknya pohon mangga tersebut?

Akhirnya buah mangga aku ambil dari songkok, lalu disatukan dengan buah mangga yang dipetik sebelumnya. Karena memang buah mangga sudah tua -- tua, dan bahkan sudah menguning sehingga diharapkan bila anak cucu dari Pamulang Tangerang Selatan datang di hari Selasa pagi tgl 8 Juni 2021, mangga sudah dapat dinikmati bersama anak -- cucu.

Begitu sekilas kejadian aneh tapi nyata, yang aku alami.

Puji syukur aku sanjung agungkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa atas semua yang kualami berkaitan dengan pohon mangga.

Matur nuwun Gusti ( terima kasih Allah ) Engkau telah memberiku kesempatan untuk belajar dari hamba-Mu yang lain.

Karena aku yakin bahwa semua yang terjadi 

hanya atas kehendak Allah semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun