Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gelas Kosong 2

29 Maret 2021   11:31 Diperbarui: 29 Maret 2021   12:03 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau kita benar -- benar mengaku sebagai penganut Islam, meyakini kebenaran Al Qur'an, dan memposisikannya sebagai pedoman hidup hendaklah kita mengakui, dan bersaksi bahwa diri kita ini merupakan sebagian, dan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Oleh karena itu memiliki sifat -- sifat ke Illahian layaknya sifat Yang Maha Suci. Mengapa? Karena manusia diciptakan menurut fitrah Allah, dan fitrah Allah itu tidak mengalami perubahan, sebagaimana difirmankan dalam  surat Ar Ruum ayat 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.                                           

Dari uraian tersebut mudah -- mudahan kita dapat memahami, dan meyakini bahwa konstitusional manusia sesungguhnya terdiri dari 2 unsur besar, dan mempunyai 2 sifat antagonis.

Manusia terdiri dari 2 unsur besar. Pertama. Unsur nyata (lahiriyah) berasal dari saripatinya tanah, oleh karena itu manusia dapat dilihat mata atau kasat mata, dan bersifat nyata. Dan yang atas kehendak Allah dicipta menjadi manusia dengan berbangsa- bangsa, dan bersuku - suku bangsa, serta dengan berbagai warna kulit, dan bahasanya. Dan kenyataan wadag manusia yang berbeda - beda ini dapat terjadi karena kehendak Allah Swt. yang menciptakan, bukan karena keinginan manusia yang diciptakan.

Kedua. Unsur gaib ( batiniyah ) atau tan kasat mata atau tidak dapat dilihat oleh mata, berupa Ruh Suci yang langsung berasal dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci atau Yang Maha Gaib, dan bersifat gaib. Kalau memang kita sebagai penganut Islam sejati, mari kita bersaksi bahwa gaib kita berupa Ruh merupakan sebagian dan bagian yang tidak terpisahkan oleh Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci.

Manusia mempunyai 2 sifat antagonis. Pertama Sifat baik. Sifat baik ini cerminan dari Ruh Suci yang merupakan sebagian, dan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Oleh karena itu sesungguhnya manusia mempunyai sifat -- sifat ke Illahian layaknya sifat -- sifat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Hendaklah kita memahami akan hal ini, dan bersaksi bahwa kedalam wadag manusia yang berbeda ditiupkan Ruh Suci yang sama kesuciannya. Dan kita wajib menjaga kesuciannya, agar sifat -- sifat baik inilah yang dapat mengendalikan atau menguasai sifat -- sifat buruk yang ada dalam diri manusia. Atau dengan kata lain manusia hendaklah dapat menjaga kesuciannya, sehingga dapat mengendalikan hawa nafsunya. 

Kedua Sifat buruk. Sifat buruk ini bawaan dari wadag, atau badan, atau jazad manusia yang tercipta dari sari patinya tanah baik berupa tumbuhan, dan binatang sehingga ketempatan nafsu yang 4 yaitu: amarah, aluamah, supiah, dan mutmainah, yang berkiprah atas kendali iblis, setan, dan sebangsanya yang selalu berusaha akan menyesatkan manusia dari jalan Allah. Karena itu hendaklah kita selalu ingat ( Jawa = eling ), dan waspada agar tidak memberikan ruang gerak kepada hawa nafsu untuk mengendalikan atau menguasai sifat baik manusia. Atau dengan kata lain, hendaklah manusia tidak dikendalikan oleh hawa nafsunya.

Surat Shaad ayat 26. Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa)di muka bumi, maka berilah keputusan ( perkara ) di antara manusia  dengan adil dan janganlah kamu mengikuti nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang - orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. 

Surat Yusuf ayat 53. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. 

Begitulah konstitusional manusia yang sesungguhnya, sudah barang tentu bagi mereka yang percaya, dan meyakini serta ingin mengerti akan diri sejatinya diciptakan sebagai manusia. Mengingat pemahaman ini merupakan hal yang sangat mendasar atau sangat fundamental, sehingga Nabi Muhammad Saw. mengingatkan dengan sabdanya man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu, yang dalam bahasa Indonesianya kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu. 

Dari ayat -- ayat tersebut menunjukkan, apapun derajat, pangkat, dan status sosial ekonomi seseorang, serta apapun bangsa, suku bangsa, warna kulit, ras, bahasa, dan agamanya adalah karena kehendak Allah yang menciptakan, dan bukan keinginan manusia yang diciptakan. Karena kesemuanya itu, tidak lain hanyalah untuk menunjukkan Ke Maha Kuasaan Allah.

Jadi kalau kita mau mengingat perintah, dan petunjuk Allah ini dan mau dengan jujur menyadari dan mengakui, sesungguhnya manusia itu merupakan saudara kandung ibaratnya. Karena berasal dari Dzat yang Satu yaitu Dzat Yang Maha Suci, dan kembalinyapun ke tempat yang sama, yaitu ke Dzat Yang Maha Suci. Surat Yaasiin ayat 83. Maka Maha Suci ( Allah ) yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun