Surat An Nahl ayat 5. Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai - bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.Â
Sudah barang tentu binatang ternak yang diciptakan Allah itu, salah satunya binatang ternak yang bernama babi. Lalu apa salahnya si babi kok diharamkan, padahal Allah menciptakannya agar dapat mencegah khalifah-Nya di muka bumi terhindar dari cacat bawaan lahir.
Dan secara ilmiah memang terbukti dari organ babi sangat tepat untuk pembuatan vaksin yang sangat dibutuhkan. Insya-Allah para pemuka agama, penyampai risalah pada khususnya, dan umat pada umumnya menyadari atas kelancangan terhadap kuasa Allah, kemudian melaksanakan firman-Nya secara baik, dan  benar khususnya tentang babi.
Kecuali manusia diciptakan Allah dengan berbagai suku bangsa dan bangsa, manusia juga diciptakan dengan berlain -- lainan bahasa dan warna kulitnya. Surat Ar Ruum ayat 22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.Â
Sehubungan dengan hal tersebut, manakala kita mengaji atau mempelajari Al Qur'an atau firman Allah kita gunakan bahasa sendiri, agar dapat mengetahui dengan benar perintah dan petunjuk Allah tersebut. Demikian pula manakala kita berdo'a, akan lebih baik bila menggunakan bahasa kita sendiri agar tahu persis apa yang kita pinta dan apa yang kita ucapkan, Allah tentu akan mengetahuinya. Jangankan bahasa manusia, selagi bahasa semua makhluk ciptaan-Nya baik yang tampak maupun yang tidak tampak, Allah tetap mengetahui karena Dia lah yang menciptakan. Surat Al Israa' ayat 44. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Hendaklah kita selalu berhati -- hati, ingat dan waspada agar tidak mengarahkan orang akan berdo'a saja harus menggunakan behasa tertentu. Bukankah ini meremehkan Allah? Apakah Allah dianggap tidak mengerti bila seseorang berdo'a tidak dengan bahasa tertentu tersebut. Sekali lagi ingat ( Jawa = eling ).
Surat Al Faatihah ayat 1. Perintah dan petunjuk Allah atau Al Qur'an surat Al Faatihah ayat 1, yang dalam teks bahasa Indonesianya berbunyi: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Perintah dan petunjuk Allah yang sama tadi, bila dalam teks bahasa Arabnya berbunyi: Bismillahirrohmanirohim. Â
Ayat pertama surat Al Faatihah sebagaimana tersurat sebelumnya, baik yang dalam bahasa Indonesia maupun yang dalam bahasa Arab, pada dasarnya merupakan perintah dan petunjuk Allah di jenjang sareat. Oleh karena itu wajib diikuti dengan pengajian dijenjang selanjutnya, sebagaimana dicontohkan mengaji buah duren.Â
Pengajian selanjutnya diawali dengan mengingat kembali bahwa manusia terdiri atas 2 unsur besar yaitu unsur nyata, dan unsur gaib. Unsur gaib yang ada dalam diri setiap manusia tidak lain adalah Ruh yang langsung ditiupkan kedalamnya oleh Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Dari kenyataan tersebut mestinya setiap orang yang mengaku dirinya sebagai manusia, hendaklah bersaksi bahwa unsur gaibnya merupakan sebagian, dan bagian yang tidak terpisahkan dari Yang Maha Suci. Oleh karena itu sesungguhnya manusia memiliki sifat -- sifat ke Illahian layaknya sifat-sifat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci.
Kalau masih merasa gamang akan hal tersebut, mari kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Apakah dalam diri setiap manusia mempunyai sifat pengasih? Tentu akan dijawab ya mempunyai sifat pengasih. Pengasih itu sifat siapa? Tidak lain adalah sifat Allah. Sifat pengasih ini dalam teks bahasa Indonesia, sedangkan dalam teks bahasa Arab sifat rohman.               Â
Pertanyaan selanjutnya. Apakah dalam diri setiap manusia mempunyai sifat penyayang? Tentu akan dijawab ya mempunyai sifat penyayang. Penyayang itu sifat siapa? Tidak lain adalah sifat Allah. Sifat penyayang ini dalam teks bahasa Indonesia, sedangkan dalam teks bahasa Arab sifat rohim.