Sebagai kelanjutan artikel sebelumnya dengan judul Mengaji Al Qur'an, lalu bagaimana memperlakukan Al Qur'an sebagai pedoman hidup? Mari sama -- sama kita mengaji atau mempelajarinya.
Mengaji Al Qur'an itu hendaklah tidak dimaknai dengan membaca, melagukan, dan menghafalkan kitab Al Qur'an, lebih -- lebih dalam bahasa yang tidak kita pahami. Karena Al Qur'an itu memang bukan syair, tetapi merupakan suatu pelajaran yang wajibnya dipelajari atau dikaji oleh penganut Islam. Keluarga, teman - teman, dan para pembaca budiman yang penulis sayangi.Â
Mari dengan mengedepankan bisa merasa, kejujuran, dan menurunkan gengsi kita kaji makna batiniah firman Allah yang terkandung dalam Al Qur'an surat Yaasiin ayat 69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya  ( Muhammad ) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
Penulis ulangi penggalan kalimat yang berbunyi: Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya ( Muhammad ) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Atau dengan kata lain, Al Qur'an itu berarti bukan lah sebuah syair bukan?Â
Dari firman Allah tersebut, mudah - mudahan sudah dapat memberikan kejelasan bagi kita semua bahwa pada dasarnya kitab Al Qur'an adalah merupakan kitab yang memberi penerangan.Â
Oleh karena itu mari kita kaji atau mari kita pelajari dengan baik, dan benar agar kita dapat menemukan makna hakiki yang terkandung didalamnya mengingat perintah, dan petunjuk Allah umumnya disampaikan dalam bentuk perumpamaan, sehingga dapat menerangi perjalanan hidup dan kehidupan kita di atas dunia ini.Â
Sebagaimana difirmankan dalam Al Qur'an surat Al 'Ankabuut ayat 43. Dan perumpamaan - perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang - orang yang berilmu.
Bila kita telah dapat menemukan dan menjiwai makna hakikinya, mudah -- mudahan akan dapat memberi penerangan kepada setiap tingkah laku, setiap perbuatan, dan setiap tutur kata kita sehari -- hari baik kepada diri sendiri maupun kepada sesama.
Kecuali hal tersebut, juga tersirat bahwa Al Qur'an itu bukan syair. Oleh karenanya amatlah kurang tepat bila mengaji Al Qur'an hanya dimaknai dengan sekedar membaca, menghafal, dan melagukannya saja lebih - lebih dengan atau dalam bahasa yang tidak kita pahami, dalam hal ini bahasa Arab.Â
Mengingat Al Qur'an adalah petunjuk, dan rahmat bagi orang -- orang yang beriman atau mempercayainya. Sebagaimana difirmankan dalam Al Qur'an surat An Naml ayat 77. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar -- benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang -- orang yang beriman,Â
Mari kita cerna, dan rasakan baik -- baik melalui rasa yang merasakan atau roso pangroso kita. Kita analisis sendiri apabila pelaksanaannya hanya sekedar dibaca dengan bahasa yang tidak kita pahami, mungkinkah kita dapat menemukan makna hakiki yang terkandung didalamnya? Lalu kita telaah lebih lanjut dan simpulkan.Â
Kalau makna hakiki yang terkandung didalamnya saja tidak ditemukan mungkinkah kita dapat mengamalkan atau melaksanakan perintah dan petunjuk Allah dengan baik, dan benar sehingga  mendapat rahmat-Nya? Tidak mungkin.
Penulis dengan tidak bosan -- bosannya mengajak mari Al Qur'an kita baca, kita kaji dengan bahasa yang kita pahami. Bukan hanya sekedar dibaca dalam bahasa yang tidak kita pahami sebagaimana layaknya sebuah syair, agar kita termasuk ke dalam kelompok manusia yang disayang dan dirahmati Allah.Â
Hendaklah kita menyadari bahwa Al Qur'an adalah perintah, dan petunjuk Allah yang wajib kita laksanakan atau amalkan agar kita mendapat Rahmat-Nya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Selanjutnya mari kita kaji. Surat Yusup ayat 2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Surat Az Zukruuf ayat 3. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).Â
Dari kedua surat tersebut kiranya sudah jelas, mengapa wahyu Al Qur'an disampaikan dalam bahasa Arab? Karena Al Qur'an diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang pada dasarnya beliau adalah orang Arab, dan yang disampaikaan kepada kaumnya. Jadi agar kaumnya dapat memahami perintah dan petunjuk Allah tersebut sudah barang tentu disampaikan menggunakan bahasa Arab, adat, dan budaya Arab.
Hal yang sangat penting untuk kita ketahui bahwa kaumnya dalam hal ini hendaklah tidak diartikan kaum Islam, tetapi penduduk Mekah dan penduduk negeri disekelilingnya yang dalam berkomunikasi sehari -- harinya mengguna bahasa Arab. Sebagaimana difirmankan dalam Asy Syuuraa ayat 7.
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.
