Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pohon Mangga Baik Hati

19 Maret 2024   07:58 Diperbarui: 19 Maret 2024   08:04 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada perbedaan persepsi antara aku dengan beliau perihal benalu mangga yang dimaksud. Aku mengira benalu mangga yang bersifat parasitis yang dimaksud, dan kalau benar itu yang dimaksud tentu pengambilannya harus dipanjat karena tempatnya tinggi, dan harus menggunakan alat bantu pisau minimal.

Ternyata benalu mangga yang dimaksud beliau adalah tanaman yang merambat atau menempel di batang, dan dahan pohon mangga yang bersifat epipitis Sisik Naga orang menyebutnya.

Beliau aku persilahkan untuk mengambil sendiri, karena walau tanpa alat bantu sekalipun dengan mudah dapat diambilnya, karena tempatnya rendah sampai meninggi meliputi sekujur batang mangga.

Tumbuhan Sisik Naga ini sesungguhnya tumbuh dengan sendirinya, artinya tumbuhan tersebut memang tumbuh dengan sendirinya di batang mangga, tanpa aku tanam.

Pada hari Minggu pagi tanggal 6 Juni 2021 sebagaimana kegiatan rutinku setiap harinya, aku selalu memberi makan ikan hias berwarna merah (namanya tidak tahu) di dalam kolam kecil depan rumah, tepatnya di bawah pohon mangga. Ikan ini mulanya hanya beberapa ekor saja tetapi karena sudah lama, dan beranak pinak sampai saat ini tahun 2021 jumlahnya sudah ratusan ekor.

Setelah selesai memberi makan ikan, seperti biasanya dilanjutkan dengan menyiram tanaman hias, pohon mangga, dan halaman depan Apotek agar tidak berdebu, istri berkata pa itu mangganya sudah tua tolong dipetikkan. Kemudian aku mengambil galah bersongkok, yang biasa kugunakan untuk memetik mangga. Setelah mangga terpetik galah lalu aku posisikan ke dekat istri, kemudian istri mengambil buah mangga yang ada dalam songkok tersebut.

Istri berkata, pa tolong dahan kering dekat mangga tadi sekalian ambil. Tetapi aku menjawab iya nanti, karena tidak mungkin dapat mematahkan dahan kering menggunakan galah bersongkok tersebut. Bisa -- bisa dahan kering tidak patah, tetapi malah songkoknya yang patah dari galah.  

Bersamaan dengan istri masuk ke dalam rumah sambil membawa buah mangga, galah bersongkok kusandarkan pada batang mangga karena aku melihat ada buah mangga yang kulitnya sudah tampak menguning, terdapat pada cabang yang posisinya ditengah pohon.

Kemudian aku mengambil tiang bendera terbuat dari besi yang ada pengait sebagai tempat pengikat bendera, untuk menggaet dahan yang sudah kering tadi. Benar juga dahan kering akhirnya patah, dan jatuh bersamaan istri keluar dari rumah, lalu ikut membersihkan dahan kering yang jatuh untuk dipindahkan ke tempat sampah.

Selanjutnya tiang bendera aku kembalikan pada tempatnya, lalu mengambil galah bersongkok untuk memetik buah mangga yang tampak telah menguning. Ternyata galah tidak dapat mencapai mangga dimaksud padahal panjang galah, dan songkoknya lebih kurang 4,5 meter.

Akhirnya aku berpindah posisi untuk menyanggahnya, tetapi tetap tidak mungkin dapat dijangkau karena posisi mangga terhalang dengan cabang, dan ranting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun