Kita diperintah membaca Al Qur'an, kemudian ditindaklanjuti dengan "ngaji" yang pelaksanaannya dimaknai hanya dengan belajar membaca, menulis, dan menghafal alphabet atau abjad Arab: alif, ba, ta .................... ya. Dilanjutkan dengan belajar merangkai huruf, misal. alif jere i + nun jere ni = ini, alif jere i + bak domah bu  = ibu, bak domah bu + dal jere di = budi, terus ketiganya dirangkaikan, berbunyi "ini ibu budi".
Kalau mau jujur, apakah ini tidak sama dengan kita mendaftarkan diri sebagai murid TK ( Taman Kawak - Kawak = Taman Kakek - Kakek ) di Arab? Demikian seterusnya akhirnya orang yang diperintah untuk membaca Al Qur'an, Â setelah mengaji lalu pandai membaca dan menulis dalam bahasa Arab. Pertanyaannya. Apakah dengan pandai membaca, dan menulis dalam bahasa Arab orang tadi lalu secara otomatis mengerti perintah dan petunjuk Allah? Tidak.
Mengapa? Karena fokus yang dikaji atau yang dipelajari, oleh orang tersebut sudah berubah. Yang seharusnya membaca, dimaknai dengan mengaji atau mempelajari perintah dan petunjuk Allah (Al Qur'an) agar dapat memahami makna batiniyah, atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi, atau makna yang terkandung didalamnya dengan benar dan tepat. Berubah menjadi mempelajari cara membaca, dan menulis kitab Al Qur'an dalam bahasa Arab.
Apakah dengan demikian, orang tadi salah dan rugi? Tentunya tidak semuanya salah dan rugi. Paling tidak orang tadi, sudah mendapat pahala atau ganjaran dari apa yang diperbuatnya. Apa wujud pahala atau ganjaran yang didapatnya? Wujud ganjaran atau pahala yang diterimanya: mengerti aksara, menulis, dan pandai membaca tulisan Arab. Yang semula termasuk kategori 3 buta, menjadi kategori  bebas 3 buta  ( huruf, baca dan tulis ) dalam bahasa Arab.
Salahnya karena orang tersebut telah merubah fokus kajian, atau mendustakan sasaran, atau arah yang seharusnya. Dan ruginya, tertundanya memahami makna batiniyah, atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi, atau yang terkandung dalam Al Qur'an dengan benar dan tepat. Dan alangkah celakanya kita, kalau belum dapat memahami perintah dan petunjuk Allah, sudah mati duluan.
Walau tertunda tetapi kalau setelah mengetahui akan kekeliruan selama ini, kemudian melakukan koreksi dan langkah tindak perbaikannya alhamdulillah, insya-Allah masih ada waktu dan kesempatan untuk memperbaiki. Tetapi kalau baru mengetahui, dan mengakui kekeliruan saat menjelang ajal tiba ( yang datangnya tidak ada pemberitahuan sebelumnya ); Oohhh alangkah rugi dan celakanya kita, karena sudah tidak ada waktu atau kesempatan lagi untuk memperbaikinya.
Hal yang perlu diingat dan disadari, mendustakan ayat Allah itu sungguh sangat berat hukumannya. Surat Al Baqarah ayat 39. Adapun orang -- orang yang kafir dan mendustakan ayat -- ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal didalamnya. Â
Mari dirasakan melalui roso pangroso. Termasuk mendustakan ayat Allah atau tidak, kalau kita diperintah untuk membaca ayat Allah ( Al Qur'an ), dengan harapan agar kita dapat memahami makna batiniyah yang terkandung didalamnya. Tetapi pelaksanaanya oleh "sang guru / ustadz" atau "sang pemuka" atau "sang panutan" atau apapun sebutannya, disampaikan hanya dengan mempelajari aksara, cara menulis, dan membaca dalam bahasa Arab?
Kecuali hal tersebut, mari kita koreksi mumpung masih punya waktu. Kita mempelajari bahasa Indonesia, yang menghasilkan kalimat "ini ibu budi". Lazim tidak dikatakan ngaji? Tidak bukan? Lalu bagaimana halnya, dengan mempelajari bahasa Arab. Yang sama - sama menghasilkan kalimat "ini ibu budi", kok dengan serta merta orang mengatakan ngaji? Sudah benar dan tepatkah, bila ngaji Al Qur'an hanya dimaknai sekedar mempelajari cara membaca kitab Al Qur'an dalam bahasa Arab?
Hal yang perlu kita ingat. Seseorang yang pandai membaca dalam bahasa Arab, tidak berarti serta merta akan memahami makna yang terkandung dalam Al Qur'an. Benarkah? Benar! Begini cerita singkatnya. Pernah keluarga penulis, diikuti seorang pemuda keturunan Arab ( teman dari anak bungsu penulis ) selama 3 bulan. Karena anak keturunan Arab sudah jelas, dan pasti pemuda tersebut sangat fasih membaca dalam bahasa Arab.
Tetapi ketika penulis sodorkan sebuah ayat tertentu dalam Al Qur'an, diapun mengatakan kalau membaca dalam bahasa Arabnya bisa, tetapi tidak memahami apa makna batiniyah, atau makna yang terkandung atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi dalam ayat tersebut. Benar bukan, bahwa pandai membaca kitab Al Qur'an dalam bahasa Arab, bukan merupakan suatu jaminan secara otomatis seseorang akan dapat memahami makna batiniyah perintah, dan petunjuk Allah tersebut.