Penganut Islam bukan hanya orang atau kaum Arab, jadi meskipun agama Islam berasal dari tanah Arab, bagi kita orang Indonesia yang menganut agama Islam wajibnya mengaji Al Qur'an dengan bahasa kita sendiri, yaitu bahasa Indonesia. Â
Demikian juga dalam pengamalan atau pelaksanaannya sudah sewajibnya juga disesuaikan dengan adat dan budaya kita sendiri Indonesia, dan tidak wajib menggunakan adat dan budaya negara dari mana asal agama yang dinanutnya yaitu Arab.
Kalau kita dapat melakukan hal ini, mudah -- mudahan kita dikelompokkan kedalam kelompok orang yang pandai bersyukur. Mengapa? Karena kita pandai menggunakan bahasa Indonesia, yang telah dianugerahkan Allah kepada kita orang Indonesia.Â
Sebagaimana petunjuk-Nya yang tersurat dalam surat Ar Ruum ayat 22. Dan di antara tanda - tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain - lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar - benar terdapat tanda - tanda bagi orang - orang yang mengetahui.
Sehubungan dengan hal tersebut maka sudah sepatutnya bila penggunaan tulisan, dan bahasa tergantung dari suku bangsa atau bangsa apa yang akan membuat buku atau kitab.Â
Kalau suku bangsa atau bangsa Arab yang akan membuat buku atau kitab tentang perintah, dan petunjuk Allah ( Al Qur'an ) sudah barang tentu buku atau kitab tadi ditulis dengan tulisan, dan bahasa Arab supaya dipahami oleh orang Arab.Â
Bukan hanya buku atau kitab Al Qur'an saja, ilmu -- ilmu yang lain seperti: sejarah, kimia, aljabar, matematik, dan lain -- lain tentu juga akan ditulis dengan tulisan, dan bahasa Arab supaya dipahami oleh orang Arab.Â
Hal yang sama tentu akan dilakukan oleh bangsa lain, yang akan membuat buku atau kitab. Kalau orang Inggris akan membuat buku atau kitab, apakah itu ilmu tentang: Al Qur'an (perintah dan petunjuk Allah), sejarah, kimia, aljabar, matematik, dan lain -- lain sudah tentu akan ditulis dalam bahasa Inggris, supaya dipahami oleh orang Inggris. Karena bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa internasional, maka bukan orang Inggris saja yang dapat memahami, tetapi masyarakat internasionalpun dapat membaca dan memahaminya.
Kalau orang Jepang yang akan membuat buku atau kitab, apakah itu ilmu tentang: Al Qur'an (perintah dan petunjuk Allah), sejarah, kimia, aljabar, matematik, dan lain -- lain sudah tentu akan ditulis dengan tulisan, dan bahasa Jepang supaya dipahami oleh orang Jepang.
Tidak terkecuali kita orang Indonesia. Kalau akan membuat buku atau kitab, apakah itu ilmu tentang: Al Qur'an (perintah dan petunjuk Allah), sejarah, kimia, aljabar, matematik dan lain -- lain, sudah semestinya ditulis dengan bahasa Indonesia supaya dipahami oleh orang Indonesia.
Justru Al Qur'an yang pada dasarnya adalah perintah, dan petunjuk Allah mestinya dikemas sedemikian rupa dalam bahasanya sendiri Indonesia agar memudahkan bagi anak -- cucu, dan keturunannya untuk memahami makna hakiki Al Qur'an.Â
Dengan demikian anak -- cucu dan keturunannya dapat melaksanakan Al Qur'an (perintah dan petunjuk Allah) ke dalam tingkah laku, perbuatan, dan tutur katanya sehari -- hari dengan baik dan benar. Dengan muara akhir terbangunnya generasi bangsa berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur.
Namun sangat disayangkan, penceramah umumnya mengatakan orang Islam itu harus bisa membaca Al Qur'an ( yang dimaksud membaca kitab Al Qur'an dalam bahasa dan tulisan Arab).Â
Dengan kata lain penceramah menyimpulkan bahwa Al Qur'an yang sudah diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dianggapnya bukan Al Qur'an, bukan?Â
Bukan hanya itu yang disampaikan, masih ada lagi pernyataan bombastis sebagai berikut: membaca Al Qur'an dalam bahasa Arab mendapat pahala, dan masuk sorga walau tidak mengerti artinya tidak apa -- apa. Akan mendapat pahala dan masuk surga yang mana, dan dari siapa? Perintah dan petunjuk-Nya saja tidak dilaksanakan, kok minta pahala sorga.
Ya memang benar, orang yang mempelajari cara membaca Al Qur'an dalam tulisan Arab akan mendapat pahala. Apa wujud pahalanya? Dalam hal ini wujud pahalanya ya pandai membaca tulisan Arab itu, bukannya kok berupa sorga setelah meninggal pada saatnya kelak.
Hal yang lebih memprihatinkan lagi, sudah jelas -- jelas disebutkan dalam surat Yusuf ayat 2. ...... dengan bahasa Arab ........, surat Az Zukruuf ayat 3. ..... dalam bahasa Arab, tetapi umumnya penceramah masih mengatakan dalam bahasa Al Qur'an, dan setiap 1 hurufnya mendapat nilai kebaikan 10. Benarkah seperti itu?Â
Mari dinalar dengan akal sehat. Misal kita mempunyai 6 huruf: ba, ain, nun, ta, da, ro, apakah juga lalu mendapat nilai kebaikan 60? Mari diberi sandangan atau tanda baca kan bisa berbunyi bangun tidur.Â
Apa iya kata-kata bangun tidur, mentang-mentang ditulis dengan huruf Arab saja lalu mempunyai nilai kebaikan 60. Mari dievaluasi sendiri, kalau hal ini tidak masuk akal ya kita koreksi menuju kebenaran sesuai firman Allah mumpung masih punya waktu, dan kesempatan.
Surat Az Zumar ayat 9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Demikian juga mari kita menghindari nafsu dalam setiap kita akan melakukan tindakan, agar kita tidak tersesat dari jalan Allah. Surat Shaad ayat 26. Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dan mumpung kita masih mempunyai waktu dan kesempatan mari kita evaluasi sendiri apa yang telah kita lakukan selama ini.Â
Bila yang telah kita lakukan selama ini sudah benar kita lanjutkan, tetapi bila belum benar ya tidak usah malu -- malu untuk memperbaiki agar sesuai dengan Al Qur'an yang pada dasar adalah perintah dan petunjuk Allah atau firman Allah.
Hendaklah kita tidak terbius dengan kata -- kata yang menyatakan membaca Al Qur'an dalam bahasa Arabnya mendapat pahala, dan masuk sorga walau tidak mengerti artinya tidak apa -- apa, kata orang. Al Qur'an surat Ash Shaff ayat 2. Hai orang - orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Surat Ash Shaff ayat 3. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa - apa yang tiada kamu kerjakan.
Mari dirasakan melalui rasa yang merasakan atau roso pangroso ( Jawa ), seandainya kita sudah terbiasa membaca atau menghafal Al Qur'an ( perintah dan petunjuk Allah) dengan bahasa yang tidak kita mengerti misalnya bahasa Arab. Mungkinkah kita dapat mengamalkan atau melaksanakan perbuatan sesuai perintah, dan petunjuk Allah dengan baik dan benar? Tidak mungkin. Â Â
Padahal kita sudah melakukannya hingga umur kita sekarang ini, sadarkah kita? Perintah dan petunjuk-Nya saja tidak dimengerti, tentu tidak mungkin kita dapat mengamalkan atau melaksanakan dengan baik, dan benar; Sampai akhir hayat sekalipun tidak mungkin kita dapat melaksanakan Al Qur'an yang tidak lain adalah perintah, dan petunjuk Allah.
Kalau jawabnya tidak mungkin, berarti kita akan termasuk dalam katagori surat Ash Shaff ayat 3, yaitu kelompok orang yang dibenci Allah. Mengapa? Karena kita selalu mengucapkan, tetapi tidak melaksanakan apa yang kita ucapkan. Mari dipahami, dan disadari kalau orang dibeci Allah itu akan menerima pahala yang seperti apa.Â
Silahkan mau meneruskan kebiasaan selama ini, berarti termasuk kelompok Surat Ash Shaff 3. Atau mau dengan sadar, dan ikhlas hijrah dari kebiasaan selama ini yang belum benar, menuju kebenaran sejati agar menjadi kelompok surat Al Baqarah 177 yaitu orang yang bertakwa.
Kalau pilihan jatuh pada ungkapan terakhir artinya masuk ke dalam kelompok orang yang bertakwa, mari kita baca Al Qur'an dengan bahasa kita sendiri Indonesia atau bahasa yang kita pahami ( ini kunci pertamanya ) agar memahami perintah dan petunjuk-Nya dengan baik, dan benar.Â
Setelah kita memahami perintah dan petunjuk Allah dengan baik, dan benar lalu kita kaji melalui rasa yang merasakan (Jawa = roso pangroso) agar mendapatkan makna batiniah  ( ini kunci kedua) yang terkandung didalamnya, karena umumnya Al Qur'an disampaikan dalam bentuk perumpamaan.Â
Dengan muara akhir apabila makna batiniah yang terkandung dalam Al Qur'an yang tidak lain adalah perintah, dan petunjuk Allah telah dipahami  mudah -- mudahan kita dapat mengamalkan atau melaksanakan apa yang kita katakan. Atau dengan kata lain, kita akan mampu mewujudkan satunya kata dengan perbuatan.
Dari uraian penjelasan tersebut, mudah -- mudahan kita dapat memahami bahwa Al Qur'an itu bukanlah syair, oleh karena itu mengaji Al Qur'an hendaklah tidak hanya dimaknai dengan membaca, melagukan, dan menghafalkan kitab Al Qur'an lebih -- lebih dalam bahasa Arab yang tidak kita pahami.Â
Agar kita dapat mewujudkan satunya kata dengan perbuatan, dimana seharusnya kita menempatkan Al Qur'an? Silahkan diikuti penjelasannya dalam artikel yang akan datang. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI